"Ayahnya menghancurkan kakakku. Kini, giliranku yang akan menghancurkan anak gadis kesayangannya. Luka dibalas luka." Biar dia tahu rasanya sakit dan kehilangan." _Erlangga_ Memang balas dendam paling manis adalah memberikan cinta palsu. Itu yang dilakukan Erlangga pada Vania Azzahra. Hingga gadis itu mencintainya dengan sangat luar biasa. Rencana Erlangga berjalan sempurna sampai mendapatkan restu orang tua Vania. Mereka rela menikahkan siri putrinya karena terlalu percaya pada Erlangga. Mereka tidak tahu siapa pria kaya yang penuh misteri itu. Sampai pada akhirnya .... Ada dendam, luka, rindu, dan perasaan cinta yang dipertaruhkan. Apa Erlangga pada akhirnya jatuh cinta atau tetap menjadi lelaki dingin tanpa hati.
View MoreDENDAM
- Terancam Gagal "Van, dibatalkan saja resepsi pernikahan ini." Vania, gadis yang tengah tegang menatap layar ponselnya itu kaget dan lemas mendengar ucapan papanya. Rasa cemas terpancar dari wajah ayunya yang sekarang terlihat pucat. Tangannya gemetar, lelaki yang akan menikahinya seminggu lagi, tiba-tiba menghilang tanpa kabar berita. Ponselnya tidak bisa dihubungi. Alamat rumahnya dicari memang ada, tapi di sana kosong. Pak Setya sendiri tidak tega melihat putrinya yang terlihat terpuruk. Dalam hati mengutuk lelaki yang tiba-tiba pergi tanpa jejak. Tidak menyangka pria yang begitu sopan, ramah, gagah, dan tampan itu tega menipu keluarganya. Padahal sejauh mereka saling kenal, tak ada gelagat mencurigakan. Makanya dengan sangat bersemangat, Pak Setya tidak keberatan pria itu dekat dengan putrinya. Ada apa sebenarnya dibalik kejadian ini? Kenapa Sagara yang baik itu mempermainkan mereka. "Bagaimana, Nduk?" tanya Pak Setya dengan tatapan cemas. Vania menarik napas panjang untuk melonggarkan dadanya yang terasa tersumbat. "Undangan sudah disebar, Pa. Semua rekan kerjaku juga sudah tahu. Masih ada waktu untuk mencari Mas Gara. Aku khawatir terjadi sesuatu yang membuatnya nggak bisa dihubungi." Meski panik, Vania masih berusaha tetap berpikiran positif. Dia berharap lelaki itu tetap datang. "Pernikahanmu tinggal menghitung hari." Pak Setya bicara dengan nada lesu. Tangis Vania hampir meledak. Sudah seminggu ini tiap malam dia tidak bisa tidur karena memikirkan lelaki yang sebenarnya sudah sah menjadi suaminya secara agama. Dua bulan yang lalu, Pak Setya memang menikahkan putrinya secara siri dengan Sagara. Mereka begitu dekat, khawatir berbuat zina, makanya nikah siri akan menghindarkan mereka dari maksiat. "Nak Gara, saya minta. Jangan sentuh Vania dulu meskipun kalian sudah sah menjadi suami istri. Nanti saja setelah kalian nikah resmi di KUA dan keluarga Nak Gara datang kesini untuk melamar sekalian resepsi pernikahan. Silakan kalian berbulan madu." Itu permintaan Pak Setya pada Sagara. "Bagaimana, Ma?" Pak Setya menoleh pada istri yang duduk di sebelahnya. Bu Endah menghela napas berat. "Kita usahakan dulu mencari Sagara, Pah. Masih ada waktu seminggu." "Bagaimana kalau dia tetap nggak datang?" Firasat Pak Setya sudah buruk. Mengingat orang-orang yang disuruh mencari, tak mendapat hasil. Hening. Sudah berapa orang saja yang dikerahkan bos properti itu untuk mencari menantunya. Namun tak ada jejak yang menunjukkan keberadaannya. "Rumah itu jarang dihuni katanya, Pak. Hanya sesekali saja seorang pria muda datang ke sana. Sebulan sekali belum tentu dia datang. Tapi katanya seminggu sekali ada seorang pekerja yang datang untuk bersih-bersih rumah." Ini penjelasan empat hari yang lalu dari orang suruhannya yang ditugaskan mencari alamat yang pernah Sagara berikan. "Cari saja alamat orang yang biasanya bersih-bersih di rumah itu. Pasti dia tahu tentang bosnya," perintah Pak Setya. Namun selama empat hari mengawasi di sana, tetap saja tidak ada hasilnya. Orang itu juga tidak datang. Bu Endah merangkul bahu putrinya dan mengusapnya lembut. Vania benar-benar lemas. Kalau Sagara tidak muncul, betapa malunya keluarga mereka. Pesta pernikahan megah sudah 90% persiapannya. Undangan yang disebar papanya lebih dari 2000 orang. Vania anak tunggal. Jadi tidak heran kalau acara pernikahannya dibuat semegah dan semewah mungkin. "Ma, aku ke kamar dulu." Dengan