Share

Bag 2

“B*ngsat! Apa-apaan gue yang gantengnya sampai mentok langit ini pakai dijodohin segala! Kayak gue gak bisa nyari cewek aja! Lagian gue gak butuh bini! Ini semua gara-gara si Ken sialan! Dasar kanebo kering sue! Nafsu sialan! Burungnya gak bisa dikondisiin apa?! Pake nyari sarang segala! Dia yang tekdungin anak orang, jadi gue yang kena imbas!” Aryan Mada Kusumo, pria berusia dua puluh tujuh tahun yang sedang mengomel ini adalah satu-satunya penerus Kusumo Group yang bergerak di dunia perhotelan. Hotel Kusumo sudah tersebar di berbagai negara. Pria yang biasa dipanggil Aryan ini tak henti-hentinya mengeluarkan sumpah serapah pada sahabat yang sudah dianggapnya kakak, Kendrick Gevan Bagaskara.

Pria yang terkenal dingin itu awalnya memiliki perjanjian dengan Aryan. Mereka berdua tak akan menikah sampai Aryan selesai ‘bermain-main’. Namun sayang, sang sahabat yang biasa dia panggil Ken itu menghamili salah seorang karyawan di perusahaan Bagaskara Corp. Dan ternyata, karyawan itu adalah wanita yang berhasil mencuri hati sahabat kakunya itu. Dan lebih sialnya lagi, wanita itu adalah wanita yang sempat membuat Aryan tertarik.

Poor Aryan. Sudah tak bisa mendapatkan wanita yang lumayan membuatnya tertarik, sekarang dia malah harus mau dijodohkan oleh seorang wanita yang merupakan anak dari salah seorang sahabat lama sang ayah. Sebenarnya alasan perjodohan ini sebagian besar karena Ken yang menikah beberapa bulan yang lalu. Mama Aryan pernah mengatakan akan memaksa Aryan menikah setelah Ken menemukan pendamping hidup. Sialnya, Ken mendapatkan pendamping hidup, dan Aryan harus mau menerima perjodohan yang sudah dipersiapkan kedua orang tuanya.

Aryan bisa saja menolak, tapi pria ini takut jika penyakit sang mama akan kambuh. Mamanya tidak boleh banyak pikiran, karena akan membuat asam lambung sang mama naik yang berakibat sang mama bisa dirawat di rumah sakit sampai berhari-hari seperti sebelum-sebelumnya. Tak jarang karena kenakalan Aryan remaja.

Ddrrrttt…

Aryan mengalihkan pandangan ke arah benda pipih yang berada di atas meja saat benda itu bergetar. Pria ini berdecak kesal setelah melihat ID called orang yang menghubunginya. Aryan mengambil benda pipih itu, lalu beranjak dari duduknya untuk keluar dari tempat ini, tempat di mana terdengar musik yang kencang dan terdapat beratus-ratus bahkan beribu botol minuman beralkohol.

“Beb, mau ke mana?” tanya seorang wanita berpakaian seksi berwarna merah saat berpapasan dengan Aryan.

Aryan tersenyum manis. “Ke depan bentar, Beb.” Setelah mengatakan itu, Aryan mengerlingkan sebelah matanya menggoda, yang membuat wanita itu tersipu, lalu balas dengan memberikan ciuman jauh pada Aryan.

Aryan tertawa renyah, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

“Sayang~ udah mau pulang?” tanya seorang wanita lain yang kembali berpapasan dengannya, yang kali ini memakai rok mini seksi berwarna gold, serta tank top berwarna putih.

“Ke depan aja kok. Nanti aku juga masuk lagi, Sayang~” Aryan mengusap sensual lengan polos sang wanita, yang mampu membuat tubuh wanita itu bergetar karena hasrat.

“Okay… aku tunggu kamu ya…” bisik sang wanita sensual, lalu wanita itu mengecup singkat pipi Aryan yang terkenal memiliki wajah super tampan itu. Setelah mengatakan itu, sang wanita berjalan masuk, sementara Aryan kembali terkekeh dan melanjutkan langkahnya sambil mengusap pipinya.

“Indahnya hidup ini seandainya gak ada perjodohan sialan itu!” geramnya kesal di sela langkah kakinya menuju pintu keluar.

Setelah sampai di luar, Aryan menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

“Ya, Ma?”

>“Pulang kamu! Besok kita akan ketemu sama keluarga Om Rion loh, Sayang. Mama gak mau besok mata kamu merah karena kebanyakan dugem!”

Aryan menjauhkan benda pipih itu dari telinganya, saat mendengar suara nyaring sang mama. Pria ini mengusap sebentar telinganya. Mamanya ini berlebihan sekali. Padahal pertemuan dengan keluarga yang mamanya sebut Om Rion itu kan berlangsung sore hari. Memang dia harus siap pagi-pagi buta?!

Pria ini kembali menempelkan benda pipih itu ke telinganya. “Sebentar lagi M—”

>“Mama sudah di depan kamu!”

Aryan melebarkan mata tak percaya. Pria ini langsung menatap ke arah depan, dan menemukan mama dan papanya sudah berdiri berdampingan tak jauh dari tempatnya berdiri. Tubuh pria ini mendadak kaku melihat senyum sang mama yang terlihat bak malaikat pencabut nyawa.

