Hari-hari pun berlalu, hubungan Rully dengan Harnun semakin dekat, dan perubahan sikap Albern terhadap Harnum pun semakin terlihat. Kini, Albern sudah tidak pernah lagi menyiksa Harnum. Entah mengapa, setiap dia akan menyiksa Harnum, maka bayangan gadis kecilnya pada masa lalu akan muncul, sehingga membuatnya menghentikan perbuatannya itu.Hari itu, Albern kembali akan pergi ke luar negeri. Kali ini dia bertujuan untuk pergi ke Dubai, untuk mengurus bisnis mafianya, dan ia kembali meninggalkan Harnum. Dan, seperti biasanya, Harnum merasa sangat bebas dan sangat menikmati kebebasannya. Dia pun semakin bebas bersama Rully untuk pergi ke makam suami dan Anaknya.Sementara Albern, dia yang sudah mencurigai gerak-gerik Harnum dan Rully itu, sudah merencanakan sesuatu. Albern sengaja berkata pada Rully, bahwa dia akan pergi ke Dubai selama dua bulan lamanya, dan Rully mengatakan itu kepada Harnum. Namun, ternyata itu merupakan jebakan Albern untuk Rully dan Harnum, karena ternyata, Albern ha
"Lepaskan pelukanmu itu wanita sialan!" bentak Albern.Kali ini, Harnum mengabaikan ucapan kasar Albern. Ia memang melepaskan pelukannya, tetapi ia merobek lengan bajunya dan ia ikatkan di tangan Albern yang terluka, setelah ia mencabuti serpihan kaca di buku-buku jari Albern terlebih dahulu. Tetapi, karena lukanya sangat dalam, sehingga membuat ikatan kain itu langsung berubah warna menjadi warna merah. Harnum tidak berhenti begitu saja, ia tetap merobek bajunya, sehingga kini bajunya sudah terlihat compang-camping. Lalu, Harnum melilitkan kembali sobekan kain itu dan diikatkan kembali ke tangan Albern. Sebenarnya, Harnum sudah merasakan sakit di telapak kakinya, tetapi dia menahannya. Kaki Harnum yang tidak mengenakan alas kaki itu menginjak serpihan kaca, sehingga membuat telapak kakinya terluka.Rully yang sedari tadi melihat kaki Harnum yang terluka, berniat ingin menghampiri Harnum. Tetapi saat dia akan melangkah menghampiri Harnum, tatapan tajam Albern membuat nyalinya seketik
Monica yang merasa penasaran dengan Harnum, berencana untuk menyelidikinya. Saat itu, dia sengaja tidak langsung pulang, dia bersembunyi di parkiran mall untuk menunggu Albern keluar. Ketika waktu sudah menunjukkan waktu sore hari, Albern pun keluar bersama Harnum dan Rully. Mereka masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat tersebut.Monica pun membuntuti mereka dari belakang. Monica merasa aneh, karena mobil yang dibawa oleh Rully menuju ke sebuah hutan belantara. Monica memerintahkan pada supir taksi yang ia tumpangi, agar mengikuti mobil Albern dari kejauhan, karena, jika terlalu dekat, dia khawatir akan dicurigai. Ketika mobil Albern telah sampai di rumah tua yang ada di tengah hutan itu, Monica menatap rumah tersebut dengan berjuta pikiran. 'Al sedang apa, ya? Mengapa dia menuju ke rumah tua di tengah hutan belantara seperti ini? Ini benar-benar sungguh aneh sekali. Dan, wanita itu pun ikut masuk ke dalam rumah itu, itu artinya bahwa selama ini Al bersembunyi di sini?' batin M
"Tuan Al, tolong hentikan!" teriak Harnum.Namun, Albern tidak mempedulikan ucapan Harnum tersebut. Dia benar-benar melampiaskan emosinya itu dengan meninju tanaman kaktus, sehingga tangannya benar-benar semakin terluka parah. Ketika Albern kembali akan meninju pohon kaktus tersebut, Harnum langsung menghadangnya. Tubuh Harnum sudah berdiri di hadapan Albern, ia merentangkan kedua tangannya sembari memejamkan matanya. Sementara tangan besar Albern sudah melayang di udara. Namun, Albern menyadari itu, ia langsung menahan tinjunya. Albern menatap wajah cantik Harnum yang masih memejamkan matanya. Mata Albern terus tertuju pada bibir Harnum yang sedikit terbuka. Perlahan Albern melangkah mendekati Harnum, tangannya yang tengah terluka itu perlahan memegang wajah Harnum. Harnum tersentak dan langsung membuka matanya. Wajahnya dan wajah Albern sudah saling berdekatan, dan bibir mereka pun hampir bersentuhan. Baik Harnum maupun Albern, mereka sama-sama merasa salah tingkah. Lalu, mata Ha
