Kayla berjalan dengan langkah gontai. Rasanya ia malas sekali kembali ke rumah. Tapi, jika tidak pulang, ke mana lagi ia harus melangkah. Lagi pula ia harus ke rumah sakit untuk menjaga ibunya.
Kayla memicingkan mata saat melihat mobil ayahnya terparkir di depan rumahnya. Ia pun bergegas, perasaannya tidak enak. Ia takut jika sesuatu terjadi pada sang ibu.
“Ayah, kenapa Ayah pulang? Bagaimana dengan ibu?” tanya Kayla saat ia masuk. Raditama tampak sedang duduk di teras rumah mereka.
Alih-alih menjawab, Raditama malah memperlihatkan saldo rekeningnya. Dada Kayla berdesir seketika.
“U-uang dari mana itu, Yah?” tanyanya hati-hati.
"Kita pergi ke rumah mami Sania sekarang. Kau berdandan di sana, lalu kita ke hotel. Orangnya sudah mentransfer. Tidak lama Tatia. Kau hanya perlu seperti ini sampai ayah bisa bangkit kembali dan ibumu sembuh."
Kayla hanya diam, air mata perlahan menetes kembali di pipinya. Ia tidak ingin melawan atau menjawab. Ayahnya betul- betul tega hanya demi ambisinya.
“Setelah mengantarmu, ayah akan kembali ke rumah sakit. Tadi, ibumu baru saja selesai operasi ketika ayah tinggalkan. Ayo, jangan biarkan pelanggan menunggumu terlalu lama.”
Hati Kayla terasa sakit saat mendengar kata ‘pelanggan’, rasanya ia sudah tidak mempunyai harga diri lagi.
Sania menyambut kedatangan Kayla dan Raditama dengan wajah sumringah.
“Wah, ini dia primadona kita. Putrimu ini benar-benar bintang, banyak yang ingin bersamanya dan berani membayar mahal. Apa kataku, Tama ... soal perawan, kau bisa membawanya ke luar negeri untuk menjalani operasi selaput dara. Tidak akan ada yang tau jika dia pernah menjadi primadona di sini,” kata Sania dengan senyum licik.
"Ya, untung saja kita bertemu Sania. Terima kasih sudah membantuku."
Sania hanya tersenyum lalu wanita itu mendekati Kayla dan menggandengnya.
"Biar kudandani dulu berlian kita ini. Setelah itu kau langsung antar ke hotel," katanya.
Kayla hanya diam ketika Sania memakaikan make up tipis kepadanya.
"Kamu nggak perlu menor, cukup minimalis seperti ini sudah cantik Kayla. Luar biasa memang ayah dan ibumu itu. Bisa mencetak bibit unggul," komentar Valentina.
"Makasih Tante," ujar Kayla lirih.
“Banyak pengusaha yang berani membayar mahal, Kayla. Bahkan, Rans ... lelaki yang kau layani kemarin dia sangat ketagihan dan memintamu setiap akhir minggu,” kata Sania. Kayla hanya tersenyum getir sambil mengembuskan napas panjang.
Setelah make up tante Sania menyuruh Kayla berganti pakaian. Kali ini ia memberikan rok klok berwarna hitam dan atasan dengan model sabrina berwarna merah yang memperlihatkan bahu mulus Kayla. Kayla pun terlihat begitu cantik sempurna.
Dan, mereka pun segera berangkat. Raditama sendiri yang mengantar Kayla.
”Jangan lupa minum pil KB-mu, supaya tidak hamil. Ayah sudah meminta kepada mami Sania supaya mengingatkan orang yang berhubungan denganmu untuk memakai pengaman sebagai syarat."
Mendengar perkataan Raditama Kayla tiba- tiba merasa begitu benci dan marah.
"Jika ayah tau resiko dan bahayanya apa. Kenapa ayah malah menyuruh untuk melakukan hal yang hina seperti ini?!" Kayla menjerit tak tahan lagi.
“Ayah seharusnya malu karena sudah menjual putri kandung ayah sendiri! Seorang ayah biasanya akan marah jika ada yang berbuat kurang ajar pada anak gadisnya. Tapi, Ayah justru membuat aku menjadi pelacur!”
Plak! Plak!
Raditama menampar Kayla dengan keras. Ia pun segera menepikan mobilnya. Dicengkeramnya pergelangan Kayla kuat- kuat.
"Kau sudah berani kamu melawan ayah?!" Hardik Raditama . Kayla terisak-isak, pipinya terasa memanas karena tamparan Raditama . Ia merasakan pergelangan tangannya juga begitu sakit.