“Ma-Mama?”

>“Pulang, Anak Tampan,” seru sang mama dengan wajah dibuat semanis mungkin.

“Ta-tapi—”

“Mobil kamu biar Pak Budi yang bawa. Kamu ikut mobil Papa sama mama!” tegas sang mama, lalu wanita itu mematikan sambungan telepon mereka.

Tubuh Aryan lemas. Niat ingin menghabiskan berbotol-botol minuman beralkohol karena terlalu stress, dan mungkin saja bisa sedikit ‘bersenang-senang’ dengan para wanita di sini untuk menghilangkan kekesalan, hancur berantakan karena kedatangan sang mama tercinta.

“Ayo, Anak tampannya mama, sini Sayang… kasih kunci mobil kamu sama Pak Budi,” ucap sang mama kembali sambil melirik supir keluarga mereka yang berdiri patuh di samping suaminya.

Sementara itu, papa Aryan yang bernama Admaja Cipto Kusumo, berusaha menahan tawa melihat wajah kaku sang anak. Pria itu masih mengingat, ketika tiga puluh menit yang lalu sang istri menyeretnya untuk pergi menjemput sang anak di kelab malam yang biasa didatangi anak mereka satu-satunya itu.

Aryan mengalihkan pandangan ke arah sang papa, berusaha meminta pertolongan lewat tatapan mata.

“Lebih baik ikuti kata mamamu, Anak tampan. Papa tidak ingin tidur di luar,” ucap Admaja, yang tentu saja membuat bahu Aryan semakin merosot.

Pria dua puluh tujuh tahun ini menghela napas kesal, lalu melangkah mendekati kedua orang tuanya. Sebelah tangannya merogoh saku celana, lalu mengeluarkan kunci mobilnya. Pria ini menyodorkan kunci mobil itu pada supir pribadi keluarga mereka.

“Anak Tampan gak kapok-kapok ‘main-main’ ya?!”

“Adu-du-duh, Ma! Sakit, Ma! Jangan jewer di sini, Aryan malu, Ma!” Aryan mengedarkan pandangan ke sekeliling, berharap tidak ada yang melihat kejadian ini. Bisa turun pamor dia jika ketahuan ternyata anak mama.

“Mama tidak peduli! Ayo masuk!”

Aryan hanya bisa pasrah saat sang mama mendorongnya melangkah menuju mobil sang papa. Sedangkan sang papa, sudah tak tahan mengeluarkan kekehan geli sambil mengikuti langkah dua orang yang dia cintai itu.

“Sudah mau jadi suami masih saja nakal seperti ini!”

“Aryan gak minta jadi suami!”

“Mama tidak menerima penolakan! Kalau kamu lihat calon istrimu, mama yakin mulutmu akan ternganga karena terlalu terpesona.”

“Aryan udah banyak liat cewek cantik, Ma!”

“Iya karena buat kamu, kucing betina pakai bedak saja sudah cantik!” sinis sang mama, karena tahu bagaimana mata keranjangnya sang anak yang juga berprofesi sebagai model itu.

Anaknya mempunyai banyak teman wanita. Bukan hanya banyak, tapi BANYAK SEKALI. Setiap pergi dengan sang anak, selalu saja Kania Kusumo berpapasan dengan wanita-wanita yang sebagian besar memakai baju minim bahan menyapa sang anak. Kania sampai pusing sendiri dibuatnya, karena sang anak kelewat ramah pada para wanita. Memang bukan sepenuhnya salah Aryan, karena para wanita itu yang lebih bergenit ria pada anaknya. Tapi kalau saja Aryan tidak menanggapi, pasti para wanita itu akan mundur teratur. Sayangnya sang anak tidak berniat seperti itu. Untuk Aryan, memiliki banyak TTM ( Teman Tapi Mesra ) adalah kepuasan baginya. Apalagi sang anak merasa jika semua wanita itu cantik. Dasar mata keranjang!

Admaja lagi-lagi mengeluarkan kekehan gelinya karena tingkah istri dan anaknya.

“Mirip siapa kamu, Nak, bisa semata keranjang ini!” geram Kania.

“Papa kali,” balas Aryan asal.

“Enak saja kamu! Di mata papa, yang cantik itu cuma mama kamu!” seru Admaja tak terima.

Kania memutar bola mata malas. “Sepertinya benar kata Aryan. Aku lupa sebelum bersama denganku, mantanmu itu ada beratus-ratus, Pa!” sinis Kania pada sang suami. Setelah mengatakan itu, Kania masuk lebih dulu ke dalam mobil dengan wajah cemberut. Sementara Admaja sudah berwajah pucat.

“Ma—”

“Wah… Papa ketauan mata keranjang. Hahaha… akhirnya Aryan tau sifat ini menurun dari mana. Hahaha…” Aryan tertawa puas, lalu menyusul sang mama masuk ke dalam mobil, meninggalkan Admaja yang sudah panas dingin. Bukan karena meriang, tapi takut sang isteri tidak memberi jatah, yang mana akan membuatnya benar-benar meriang.

“Alamat tidur di luar…” lirih Admaja pasrah.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
wkwkwkwk seru nih keluarga yg harmonis ank yg nakal tp tkut sm ibu bner2 suka karya2 mu say
goodnovel comment avatar
Epriza Oppo
datang aku disini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status