Beranda / Romansa / DENDAM LUKA LAMA / 17. Kenapa kamu diam? 1

Share

17. Kenapa kamu diam? 1

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 14:28:12

DENDAM

- Kenapa kamu diam?

Erlangga mendekat. Lantas mereka duduk saling berhadapan. Pria itu tak mengalihkan pandangan dari Vania. Sedangkan Vania merasakan sesak napas secara tiba-tiba. Tubuhnya menggigil, bukan karena dingin suhu AC restoran, tetapi karena gemuruh emosi yang tak tertahankan di dada. Di hadapannya, duduk pria yang sudah berhasil memporak-porandakan harga dirinya.

"Maaf." Satu kata yang terucap dari bibir laki-laki itu. Sebab Erlangga ingat pesan Vania lewat Rendy, dia tidak ingin mendengar apapun selain kata talak.

Vania menarik napas panjang. "Terima kasih sudah datang. Aku cuma mau satu hal sekarang. Cerai. Itu saja. Lainnya aku nggak butuh penjelasan," ucap Vania dengan tatapan tajam.

Erlangga terdiam. Napasnya juga berat, seolah menyimpan sesuatu. Hanya dirinya yang memahami. Dia juga mengerti betapa terlukanya sosok di hadapannya sekarang. Dan dia tidak tega untuk mengatakan sesuatu yang akan melukai Vania lebih dalam lagi. "Aku minta maaf." Akhirnya itu yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
tinggal bilng talak aja kok gak mau sih gara..apa mng km gak mau nyerain si Vani apa ya apa mau km permainkan trs di
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
wes Sagara tinggal ngucap talak aja apa susahnya.. jangan persulit hidupnya Vania..
goodnovel comment avatar
sasri
memaafkan boleh tapi jangan kembali sama sagara yaaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DENDAM LUKA LAMA   214. Keajaiban 3

    Lampu terang benderang menyinari ruang operasi. Suhu dingin menusuk, kontras dengan degup jantung Yovan yang tak bisa dikendalikan. Ia duduk di sisi kanan ranjang operasi, mengenakan pakaian steril biru lengkap dengan penutup kepala dan masker. Tangannya tak pernah lepas menggenggam jemari Alina yang dingin. Sesekali mereka saling pandang dan tersenyum dibalik masker.Serangkaian prosedur dilakukan. Hingga Alina merasakan separuh tubuhnya mati rasa karena anestesi spinal.Bunyi alat bedah terdengar lirih. Kain hijau menutupi area pembedahan sehingga Alina dan Yovan tidak melihat langsung prosesnya. Meski begitu, bayangan tentang apa yang sedang terjadi membuat keringat dingin muncul di pelipis pria itu. Padahal suhu begitu dingin.Di ruang tunggu, Bu Ambar duduk menunduk sambil berdoa dalam hati. "Sudah hampir empat puluh menit kan, Van," gumam Bu Ambar gelisah sambil memandang menantunya."Tenang, Ma. Proses Caesar memang butuh waktu. Yang penting dokter bilang semua baik-baik saja.

  • DENDAM LUKA LAMA   213. Keajaiban 2

    "Eh, jangan salah kalian. Dokter Vania anak bos properti loh. Dia horang kaya juga tau," sungut Nita."Oalah." "Nggak nyangka, ya. Selama ini kita cuma lihat sisi bos di kantor. Tegas, cool, kadang bikin deg-degan. Tapi ternyata dia semanis itu memperlakukan istri dan anaknya. Sisakan satu yang seperti itu ya, Tuhan," ucap Rani sambil menengadah ke atas.Sinta menepuk pundaknya dengan keras. "Bangun, Ran. Nggak usah tinggi-tinggi mimpinya. Nanti kesambar geledek hangus kamu. Sekelas Pak Rendy aja susah dapetinnya, ini malah ngincer yang di atasnya."Nita cekikikan mendengar ucapan Sinta. Entah mereka ini bicara sekasar apapun, tapi tidak pernah bergaduh dan tersinggung. "Ayo kita jalan ke arah mereka. Pura-pura saja nggak tahu dan kita bisa berserempak nggak sengaja dengan bos. Aku pengen lihat anaknya. Pasti tampan kayak papanya," ajak Rani.Sinta langsung menyambar, "Gasss, Ran! Aku juga ingin lihat baby-nya.""Hush, nggak usah. Tambah oleng kalian lihat baby bos. Tambah tinggi kh