gontai, calon dokter itu melangkah menuju ke kamarnya. Impiannya terancam pupus. Sudah banyak perencanaan yang dirancang dengan matang, tapi kini serasa tinggal catatan kelam saja. Sebagai co-assistant yang memiliki tanggung jawab nyata terhadap pasien. Harus kuat secara fisik dan mental karena tekanan kerja yang sangat tinggi. Kini tinggal dua bulan saja akan selesai, diterpa permasalahan yang ruwet begini. Keputusan menikah disetujuinya, mengingat dia sudah selesai koas. Disamping dirinya anak tunggal dan kedua orang tuanya ingin segera punya mantu dan cucu, Sagara juga pria yang baik. Namun sekarang, jalan yang tinggal sejengkal lagi ke pelaminan terlihat sangat suram. Vania meraih ponselnya kembali. Nama Sagara dihubungi, tapi tetap nihil. Sudah ratusan pesan dikirim, tak ada satu pun yang masuk. Kenapa dia begitu bodoh. Gampang mempercayai lelaki yang baru beberapa bulan ia kenal. Rombongan Sagara menyewa rumah tepat di seberang rumah orang tuanya. Dia seorang manager proyek yang sedang membangun sebuah resort mewah yang lokasinya di pinggiran kota kecil mereka. "Van, keluar dulu, Nak. Ada yang mau minta tolong." Sang mama memanggilnya dari luar kamar. Suatu sore sekitar setahun yang lalu. "Ada apa, Ma?" "Ada Mas yang terluka tangannya, kena pecahan cermin yang jatuh." "Kenapa nggak dibawa ke rumah sakit saja." "Mungkin nggak terlalu parah, tapi butuh penanganan. Coba kamu lihat. Biar kamu di anterin ke sana sama Mbak Mar." Vania masuk kembali ke kamarnya untuk mengambil perlengkapan yang tersedia. Kemudian bergegas pergi di temani oleh ART-nya. Menyeberang jalan, lalu dipersilakan masuk ke dalam rumah yang penghuninya lelaki semua. Di ruang tamu itu dia bertemu pertama kali dengan pria muda yang memperkenalkan dirinya bernama Sagara. Dia sosok tinggi, tegap, dan rupawan. Vania berdesir saat menatapnya. Sudah sering dia bertemu dengan banyak lelaki, mulai dari teman kuliah, dokter di rumah sakit, atau pun relasi bisnis papanya. Namun Sagara sangat berbeda. Dia pria yang sangat memikat. Tatapan matanya menghipnotis. "Terima kasih, Dok," ucap Sagara setelah Vania selesai membalut lukanya. "Saya belum menjadi dokter, Mas. Saya mahasiswa kedokteran yang masih menjalani program profesi untuk memperoleh gelar dokter." "Oh." Saat mengingat kenangan itu, Vania berkeringat dingin meski kamarnya ber-AC. Dirinya benar-benar takut. Tak sanggup menghadapi pergunjingan kalau sampai Sagara tidak muncul. Dengan kaki gemetar, ia kembali ke luar kamar untuk mengambil air minum. Langkahnya terhenti saat mendengar percakapan sang ayah dengan orang suruhannya. "Bagaimana?" "Rumah itu tetap sepi, Pak. Saya ke kantor pusat tempatnya bekerja, satpam dan pegawai di sana bilang tidak ada manager proyek bernama Sagara. Bahkan saya sudah menunjukkan fotonya, tapi mereka bilang tidak kenal." Mendengar kabar itu, tubuh Vania luruh ke lantai. Apa ini sebagai tanda kalau dirinya akan dipermalukan seminggu lagi? Tidak hanya dirinya, tapi keluarganya juga. Kalau materi bisa dicari, tapi bagaimana dengan rasa malu dan harga diri. Ya, harga diri. Pria itu telah mengambil darinya. Next .... - Teman-teman semua, selamat datang di cerbung baruku, ya. Jangan lupa subscribe, like, dan komentar. Kita akan memulai petualangan wanita tangguh bernama Vania.DENDAM- Mancarimu"Jujur saja sama aku. Aku bisa nyimpen rahasiamu. Lagian nggak ada yang salah. Kamu dan dia sudah sah sebagai suami istri."Vania menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Andai di sekitarnya tidak ada CCTV, dia akan meledakkan tangisnya saat itu juga. "Ya," jawab Vania lirih. Nyaris tak terdengar. Kemudian ia menarik napas panjang. "Tapi kamu nggak hamil kan, Van?""Nggak. Aku sempat khawatir juga sebenarnya. Setelah kejadian pertama kali, aku langsung minum pil kontrasepsi. A-aku sendiri masih ingin meraih gelar dokterku, Tar. Aku nggak ingin gagal dan harus mengulang. Tapi aku sempat takut juga, nggak ada kontrasepsi yang bisa menjamin 100%. Berkali-kali aku cek, hasilnya negatif semua.""Syukurlah. Bebanmu nggak semakin berat. Tapi beneran kamu masih ingin mencarinya?""Iya.""Ke mana?""Ke mana saja. Sampai dia ketemu.""Kamu memang harus bertemu dia untuk menyelesaikan statusmu, Van."Keduanya berbincang sampai beberapa saat kemudian. Setelah itu Vania
