Share

Penasaran Tingkat Tinggi

last update Last Updated: 2025-09-18 09:02:30

Usai jam pelajaran, atas ide Fafa, mereka berlima sepakat untuk berkumpul di taman belakang sekolah. Taman belakang sekolah biasanya dijadikan tempat untuk menghilangkan rasa penat dengan pelajaran-pelajaran yang telah di berikan.

Selain pemandangan yang indah, juga terdapat banyak pepohonan lebat, sehingga sangat nyaman untuk berteduh dari udara yang semakin hari semakin tidak karuan panasnya. Sedikit bercerita, SMA Bakti Jaya adalah SMA non pemerintah yang mempunyai kebijikan tersendiri untuk mengatur kurikulum dan keterampilan yang harus di miliki oleh siswa-siswinya. Mata pelajarannya pun tidak umum dan general seperti SMA pada umumnya, melainkan lebih spesifik dan ditekankan pada penerapan ilmu pengetahuan terhadap lingkungan dan masyarakat.

SMA Bakti Jaya juga merupakan SMA dengan fasilitas hi-tech yang lengkap, dengan dewan pengajar yang rata-rata bergelar master, serta gedung yang megah, besar dan eksklusif dengan tingkat keamanan yang tidak perlu diragukan lagi.

Taman masih sepi saat Fafa tiba di sana. Ia memilih duduk di kursi panjang yang terbuat dari rotan yang terlihat unik dengan sesekali melihat ke sekeliling, tentu saja mencari-cari sosok Ome, Ocha, Naga dan Atha. Kursi panjang itu  terlihat sudah tidak berumur muda, rotan sebagai bahan bakunya terlihat sudah tidak bagus lagi, tetapi masih nyaman untuk digunakan.

“Maaf Fafa, sudah lama?”

Atha datang  dengan suara lembut dari sisi kanan Fafa, dan segera menoleh dengan cepat.

“Eh, iya.. enggak kok. Duduk sini, Tha.”

Atha segera duduk begitu mendengar instruksi dari Fafa.

“Dimana yang lain?” Fafa melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya, jam tangan itu baru, ia bahkan lupa mencopot tag harganya.

“Mungkin masih jalan kemari Fa. Maaf ya Aku terlambat, tadi aku ngurus teater dulu”, Atha melihat tag harga itu, tetapi ia jauh bisa menghargai orang lain.

Beberapa menit kemudian Ome, Naga dan Ocha tiba di taman belakang.

“Aku abis  ketemu Pak Alam Fa, ngurusin proposal riset.” Ome mengawali.

“Barusan gue ada briefing  turnamen basket bentar sama anak-anak, Fa.” Naga menyusul, lalu duduk di kursi panjang yang ada di depan tempat Fafa dan Atha duduk.

“Gue abis ada latian cheers bentar Fa tadi, sorry ya Fa.” Ocha dengan gaya bicara manja yang membuat sedikit muak.

Fafa tersenyum, karena sebenarnya Ia tidak peduli dengan alasan keterlambatan mereka, Ia bahkan tidak mementingkan hal itu.

"Gue penasaran sama hukuman dari Bu Sil!” Fafa meniup poni depan rambut pendeknya.

 “Sama!” ujar Ome, Ocha, Naga dan Atha bersamaan.

“Gue udah tanya sama beberapa anak yang pernah terlambat ke sekolah dan berurusan sama Bu Sil, kalian tau jawaban mereka apa?” Fafa bertanya seperti guru yang menanyakan pada muridnya tentang level kepahaman dengan memandangi keempat wajah teman senasib di depannya.

Lagi-lagi mereka berempat menggeleng serempak.

“Mereka bilang, mereka disuruh minta tandatangan semua penghuni SMA Bakti Jaya dan membersihkan seluruh ruangan yang ada disini.” ucap Fafa.

Kayak yang dibilang Bu Sil tadi pagi kan?” Naga memastikan.

Fafa menghela nafas. “Gue mikirin hal yang nggak-nggak selama beberapa jam ini, hukuman yang bakal Bu Sil kasih ke kita dia bilang spesial, nah.. kalo mereka yang biasa-biasa saja dapat hukuman yang luar biasa, gimana dengan kita yang punya jabatan penting di sekolah ini?”

“Iya juga yaa...” Ome merespon dengan muka culun.

“Gue punya firasat buruk, kita bakal dikeluarin dari sekolah ini.” tebak Fafa ngasal.

Atha mencoba menenangkan, “Nggak sejahat itu laahh.”

Fafa menebak lagi, “Atau kita bakal dipecat dari jabatan-jabatan kita sekarang ini!”

“Jangaaaan sampai...” Ocha  terlihat tidak rela

Mereka berkumpul dengan perbincangan tak jelas hingga sore hari,  saling mengutarakan prediksi tentang jenis hukuman yang kemungkinan diberikan esok hari.

Huh, lagi-lagi prediksi yang diutarakan pun masih belum bisa dipastikan, sosok misterius Silvianita yang memiliki rangkaian hukuman yang bervariasi dan hampir tidak pernah sama antara satu dengan yang lainnya itulah yang membuat mereka berlima kelimpungan.

Satu fakta tambahan tentang hukuman dari Silvianita, bahwa Ia adalah satu-satunya guru BK SMA Bakti Jaya yang mempunyai jurus jitu meninggalkan efek jera pada murid-muridnya.

❖ ❖ ❖

Fafa sampai di rumah dengan wajah kusut, hingga malam ini pun konsentrasinya terbagi antara  belajar untuk ulangan kimia esok hari dan memikirkan hukuman misterius dari Silvianita.

Sebenarnya agak konyol juga jika dipikir-pikir, mengapa sampai seperti itu memikirkan sesuatu yang disebut hukuman. Mungkin bagi orang lain, itu biasa tapi tidak bagi Fafa, Ome, Atha, Naga dan Ocha. Mereka punya andil dan jabatan tertentu di sekolahnya.

*Berikut kutipan pembicaraan ala orang-orang dalam kondisi tertekan :

 “Faa... ayah pulang!” Ayah Fafa menghampiri dan duduk disamping putrinya yang tengah belajar.

"Belum Yah.. Fafa ngga laper.” jawab Fafa.

Ayah Fafa tidak putus asa, kali ini sambil mengacak-acak rambut Fafa.

“Rajinnya putri Ayah yang satu ini,, belajar terus”

“Ngga mau potong deh Yah.. ini kan style favoritenya Fafa.”

Ayah Fafa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Kamu baik-baik aja kan nak?” Ayah Fafa terlihat kawatir.

Tiba-tiba Fafa beranjak, “Ayah tau aja kalo Fafa udah ngantuk, Fafa tidur duluan yaaa.” sambil mencium kening Ayahnya, sementara Ayah Fafa masih bingung dengan percakapan yang terjadi barusan.

---

Sementara itu, Ibu Ome berjalan menuju kamar Ome.

“Dev, lagi belajar?”

Ome yang dari tadi melamun tiba-tiba terlonjak dan langsung duduk, memakai kacamatanya lalu mengambil buku sekenanya. Express sekali!

“Iya Bu... masuk aja nggak dikunci kok!”

Tanpa menunggu lama Ibu Ome langsung masuk dan melihat kondisi Ome yang ‘katanya’ sedang belajar di kamarnya yang semuanya biru, biru dan biru.

“Kamu bener-bener lagi belajar, Dev?” Ibu Ome terdengar memastikan tapi ekspresi wajah menahan tawa.

“Iya Bu.... lihat kan ini Dev lagi baca buku.”

Ibu Ome tersenyum geli lalu membalik buku yang dibaca Ome dalam posisi yang benar. Seketika itu wajah Ome langsung merah padam.

---

Di lain tempat Ocha sedang sibuk mempersiapkan dirinya untuk pergi ke birthday party salah satu temannya yang juga seorang model. Seperti biasa, Ocha dibantu para ‘dayang’nya dalam memilih baju, tas, aksesoris, sepatu dan make up serta hairstyle.

Namun kali ini, jelas sekali terlihat Ia tidak seantusias biasanya. Bahkan, nyaris tidak ada complain yang dicecarkan bibir mungil Ocha tentang kinerja para dayangnya. Berkali-kali beberapa bibinya menanyakan ketidakbiasaan itu pada Ocha, tapi Ocha tampak tidak merespon perhatian bibinya sama sekali.

