Share

192. Prosesi

“Pria pincang di pendopo Astagina?” tanya Jenar mencoba meyakinkan bahwa yang didengarnya tak salah.

“Benar, Gusti. Pria itu seperti kehilangan kaki kirinya sebatas betis. Ia menyambung kaki itu menggunakan kayu agar tetap dapat berdiri tegak,” terang Adipati Kertajaya.

Apa pun yang didengar dari pengakuan dan perbincangan ini sama sekali tak membuat Danapati puas. Ia merasa dendamnya sama sekali tak menemui sasaran pada Adipati Kertajaya. Lelaki itu mengayunkan kaki kanannya, mendarat telak di dada pimpinan Astakencana itu hingga tubuhnya bergeser ke belakang beserta kursinya.

“Bedebah! Tak ada gunanya aku menyimpan dendam padamu!” rutuk Danapati. “Aku bersumpah akan mencari dan membunuh Warasena!”

Adipati Kertajaya mengaduh. Pengakuan dosanya memang sudah ia rencanakan jauh hari. Namun tak menyangka akan terjadi di Astagina, di hadapan calon besannya. Ia pun sudah tak peduli lagi dengan kekuasaan, setelah melihat Candikapura musnah dengan begitu mudah.

“Raden Danapati dan Gusti Sri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aroy 77
apakah tmt?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status