"Dengar, Kayla! Selama ini, ayah dan ibu sudah bersusah payah merawat dan membesarkan dirimu. Juga menyekolahkan dirimu. Jangan lupa saat aku kaya, segala kemewahan aku berikan kepadamu. Sekarang sebagai anak yang baik kau harus membalas budi!” bentak Raditama.
Kayla tak menjawab, rasanya sakit sekali mendengar kalimat yang keluar dari mulut sang ayah.
"Kau harus tau rasanya jatuh itu sakit! Liat akibat aku bangkrut ... ibumu sakit, kondisi ekonomi kita berantakan. Kau mau terus menerus seperti ini? Aku bisa gila karena miskin! Aku hanya memintamu untuk membantu sampai aku memiliki modal usaha. Setelah itu, aku akan membawamu ke luar negeri untuk operasi selaput dara. Semua akan baik-baik saja.
“Atau, kau ingin aku dan ibumu mati?!”
Kayla terisak keras, ia merasa takut sekaligus kesakitan karena cengkeraman ayahnya bertambah kuat.
"Am- ampun Ayah ... tolong lepaskan, sakit," ratap Kayla. Dengan kasar Raditama melepaskan tangan putrinya.
"Kau bisa tidak, menuruti saja apa yang aku katakan?!"
Kayla mengangguk. "Jawaab! Jangan hanya mengangguk seperti anak kucing, pakai mulutmu untuk menjawab!"
"I-iya ayah, aku mengerti," jawab Kayla.
"Bagus, ingat mulai sekarang sedikit saja kamu berbuat salah atau melawan aku tidak akan segan untuk melakukan hal yang aku katakan tadi, mengerti?! Hapus air matamu. Ingat, kau harus melayani tamumu dengan baik. Ia membayarmu sampai malam nanti, jadi layani sebaik mungkin. Nanti, kau pulang pakai taksi saja dan langsung ke rumah sakit.”
"Iya, ayah."
Raditama menarik napas dan membuangnya dengan kasar. Ia pun kembali menyalakan mobil kembali
Boss yang memesan Kayla bertubuh sedikit gemuk, dengan mata sipit dan kulit putih. Kayla menaksir usianya sekitar 40 tahun. Saat melihat Kayla berdiri di depan pintu lelaki itu menatap tanpa berkedip, seolah ingin menelan Kayla bulat-bulat. Dan, sepanjang siang sampai malam hari, Kayla terpaksa melayani keinginan lelaki itu.
Merasa puas lelaki itu memberi beberapa lembar uang berwarna merah kepada Kayla. "Tips untukmu, Manis. Senang bermain dengan gadis lugu sepertimu hahaha."
_15 tahun kemudian_ Bima membaca surat terakhir yang ditulis oleh Rans. Di surat terakhir ini, lebih tebal dari biasanya. Juga di surat terakhir ini Rans bercerita banyak hal kepadanya. Usia Bima hari ini genap 20 tahun. Ia menatap Karina yang duduk di hadapannya. Hari ini, untuk pertama kali Bima mengerti bahwa wanita yang selama 20 tahun ini merawat dan membesarkannya ternyata bukan ibu yang melahirkannya ke dunia ini. Bima juga harus berlapang dada mengetahui semua kebenarannya. Tentang almarhum Guan dan Rans. Selama ini, Karina memang tidak pernah mengatakan apa pun. Itu semua karena Karina ingin menjaga kebanggaan Bima tentang Papinya. Karina membawa Bima tinggal di Thailand karena ia tidak ingin Bima mengetahui soal Rans dari orang lain. Karina ingin menunggu sampai Bima dewasa dan siap menghadapi semua kenyataan dan kebenaran yang ada. Ba
-2 Tahun kemudian Kayla pagi ini kelihatan cantik dengan kebaya dan riasan pengantin adat Jawa Barat. Kayla mengenakan siger di kepalanya, siger Sunda itu sendiri memiliki makna yang cukup.Dengan meletakkan siger pada kepala, pengantin wanita pada dasarnya telah meletakkan kearifan, rasa hormat, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sebagai istri, siger merupakan simbolisasi harapan kearifan, hormat dan kebijaksanaan. Selain sigernya itu sendiri, riasan adat siger yang Kayla pakai juga disertai dengan hiasan-hiasan pada sanggul seperti kembang tanjung. Kembang tanjung adalah 6 pasang bunga yang disematkan pada belakang sanggul, bentuknya seperti kupu-kupu kecil di belakang konde. Kembang tanjung sendiri bermakna sebagai kesetiaan pengantin wanita pada pria. Sebagai seorang gadis Sunda Kayla terlihat sangat cantik dengan u