“Ocha berangkat sekarang deh bii..”

Ocha segera berlari kecil keluar kamarnya. Para bibinya tampak panik disertai wajah pasrah akan konsekuensi yang akan diterima. Rupanya mereka melihat sesuatu yang janggal. 

Ocha segera menyuruh sopirnya untuk bergegas menuju tempat pesta karena sepuluh menit lagi pesta itu akan dimulai. Ocha mulai cerewet menyuruh Pak Jojo -sopirnya- untuk menambah kecepatan mobil, berkali-kali Ocha melirik jam tangan elegannya dengan wajah resah.

Voila! Sampailah Ocha di sebuah rumah bernuansa klasik dengan taman bunga yang luas di halamannya. Taman itulah yang menjadi setting  birthday party dengan tema  garden night party digelar.

Semua orang tengah berkumpul di taman dengan tepian alas marmer nan cantik, dengan penampilan yang nyentrik ala bunga-bunga, seakan semua ingin tampil menarik malam itu.

Begitu pula dengan para tamu undangan pria yang memakai kemeja semi formal yang dipadu celana berwarna gelap panjang, terlihat menyempurnakan pesta itu.

“Jolie... sorry gue telat.” Ocha menghampiri Jolie yang sedang memperhatikan kue tart strawberry tiga tingkat dihadapannya.

“Santai honeeyy..” Jolie tersenyum

Happy birthday ya Jol... ini, buat elo..” Ocha menyerahkan bingkisan cantik yang dibelikan bibinya.

Thanks  Cha... eh, kenapa malam ini elo keliatan lebih pendek dari gue, Cha?”

Ocha memutar otaknya, mencari-cari sesuatu yang salah, lalu melihat ke bawah, kearah kakinya daaannn...

“No!!!!” teriak Ocha histeris begitu mendapati dirinya tidak memakai high heels.

Jolie menahan tawanya, sementara yang lain tampak tanpa ragu tertawa melihat hal bodoh yang dilakukan Ocha. Ocha lari terbirit-birit sambil menenteng sandal kamarnya, keluar dari gerbang rumah Jolie.

---

Di lain tempat diwaktu yang sama, Ibu Atha sedang mencari-cari Atha, lalu mendapati Atha sedang tertidur pulas di kamarnya. Tampaknya Ia sangat kelelahan.

"Atha... dimana obat Ibu? Sudah dibeli kan?” Ibu mengelus-elus punggung Atha.

Atha terbangun kaget, “Ya ampun... Atha lupa beli Bu... Atha beli sekarang ya..”

Tanpa mendengar persetujuan Ibunya, Atha segera meraih dompetnya kemudian pergi keluar dari kamarnya.

“Yakin kamu mau keluar dalam kondisi kayak gitu?” nadanya seperti menyindir.

Atha menghentikan langkahnya segera.

“Iyaaa.. Ibuuu.. nggak usah kawatir..” Atha tertawa geli mengira Ibunya terlalu berlebihan mengkawatirkan dirinya, tidak seperti biasanya.

Dengan yakin Atha melangkah keluar kamarnya, langkahnya terhenti begitu sampai di ruang tamu sederhana yang di dindingnya tergantung kaca berukuran 100 X 80 cm, dan mendapatinya masih memakai kostum teater sekolah.

“Ibuuuuu....” Atha segera berlari menuju kamarnya dengan muka memerah.

---

Lain halnya dengan Naga. Meskipun terlihat cuek, diam-diam Naga juga turut memikirkan hukuman misterius yang masih dirahasiakan Silvianita itu.

Kak Arshan masuk ke kamar Naga, “Ga... ada temen lo tuh di bawah!”

Naga malas-malasan bangun dari tempat tidurnya, saat itu Ia tengah menjelma menjadi seorang yang berantakan plus serba acak-acakan. Kondisinya sangat jauh berbeda dengan penampilan biasanya yang keren dan enak dipandang mata.

“Siapa sih yang dateng ke rumah gue malem-malem gini..?” Naga menguap lebar dan bangun malas-malasan.