  • DENDAM LUKA LAMA   212. Keajaiban 1

    DENDAM- Keajaiban Tujuh bulan kemudian ...."Eh, jangan Arga." Spontan Vania mundur ke belakang sambil memegangi tangan anaknya yang hendak meraih bayi lelaki di pangkuan Bu Budi."Dia gemas, Nak Vania," ujar Bu Budi sambil tersenyum."Iya, Bu." Sore itu Vania dan Erlangga menyambangi Tara yang melahirkan di rumah sakit. Sahabat Vania melahirkan bayi lelaki kemarin siang. Usia anak mereka hanya selisih 7 bulan saja. "Jangan, Arga." Vania mendekap Arga erat. Namun anak itu justru semakin reseh. Kakinya menendang-nendang kecil, tangannya terus menggapai, mulutnya mengeluarkan suara gumaman sebagai bentuk protes.Arga yang tak berhenti terus menggeliat. Bocah itu sudah bisa berdiri dengan bantuan tangan mamanya, tapi malah semakin keras berusaha meraih bayinya Tara. Melihat itu Tara tersenyum lebar. Tampaknya mereka nanti akan jadi teman sekolah seperti papa mereka."Dek, ayo ikut papa. Kamu kira adek Reno mainan, ya." Erlangga mengambil anaknya dari pangkuan Vania. Kemudian mengajak

  • DENDAM LUKA LAMA   211. Semalam di Resort 3

    Di kamar, Erlangga sudah rebahan. Vania ganti baju dan berbaring di sebelahnya. "Van, malam ini kita keluar. Arga pasti aman sama Kakung dan Utinya. Kita belum pernah staycation semenjak Arga lahir.""Mau ke mana?""Yang dekat sini saja. Misalnya Arga rewel, kita bisa cepat pulang."Vania tampak berpikir sejenak. Kemudian tersenyum sambil mengangguk. "Oke."Erlangga merengkuh Vania ke dalam dekapannya. Mencium keningnya penuh cinta. Semenjak Vania melahirkan dan kembali ke Klinik, mereka hanya bertemu malam hari. Untungnya Vania tidak masuk shift. Yang masuk shift ada dua dokter magang di sana. Namun Erlangga yang super sibuk dengan banyaknya permasalahan yang ditinggalkan oleh Pak Tirta. Banyak deadline yang tak bisa ditepati oleh pakdenya itu. Terpaksa Erlangga menyelesaikan semuanya. Untuk itu kadang pulang ke rumah sudah jam sembilan malam. Untung saja Pak Yudi sangat membantu.Setelah Erlangga terlelap, perlahan Vania melepaskan diri dan sibuk mempersiapkan alat untuk pumping ASI

  • DENDAM LUKA LAMA   210. Semalam di Resort 2

    Sementara di dalam kamar, Erlangga bicara dengan kakaknya. "Tidak ada yang tak mungkin kan, Mbak. Ini buah dari kesabaran dan luka bertahun-tahun yang Mbak Alina rasakan." Erlangga ganti memandang Yovan. "Makasih, Koh Yo. Anda pria luar biasa. Bisa menerima kakak saya dengan semua masa lalunya."Yovan hanya menjawab dengan anggukan, karena Vania keburu masuk. "Mbak Alina, ditunggu dokter Ema pagi ini di tempat prakteknya. Nanti agak siangan dia sudah ke rumah sakit.""Iya, Van.""Kamu segera ganti baju, biar nggak kesiangan," ujar Bu Ambar.Akhirnya wanita itu keluar kamar diikuti oleh Erlangga dan Vania. Mereka ngobrol sejenak di ruang keluarga, kemudian Vania pamitan pulang lebih dulu untuk bersiap-siap. Sedangkan di kamar, Yovan dan Alina masih meluapkan kebahagiaannya sambil berpelukan. Benar-benar seperti mimpi dengan hasil tes instan pagi ini. Usianya sudah 39 tahun saat hamil ini. Mungkin termasuk beresiko tinggi. Namun ia bertekad akan menjaganya baik-baik.🖤LS🖤"Beneran, V

  • DENDAM LUKA LAMA   209. Semalam di Resort 1

    DENDAM- Semalam di Resort "Kamu beneran telat datang bulan, Lin?" tanya Bu Ambar seraya mendekat. Tatapannya terlihat penuh harap. "Entahlah, Ma. Aku nggak tahu. Aku nggak pernah merhatiin itu," jawab Alina lemah."Sepertinya iya, Ma." Justru Yovan yang menjawab lalu duduk di ujung ranjang. Di bagian kaki istrinya."Nah, malah Koh Yo yang ingat," ujar Vania sambil tersenyum. Dan Yovan pun tersenyum juga. Perasaan memang istrinya belum haid-haid lagi."Mbak Alina, akhir-akhir ini sering mual atau pusing di pagi hari, nggak?" tanya Vania hati-hati.Alina tampak ragu, lalu mengangguk kecil. Vania belum berani bicara, tapi ia menduga kalau Alina kemungkinan sedang hamil. Semoga saja begitu. Ini bisa menjadi satu keajaiban dan hadiah yang terindah buat keluarga besarnya.Suara ketukan di pintu kamar membuat mereka semua spontan menoleh ke pintu. Lantas muncul Erlangga sambil menggenggam sesuatu di tangannya dan memberikan pada istrinya."Bismillah, coba Mbak Alin cek dulu. Semoga dugaan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status