Tepat di hari ke delapan, Galang membuka matanya pelahan. Kayla dan Kadita yang sedang berada di ruang perawatan tentu senang bukan main. Kadita pun langsung memanggil dokter yang menangani Galang."Ma, Bang Theo dan Ethan sudah kembali?" tanya Galang."Sudah, mereka sudah mama beri kabar. Mereka akan datang, Om- mu sedang menjemput mereka.""Kayla ....""Aku di sini. Kau jangan banyak bicara dulu. Kau sudah delapan hari koma dan kau belum boleh banyak bicara."Galang menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis."Aku mencintaimu, Kay dan kau sangat tau hal itu. Aku ingin melihatmu bahagia," kata Galang dengan lirih.Kayla menggenggam tangan Galang dan membelai rambut pemuda itu."Aku juga sayang kepadamu."Kadita yang duduk di dekat mereka hanya bisa menangis dan menggenggam tangan Galang yang satunya. Tak berapa lama pintu kamar terbuka. Tampak Agung masuk bersama Theodore dan Ethan. Mereka
Siang itu, Kayla dan Agung sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput Kadita, Ethan dan Theodore. Kayla nampak sedikit gelisah, ia penasaran seperti apa penampilan Ethan dan Theodore sekarang. Terakhir mereka melakukan panggilan telepon, Ethan tidak bersedia untuk melakukan video call. Sehingga Kayla hanya bisa mengira- ngira bagaimana wajah Ethan sekarang. Setelah beberapa lama menunggu pesawat Kadita pun landing. Dari kejauhan, Kadita langsung melambaikan tangan saat melihat Kayla. Kayla membalas lambaian tangan Kadita. Untuk sejenak, Kayla terpaku pada kedua lelaki yang berjalan di belakang Kadita. Ia yakin mereka adalah Ethan dan Theodore. Tapi, Kayla belum bisa memastikan yang mana Ethan dan yang mana Theodore.Mereka tidak sempat bicara panjang lebar. Agung langsung membawa Kadita ke rumah sakit tempat Galang dirawat.“Bagaimana bisa dia tertembak, Bang?” tanya Kadita.&ldq
Karina berjalan dengan mantap menuju kantor polisi. Dia baru saja tiba di Jakarta tanpa membawa Bima. Kepada Rengganis, ia mengatakan bahwa ia harus ke Jakarta untuk mengurus perceraian. Tetapi, bukan hanya itu. Ia ingin menemui Rans Surat terakhir dari papinya ia simpan dengan rapi di dalam tasnya. Galang yang kebetulan baru saja menjenguk Hans merasa sedikit terkejut. Kabar terakhir yang Galang dengar, Karina sedang mengurus proses perceraian. Bahkan menurut orang kedutaan Karina tidak mau ikut campur dengan apa yang menimpa suaminya Jelas, kedatangan Karina menjadi sebuah kejutan bagi Galang. Ia langsung menyuruh anak buahnya untuk membawa Hans bertemu dengan istrinya di ruangan khusus. Melihat Karina, mata Hans yang tadinya kosong tanpa gairah mendadak berbinar ceria. Namun, ia menahan diri untuk tidak memeluk istri tercintanya itu."Kau datang? Mana Bima?" tanya Rans Karina merasa gamang. Perasaannya saat ini campur adu
DOR!DOR!DOR!“GALAANG!” Agung berteriak. Ia tidak menyangka jika keponakannya itu akan menghalangi peluru yang ditujukan kepadanya. Sementara Rans sendiri terkena tembakan di bagian bahu.Tanpa menunggu lama Agung langsung menelepon ambulance dan membawa Agung ke rumah sakit.++"Saudara Rans, saya ingin menyampaikan berita duka. Ayah mertua Anda, meninggal dunia karena bunuh diri. Kami mendapatkan informasi dari kedutaan besar di Thailand. Kami juga sudah menghubungi istri Anda. Tapi, sepertinya istri Anda menolak untuk menemui Anda. Apakah ada yang lain yang ingin Anda sampaikan?" Rans terdiam, Guan meninggal? Bunuh diri? Ah, sebenarnya apa yang telah terjadi?"Jika kepolisian ingin mengusut asset penghasilan saya di perusahaan tidak akan bisa menemukan. Segala penghasilan saya dari usaha narkotika tidak pernah saya campur adukkan dengan bisnis saya yang bersih. Silak