"Ba ... Baby ... kau —"Monica sangat terkejut dan ketakutan ketika ia melihat kehadiran Albern, yang kini tengah berdiri tegap di hadapannya, dan sedang menahan cambuknya. Wajah Albern sudah terlihat merah padam karena emosi."Baby, kau sudah pulang?" Monica bertanya dengan suara yang gemetar.Namun, Albern tidak menjawabnya. Matanya langsung tertuju pada tubuh Harnum yang tergeletak di lantai dengan kondisi tubuhnya yang sangat mengenaskan. Di bagian punggungnya, sudah berlumuran darah akibat bekas cambukan yang dilakukan oleh Monica. Di bagian tangan dan kakinya pun terlihat penuh luka, karena Monica mencambuk tubuh Harnum secara membabi buta."Rully! Cepat kau bawa wanita sialan ini ke penjara bawah tanah!" titah Albern kepada Rully."Baik, King." Rully langsung menyeret tubuh Monica.Sementara Monica berteriak-teriak memohon ampun pada Albern, agar melepaskannya. Tetapi, Albern yang tengah dilanda emosi itu, tidak menghiraukan permohonan Monica, dia kini justru tengah fokus pada
1 minggu telah berlalu, kini keadaan Harnum sudah mulai membaik, dan luka-luka di sekujur tubuhnya pun sudah mulai menghilang. Kini, Albern sudah merasa lega, karena Harnum sudah sehat kembali. Dan, kini saatnya Albern akan fokus untuk menangani Monica. Sementara Harnum, dia tidak mengetahui bahwa Monica berada di penjara bawah tanah.Saat itu, tanpa sengaja Harnum mendengar pembicaraan Albern dengan Rully, yang akan mengeksekusi Monica. Albern yang sudah dari dulu selalu menahan kesabaran terhadap tingkah Monica itu, kini tekatnya sudah bulat, bahwa dia akan memberi hukuman yang setimpal terhadap Monica, apalagi Monica yang telah mengganggu Harnum.Albern pun langsung menuju ke ruang bawah tanah bersama Rully. Dan tanpa ia sadari, bahwa Harnum mengikuti mereka dari belakang. Mata Harnum terbelalak lebar ketika ia melihat bagaimana keadaan Monica di dalam penjara bawah tanah. Monica dalam keadaan tanpa busana. Tubuh seksi nan indah itu, kini terlihat sangat kurus dan tinggal tulang be
Sejak saat itu, Harnum benar-benar merawat Monica. Monica di bawa oleh Harnum ke dalam gudang, di tempatnya tinggal. Di sanalah dia merawat Monica. Albern tidak bisa berkata apa-apa melihat perlakuan Harnum terhadap Monica tersebut. Harnum begitu tulus merawat Monica. Ia mengobati luka-lukanya, mengganti pakaiannya, memandikannya, dan menyuapinya makan.Monica merasa trauma atas hukuman yang telah Albern berikan kepadanya. Monica masih sering berteriak ketakutan jika mengingat bagaimana kejamnya Albern dan Rully menghukumnya. Apalagi di saat harimau Dirga selama satu minggu itu selalu mengawasinya. Monica tidak bisa membayangkan, jika seandainya Harnum tidak datang tepat pada waktunya, mungkin tubuhnya sudah tercabik-cabik di mangsa oleh Dirga.Tanpa terasa, sudah 1 minggu Harnum merawat Monica. Kini, keadaan Monica pun sudah mulai membaik dan ada perkembangan. Tubuhnya yang dulu sangat kurus yang hanya tinggal tulang belulang itu, kini sudah mulai berisi kembali, karena Harnum selalu
"Tuan, tolong maafkan aku. Sekarang, aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan agar kau tidak meragukanku lagi?" tanya Monica."Ceburkan dirimu di penangkaran buaya!"Monica menatap Rully dengan perasaan bingung. Bagaimana dia tidak bingung, karena di saat tadi dia akan bunuh diri dengan menancapkan pisau di perutnya, Rully justru menghalanginya, bahkan dia mengorbankan dirinya dengan melukai tangannya, karena menahan pisau tersebut. Namun, setelah Rully menolongnya, kini Rully justru menyuruhnya untuk menceburkan diri ke penangkaran buaya.Namun, karena tekad Monica sudah bulat, dia sudah sangat sakit hati karena Rully selalu meragukannya, maka, dia akan menuruti perintah Rully tersebut. Tanpa berpikir panjang, Monica pun langsung berlari menuruni anak tangga. Monica langsung berlari menuju ke belakang paviliun, karena dia sudah tahu di mana letak penangkaran buaya tersebut. Di saat Monica sedang berlari-lari, tanpa sengaja dia menabrak tubuh Harnum yang sedang membersihkan hala