Catatan : Saat itu pukul 19.30 , sejak kapan jam malammu jadi lebih awal, Naga?

Naga melangkah menuruni tangga rumahnya sambil sesekali menguap. Ia mengenakan celana hawaii pendek warna biru dongker, kaos singlet oblong warna putih, dan sandal jepit seharga 7000 rupiah, dengan rambut yang berantakan dan wajah kusut khas orang bangun tidur.

“Siapa sih yaaaanngg...” terkejut begitu sampai di ruang tamu.

Seorang cewek manis berambut hitam panjang menoleh dan tersenyum menghampiri Naga, tentu Ia tahu betul siapa cewek yang ada di depan matanya sekarang.

“Naganya ada?”

Naga melongo mendengar pertanyaan cewek bernama Marza yang baru dipacarinya tiga bulan itu.

“Iniii Guueee!!! Naga!!!!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Lazulite dan Surat Palsu Silvianita

    Setelah Fafa, Naga, Ome, Atha dan Ocha selesai makan, Doffies wanita segera membereskan meja makan. Gerakan mereka sangat cepat dan lincah meskipun ukuran tubuh mereka kecil sehingga dalam hitungan beberapa menit, meja makan sudah rapi dan bersih seperti sedia kala.“Kenyaaaaanggg..” Naga berteriak senang“Setelah ini kita kemana Doff?” Atha membersihkan sisa saus di bajunya menggunakan tisu.“Doff antar kalian ke Crystalville, mari!” Doff melangkah mendahului mereka, kemudian berjalan keluar dari bangunan tempat tinggal para Doffies itu untuk segera menuju Crystalville.“Apa lagi ini?” Fafa terkejut melihat sesuatu di depan matanya.Lazulite. Para Doffies menggunakan kendaraan itu untuk mengantarkan surat, pergi ke ladang, serta pergi ke Kementerian Bahan Pangan Crystalville. Kendaraan ini diberikan secara cuma-cuma bagi setiap Doff untuk menjalankan pekerjaannya. Lazulite yang terlihat unik itu memiliki panjang sepuluh meter dan lebar hampir tiga meter, warnanya hijau pucat dan te

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Pengabdian Para Doffies untuk Crystalville

    Entah berapa lama Doff menghilang untuk membujuk teman-temannya, hingga Fafa dan yang lainnya duduk kelelahan setelah puas berkeliling ruangan yang sangat besar ini. Kini, mereka duduk bersandar pada meja besar seperti bagian resepsionis di hotel-hotel mewah. Terdapat lambang huruf DF ditengah meja besar itu, huruf itu dikelilingi untaian daun-daun kecil berwarna hijau. Mungkin itu lambang milik sekumpulan Doff disini.Tiba-tiba terdengar suara berisik dari dalam ruangan, Doff muncul dari balik pintu besar itu, kemudian diikuti dua sosok yang sangat mirip dengan Doff. Muncul 3, 4, 5, 6, 10, 14 dan banyaaaaak makhluk yang sama persis dengan Doff yang kini berjalan beriringan menuju tempat mereka berlima duduk melepas lelah.Melihat serombongan besar berjumlah lebih dari tiga ratusan itu memenuhi ruangan aula besar, kelimanya segera berdiri menyambut dengan senyum mengembang di wajah masing-masing. Ocha sempat bergidik merinding melihat serombongan makhluk ya

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Makhluk Bernama Doff

    Makhluk kecil itu bernama Doff, memiliki tinggi tak lebih dari satu meter. Kulitnya berwarna putih, telinganya panjang seperti telinga kelinci, tubuhnya ditumbuhi rambut-rambut halus, bersih dan putih, seperti bulu hamster. Hidung kecil menonjol di wajahnya yang berbentuk bulat. Matanya bulat penuh dan terlihat lucu karena bulu mata yang lentik, bola matanya berwarna kemerahan.Pintu gerbang itu menutup dengan sendirinya, begitu mereka berjalan semakin menjauh mengikuti langkah kecil Doff yang lumayan cepat. Doff seperti boneka!Jika sekilas dilihat, tentu saja dapat disimpulkan bahwa Doff seekor hewan. Tetapi yang membuat ragu, Doff memakai pakaian berwarna abu-abu gelap dengan penutup bagian luarnya seperti bentuk rompi abu-abu cerah serta celana tanggung dengan warna yang sama seperti bajunya. Ditambah satu hal yang mencengangkan, Doff dapat berbicara, walaupun suaranya terdengar lucu. Jadi kesimpulan sementara adalah seperti ini, bahwa Doff bukanlah hewan biasa, te