DENDAM- Jawab Jujur Tangan Vania gemetar saat membuka bungkus testpack ketiga. Yang dua kali hasilnya samar. Karena memikirkan hal itu, ia menghabiskan dua malam dengan dada sesak. Takut sekali kalau hamil.Sekarang di toilet rumah sakit, Vania menatap alat mungil di tangannya dengan jantung berpacu hebat. Seolah sedang menunggu takdir selanjutnya seperti apa. Jarum jam dipergelangan tangannya terasa begitu lama berputar. Tiga menit. Itu waktu yang akan menentukan, apakah hidupnya akan berubah atau tetap seperti sekarang ini.Vania menahan napas dan memandang benda kecil itu.Negatif.Ia mengembuskan napas lega. Air matanya jatuh. Kelegaan yang tak bisa ditampung dengan kata-kata. Ia tidak hamil. Tuhan masih memberinya waktu dan kesempatan untuk menjadi dokter dan mengejar cita-citanya setelah dihancurkan oleh seorang pria yang kini entah di mana.Sagara. Nama itu menoreh hatinya bagai luka bakar yang panas, menyakitkan, dan membekas begitu dalam. Sagara menggantungnya dalam ketidak
DENDAM - Apa salahku? "Saya ...." Vania berhenti lalu menunduk menahan isak. Kemudian kembali mengangkat wajahnya. "Saya sangat sedih untuk hari ini. Tapi mungkin memang tidak ada jodoh di antara kami. Saya terima dengan lapang hati "Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh tamu undangan yang tetap hadir di sini, meskipun sebagian sudah tahu, kalau pernikahan ini sebenarnya telah batal. Terima kasih banyak untuk semuanya." Vania menangkupkan tangan sambil memandang dokter-dokter senior yang duduk di barisan depan. Lalu melakukan hal yang sama pada semua undangan yang datang. Kemudian ia mundur ke belakang. Suara tepuk tangan menggema bersama dengan ucapan penyemangat. Sebagai penghormatan untuk keberanian seorang gadis yang sudah dihancurkan dan dipermalukan. Setelah itu ganti Pak Setya yang memberikan sambutan. Intinya sama, ucapan terima kasih dan permintaan maaf. Setelah Vania turun dari panggung, para dokter senior, teman-teman koas, dan rekan-rekan la
DENDAM- Dia Tidak Akan Datang "Aku akan keluar kota. Seminggu lagi aku akan menjemputmu untuk kenalan sama keluargaku sebelum resepsi pernikahan kita." Vania masih teringat saat Sagara hendak pamit sore itu. Ketika mereka makan di sebuah kafe.Namun sampai menjelang hari pernikahan, pria itu menghilang tanpa kabar. Jejaknya pun tidak ada. Sedangkan orang-orang yang masih bekerja di resort, kalau ditanya jawabannya tidak tahu semua. Memang tidak semua orang kenal secara langsung pada Sagara. Para pekerja kasar tahunya kalau pria itu adalah bos mereka. Sementara para atasan, semuanya bungkam."Vani, kamu kenapa, Nak. Ayo, berdiri!" Bu Endah membantu putrinya untuk bangkit dari lantai, lalu memapahnya duduk di sofa ruang keluarga. "Aku sudah mendengar semuanya, Ma."Bu Endah mengangguk dengan bibir bergetar karena menahan tangis. Dia tidak sanggup berkata-kata untuk beberapa saat. Tidak terbayangkan betapa hancur hati putri tunggalnya. Sedangkan tubuh Vania terguncang karena terisak.
DENDAM- Terancam Gagal"Van, dibatalkan saja resepsi pernikahan ini."Vania, gadis yang tengah tegang menatap layar ponselnya itu kaget dan lemas mendengar ucapan papanya. Rasa cemas terpancar dari wajah ayunya yang sekarang terlihat pucat. Tangannya gemetar, lelaki yang akan menikahinya seminggu lagi, tiba-tiba menghilang tanpa kabar berita. Ponselnya tidak bisa dihubungi. Alamat rumahnya dicari memang ada, tapi di sana kosong.Pak Setya sendiri tidak tega melihat putrinya yang terlihat terpuruk. Dalam hati mengutuk lelaki yang tiba-tiba pergi tanpa jejak. Tidak menyangka pria yang begitu sopan, ramah, gagah, dan tampan itu tega menipu keluarganya. Padahal sejauh mereka saling kenal, tak ada gelagat mencurigakan. Makanya dengan sangat bersemangat, Pak Setya tidak keberatan pria itu dekat dengan putrinya. Ada apa sebenarnya dibalik kejadian ini? Kenapa Sagara yang baik itu mempermainkan mereka."Bagaimana, Nduk?" tanya Pak Setya dengan tatapan cemas.Vania menarik napas panjang untu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments