Terima kasih sudah mampir ke karya saya🙏 Yuk, beri dukungan buat author melalui komentar & vote Thank you 🙏🙏🙏
PLAKKK! Satu pukulan keras, dilayangkan Tuan Chan tepat ke bagian belakang kepala Pan. Lalu, Tuan Chan pun berkata, "Bodoh! Kalaupun tidak tahan, yang berhak menyentuhnya pertama kali adalah aku ataupun Tuan Mo! Jadi, jika kamu masih ingin ikut berlayar bersama kami, maka jaga sikapmu!"Seketika, Pan diam. Bukan karena ia mematuhi perkataan Tuan Chan, melainkan segera ia memiliki sebuah ide cemerlang, agar dapat menggauli gadis itu. Ya, ia hanya perlu mendesak Tuan Mo ataupun Tuan Chan untuk menggauli gadis itu. Baru kemudian, ia pasti memiliki kesempatan. Wajar bagi para Bos mendapatkan jatah pertama terlebih dahulu dan ia sama sekali tidak keberatan, mendapatkan sisa-sisa dari mereka. Hanya memikirkan kemungkinan itu, sudah membuat dirinya bergairah. "Jadi, di mana gadis itu ditempatkan?" tanya Pan, yang langsung mengubah topik pembicaraan. "Ikat dia di sisi geladak kapal itu dan pastikan ia tidak melarikan diri! Sebentar lagi kapal akan berlayar," pesan Tuan Chan, sebelum melang
"Aku belum mati?" batin Alula sambil berusaha membuka mata, berusaha melawan terik mentari, "setelah apa yang terjadi, bukankah aku memiliki hak untuk mati?"Amarah, menguasai jiwa. Saat ini, tubuhnya telentang di atas bebatuan raksasa pemecah ombak yang ada di sekitar dermaga. Ya, ia tiba di ibukota setelah tujuh hari perjalanan laut. Tujuh hari itu pula, ia hidup dalam neraka nyata. Alula telah diperkosa secara brutal oleh tiga orang pria. Tubuhnya mati rasa dan aroma busuk menguar. Namun, ironisnya ia belum mati. Tidak ada air mata yang mengalir, tidak ada rasa sakit yang ia takuti. Rasanya, dia ingin menghantui manusia-manusia bejat itu. Tunggu! Manusia? Tidak! Mereka lebih rendah dari binatang. "Mengapa Engkau belum mencabut nyawaku? Aku tidak mungkin dapat hidup, setelah semua yang dilalui." Alula hanya dapat membatin. Ia tidak memiliki tenaga, tubuhnya hanya tulang berlapis daging yang tidak dapat digerakkan. Di saat itulah, satu sosok menjulang tiba-tiba muncul di depa
Mendengar penjelasan dokter, Jayden duduk bersandar di sofa dengan satu tangan menopang wajah tampannya. Tatapan tajam tertuju pada sosok yang terbaring di ranjang rawat, tepat di seberang. Namun, pikiran Jayden, sepenuhnya tertuju kepada wanita itu. Ia sudah memerintahkan kaki tangannya, untuk menyelidiki siapa wanita malang itu dan tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan jawaban. [ Alula Yan, gadis berusia 18 tahun. Miskin, memiliki ayah seorang pemabuk dan penjudi serta ibu yang lumpuh. Bukankah hidup yang malang? Gadis itu dijual, untuk melunasi hutang judi. Siapa yang melakukan hal bejat itu? Sudah dilaporkan kepadanya juga. Namun, Jayden akan menyerahkan kepada gadis itu untuk memutuskan nasib para manusia bejat tersebut. ]Salah satu siku tangan Jayden diletakkan di sandaran sofa, dengan tangan yang menopang wajah. Sedangkan, satu tangan lagi diletakkan di atas pangkuan di mana jari jemari bergerak perlahan dengan tempo yang teratur. Tiba-tiba tubuh Alula tersentak saat ia
"Kamu bersyukur?" tanya Jayden dengan sebelah alis mata yang terangkat. "Aku bersyukur untuk itu. Itu lebih baik daripada aku harus mengandung anak dari salah satu manusia-manusia bejat itu, karena akibat dari pemerkosaan! Jika itu terjadi, maka aku akan bunuh diri.""Lagipula setelah apa yang terjadi, bagaimana Anda mengira aku memiliki keinginan untuk hamil di masa mendatang? Rahim, bukan sesuatu yang penting bagiku saat ini. Yang penting adalah aku ingin membalas dendam! Aku hanya ingin balas dendam!" tegas Alula dengan suara bergetar. Seulas senyum puas, terpatri di wajah tampan Jayden Lee. Keputusannya tidak pernah salah, begitu juga dengan kemampuannya untuk menilai seseorang. Ya, ia tidak salah menilai wanita yang terbaring di hadapannya saat ini. "Bagus! Selamat telah menjadi salah satu anggota keluarga klan Lee. Pulihkan dirimu dan setelah itu, aku akan mengurus semuanya untukmu," ujar Jayden dan dengan anggun, ia pun berbalik dan melangkah pergi meninggalkan kamar rawat V
"Apakah kamu percaya jika aku katakan bahwa alasan aku menolongmu adalah karena kebaikan hatiku?" tanya Jayden sambil merapikan jas dan tersenyum miring. Alula tidak menjawab, sebab ia tahu bukan itu alasannya. "Tidak! Bukan karena aku baik hati. Aku adalah orang yang jauh dari kata baik. Seorang ketua triad hanya akan melalukan sesuatu dengan perhitungan untung rugi. Alasanku menolongmu karena keyakinan yang aku rasakan! Aku yakin, suatu saat ketika kamu mampu membalas budi maka itu pasti akan bermanfaat bagi klan Lee," jawab Jayden, jujur. "Tentu! Tentu aku akan membalas budi baikmu. Namun, sebelum itu kamu harus membantuku pulih dan membuatku mampu balas dendam. Setelah itu, aku akan mengabdi untukmu. Kebaikanmu akan aku balas dengan jiwa dan ragaku," tutur Alula. Alasannya bertahan hidup adalah untuk menuntut balas dendam. Setelah itu terjadi, maka hidupnya tidak lagi bermakna dan ia akan dengan senang hati, menyerahkan hidupnya kepada sang penolong. "Baik, aku akan dengan s
Jayden, menghembuskan napas tanda bahwa ia begitu kesal. Namun, demi masa depan ia harus bersabar. Ya, walaupun kata sabar sebenarnya tidak ada dalam kamus kehidupannya. "Perlahan! Lakukanlah dengan perlahan dan jangan terburu-buru. Lakukan itu, saat kamu benar-benar siap. Karena itulah, kamu harus patuh dan mendengarkan perkataanku." Setelah berhasil menahan amarah, Jayden menurunkan nada suaranya. Alula, menganggukkan kepala begitu kencang. Ya, yang harus ia lakukan adalah percaya terhadap perkataan sang penolong. Jayden mengangkat sebelah tangan dan diletakkan pada sisi wajah Alula. Tangan kokoh dan hangat itu, menyapu sisi wajah Alula yang dipenuhi butiran peluh. Sentuhan hangat, menggetarkan jiwa Alula. Walau takut, tapi rasa nikmat lebih kentara. Alula membalas tatapan Jayden dan untuk sesaat, waktu seakan berhenti. "Patuhlah padaku, maka kamu akan menjadi seseorang yang kuat dan tidak dapat tertandingi," ujar Jayden, kali ini dengan nada suara yang lembut. Alula, te
Si kaki tangan, terdiam sejenak saat mempertimbangkan apa yang harus dikatakan untuk menjawab pertanyaan Sang Tuan. "Aku tidak yakin Tuan," jawab si kaki tangan jujur. Teori akan berbeda dengan saat praktek, itu yang selama ini diyakini. Jadi, kemampuan Alula atau Anna Lee belumlah cukup untuk membalas dendam walaupun dengan kebencian yang membakar jiwa. Jayden, mengangguk. Ia suka dengan orang yang jujur daripada berkata manis, makanya pemuda yang ada dalam satu ruangan dengannya mampu menjadi kaki tangan terpercaya. "Saat Anna tiba, bawa dia ke hadapanku!" perintah Jayden Lee. "Baik Tuan." **** Setelah perintah Jayden, semua bergerak sesuai arahannya, termasuk Alula. Ah, tidak! Anna Lee. Dia kini terlihat seperti anak hilang di bandara internasional Negara Z. "Anna, ayo masuk!" Amy sang pengawal, menyadarkan Anna dari cengkeraman ketakutan. Ya, berada di tengah keramaian seperti ini membuatnya panik setengah mati. Cara menenangkan diri yang dipelajari selama tiga tahun
"Gaun ini tidak dirancang dikenakan dengan bra dan untuk celana dalam harus dengan bahan yang lembut, agar tidak tercetak saat gaun melekat di tubuh Nona," jelas si pegawai. Dengan wajah merona karena malu, Anna pun melepaskan pakaian dalam mengikuti instruksi si pegawai toko. Telanjang, Anna pun buru-buru mengambil celana dalam baru dari si pegawai dan langsung mengenakannya. Celana dalam berbahan kain yang begitu tipis, seperti kulit kedua yang melekat sempurna. Lalu, si pegawai mulai membantu Anna mengenakan gaun hitam yang begitu elegan. Setelah terpasang sempurna di tubuh, penampilannya membuat Anna sendiri terpukau. Ia terlihat amat jauh berbeda, begitu elegan dan seksi. Gaun itu terlihat sopan pada bagian depan. Model kerah longgar agak turun, memamerkan keindahan pundak dan leher Anna yang jenjang. Namun, karena jenis kain yang begitu lembut, gaun itu menjiplak lekukan tubuhnya dengan begitu jelas. Bahkan, bayangan puting terlihat jelas dan membuat wajah Anna kembali meron