Share

3. Ilmu Hampang Awak

Dalam waktu singkat Danurwenda sudah dikepung belasan prajurit bersenjata lengkap. Tidak ada celah untuk kabur kecuali melawan.

Sedangkan dia tidak ingin melawan, sebab dia tidak merasa bersalah. Tetapi untuk bicara baik-baik pun tidak ada gunanya. Semua prajurit ini pasti akan menuruti perintah atasannya.

Lalu Danurwenda melihat ke langit-langit, hanya itulah jalan satu-satunya untuk menerobos ke luar. Dalam situasi seperti ini dia tidak bisa bertingkah konyol seperti sebelumnya.

Maka ketika beberapa senjata tombak menderu ke arahnya, Danurwenda tolakkan kaki ke lantai kuat-kuat sehingga tubuhnya meluncur ke atas menjebol atap rumah yang terbuat dari 'welit' atau rumbia.

Brass!

Trakk!

Serangan tombak beradu sesama temannya sendiri. Sebagian prajurit sudah berlari keluar mengejar Danurwenda.

Pendekar muda itu mendarat indah di halaman belakang rumah. Ternyata di sini ada barak prajurit. Dia salah mengambil langkah.

Tadinya dia mengira kalau mengambil jalan depan akan sulit karena banyak prajurit. Ternyata jalan belakang juga tidak kalah banyak.

Karena prajurit yang sedang berkumpul di barak langsung siaga begitu mendengar teriakan perintah Bekel Sutasena. Lalu ada orang tak dikenal baru saja mendobrak atap.

Maka tidak salah lagi yang dimaksud pembunuh tadi adalah orang yang baru mendarat ini, yaitu Danurwenda.

Pecahlah pertarungan satu lawan banyak. Kali ini Danurwenda menggunakan salah satu ilmu andalannya yang bernama Hampang Awak

Salah satu jenis ilmu meringankan tubuh yang biasanya digunakan untuk berlari cepat. Sesuai namanya, Hampang artinya ringan dan Awak artinya tubuh, tapi saat ini ilmu tersebut digunakan untuk gerak cepat menghindari serangan yang begitu banyak dari segala arah.

Seperti di awal Danurwenda tidak ingin melukai prajurit satu pun. Dia hanya ingin meloloskan diri karena merasa dijebak.

Dengan Ilmu Hampang Awak sosoknya berubah seperti angin yang bergerak cepat. Semua serangan dari puluhan prajurit tidak ada yang berhasil bersarang di badannya.

Selain itu dia mencari atau membuka celah agar ada jalan untuk melarikan diri. Dia tidak peduli seandainya nanti dicap buronan karena telah membunuh pejabat istana.

Setelah beberapa lama akhirnya Danurwenda bisa merangsek keluar dari kepungan prajurit. Begitu peluang terbuka, dia langsung melesat ke arah lereng gunung yang berada di belakang.

"Maaf, aku bukan pembunuh. Aku berjanji akan menemukan siapa pelaku sesungguhnya!" teriak Danurwenda.

Danurwenda melesat bagaikan cahaya, sosoknya langsung lenyap di balik rimbunnya pepohonan. Para prajurit termasuk Sutasena yang sudah ikut mengejar menjadi kebingungan. Jejak Danurwenda tidak dapat ditemukan.

Apalagi hari sebentar lagi malam. Suasana di tempat itu sudah tampak gelap.

Besoknya tersiar kabar bahwa pendekar muda yang sudah menorehkan namanya di dunia persilatan, Danurwenda menjadi buronan kerajaan karena telah membunuh Senapati Mandura.

***

Danurwenda tidak mungkin kembali ke rumahnya yang berada di sebuah desa kecil di dekat sungai Citarum. Pemuda ini sekarang berada di tempat persembunyian, di sebuah bukit sebelah utara perbatasan kota Karang Kamulyan.

"Suara aneh seperti serangga malam, sosok misterius di atas atap. Aku yakin dialah yang membunuh senapati. Entah ilmu apa yang dia gunakan, begitu senapati mendengarkannya langsung kesakitan dan tewas," gumam Danurwenda mengingat peristiwa kemarin.

"Ilmu itu jelas ditujukan kepada senapati sebab aku tidak terpengaruh sama sekali!"

Danurwenda harus menemukan sosok misterius itu demi mengembalikan nama baiknya. Tetapi dari mana dia memulainya?

Sedangkan saat ini dia sudah menjadi orang yang sangat dicari kerajaan. Kalau menyerahkan diri, dia tidak akan bisa membela diri.

Kesaksian Sutasena sudah cukup untuk menjebloskannya ke penjara atau bahkan dihukum penggal.

"Tidak, aku tidak bersalah dan aku harus membuktikannya!" tekad Danurwenda.

Lalu dia mengingat lagi rangkaian kejadiannya dimulai dari ketika menolong dan menerima permintaan seorang bekel bernama Janitra.

"Kelompok orang bertopeng itu tidak ingin Senapati Mandura tahu rahasia yang terkandung dalam benda yang dititipkan Bekel Janitra padaku.

"Sosok di atas atap yang mengeluarkan bunyi serangga malam pasti bagian dari kelompok orang bertopeng. Dia langsung membunuh senapati dengan ilmunya sekaligus menjebak dan memfitnahku!"

Berkali-kali Danurwenda menghela napas gelisah. Namanya sudah cukup dikenal di jagat kaum pendekar, tetapi baru kali ini dia menghadapi masalah yang cukup rumit menurutnya.

Karena masih bingung harus mulai dari mana cara memecahkannya.

Sudah lama pendekar muda ini duduk di atas dahan pohon tinggi di puncak bukit lagi, sehingga dia bisa memandang ke tempat yang jauh dalam radius seratus tombak lebih.

Dari semua arah yang telah dia pandangi sejak pagi tadi, hanya ada satu jalan besar yang membentang dari arah utara ke selatan hingga sampai ke perbatasan kota.

Bola matanya yang awas dapat melihat sesuatu yang mencolok di ujung utara. Sebuah kereta kuda mewah dikawal beberapa prajurit berkuda di depan dan belakang.

"Yang di dalam kereta itu pasti orang penting, tapi...."

Danurwenda menangkap pergerakan lain jauh di depan kereta kuda tersebut. Beberapa orang tengah bersembunyi di balik pohon.

"Walah, mereka hendak menghadang rombongan itu!"

Danurwenda berdiri seimbang di atas dahan yang melintang. Kejap berikutnya sosok Danurwenda sudah melesat ke utara dengan Ilmu Hampang Awak, sosoknya seperti terbang. Padahal aslinya dia meloncat-loncat.

Ketika sedikit lagi mendarat, dia tolakkan lagi ujung kakinya ke tanah, pucuk daun atau ranting sehingga tubuhnya melesat lagi. Namun, karena jarak yang begitu jauh, dia tidak bisa mencegah terjadinya pencegatan rombongan yang mengawal kereta kuda.

Di sana sudah terjadi pertarungan antara prajurit pengawal dengan penghadang yang menutupi wajahnya dari hidung ke bawah dengan kain hitam dan bersenjata golok. Mereka ternyata kawanan perampok yang memiliki kepandaian silat cukup tangguh sehingga prajurit yang mengawal kereta tampak terdesak. Bahkan ada yang sudah terluka kena bacokan golok. Termasuk kusir kereta kuda yang sepertinya tidak memiliki kepandaian bela diri sudah terkapar tak bernyawa sejak awal.

Salah seorang perampok naik dan hendak masuk ke saung kereta yang terdapat seorang gadis berparas cantik, tetapi di waktu yang tepat Danurwenda tiba langsung menendang orang ini sampai terpental jauh.

"Hahaha … jangan harap, ya!" ujar Danurwenda.

Gadis berwajah lonjong dan bibir tipis ini terkejut dan takut melihat Danurwenda. Dia hendak berteriak, tetapi Danurwenda segera melintangkan telunjuk di bibirnya sambil merunduk.

"Tenang, aku akan menyelamatkan kamu!" ujar Danurwenda pelan dengan nada meyakinkan.

Tanpa ragu lagi Danurwenda membopong gadis bermata lentik dan leher jenjang ini. Si pemuda sempat menahan napas saat melihat bagian dada dan merasakan kulit mulus si gadis yang belum dikenalnya ini. Jantungnya mendadak berdebar kencang.

Kemudian pendekar muda ini segera membawa si gadis cantik dengan meloncat langsung dari kereta ke dalam hutan di sisi kanan jalan. Dia sempat melihat prajurit pengawal sudah berjatuhan tidak mampu melawan para perampok.

Si pemimpin rampok melihat sasarannya dibawa lari Danurwenda tampak menggeram marah. Segera dia berikan perintah.

"Kejar dia!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status