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Gua Crystal yang Mengecewakan

    Esok paginya, Fafa, Ome, Naga dan Atha masih tertidur pulas, sedangkan Ocha sudah siuman sejak lima belas menit yang lalu. Ocha masih merasakan tubuhnya sedikit pegal, tetapi Ia tak berani membangunkan keempat temannya itu, karena mereka terlihat kelelahan.Tiba-tiba Ome terbangun dengan sendirinya begitu merasakan tangan Ocha yang berusaha lepas dari genggaman tangan Ome.“Ocha?” sapa Ome dengan wajah berseri-seri.Ocha terlihat sedikit terkejut.“Kamu udah nggak papa kan? Kamu lapar? Kamu haus? Atau kamu mau sesuatu?” Ome tidak bisa menyembunyikan rasa senang.Ome senang tidak hanya lantaran Ocha siuman, tetapi juga dikarenakan ramuan yang dulu sempat dicancel olehnya untuk mengikuti lomba karya ilmiah menjadi terbukti saat ini.“Gue mau beef burger sama spageti!”Ome ternganga begitu mendengar jawaban dari Ocha yang terdengar sangat serius.Gue becandaaa hahaha..” Ocha tertawa lepas.❖ ❖

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Ramuan Hasil Karya Ome

    Ocha dibaringkan di sebuah gubuk reot, sampai saat ini Ia masih belum siuman. Fafa membuka sepatu dan kaos kaki Ocha, kemudian memijit-mijit kecil jempol kaki Ocha. Sementara Atha menumpuk dua tas miliknya dan Fafa untuk dijadikan alas untuk kepala Ocha. Naga melihat ke atas langit, cuaca pada saat itu berawan, lama-kelamaan awan itu makin banyak berkumpul sehingga membuat langit tampak gelap.Naga menghampiri Atha dan Fafa, “Sepertinya mau hujan.”“Dan dengan sangat terpaksa kita harus menunda perjalanan menuju gua Crystal” Fafa menunjuk ke arah barat daya, tempat dimana gua Crystal berada.Atha merespon dengan sedikit gemetar, “Itu artinya kita tidak mengikuti instruksi Bu Silvianita?”“Nggak apa-apa. Mana mungkin kita meninggalkan Ocha sendirian, Ocha jauh lebih penting dari gua kristal itu, kan?” Fafa mencoba menenangkan.“Betul!” seru Naga, kemudian memegangi

  • Crystalville - Hukuman, Doff dan Pintu Gerbang Crystalville   Memulai Perjalanan Menuju Gua Crystal

    Fafa mengamati peta tua lusuh berwarna coklat itu dengan seksama, Ia mengamati tiap detil gambar, tulisan, serta kode yang tertera di dalamnya. Bagian awal dari peta itu adalah tempat dimana mereka duduk saat itu. Hal itu diperkuat dengan deretan pohon yang membentuk bujur sangkar disekeliling mereka serta sebuah tugu yang bertuliskan tulisan kuno yang sama persis seperti yang tertera pada peta. Finish line dari peta lusuh itu tentu saja suatu tempat bertuliskan gua crystal.Ome, Ocha, Atha dan Naga secara bergantian juga ikut melihat peta lusuh nan tua tersebut. Untuk menyingkat waktu, Fafa sedikit memberi penjelasan pada mereka berempat tentang apa yang bisa Ia tangkap dari peta tua tersebut, tetapi Ocha nampak terlihat tidak antusias dibanding teman-temannya yang lain.“Bagaimana menurut kalian?” tanya Fafa kepada yang lain.Usai mendengarkan sedikit penjelasan tentang rute yang akan dilewati, mereka memutus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status