Part10
Sudah dua minggu Ibu di rawat, aku pun sesekali menjenguknya ke rumah sakit.
Dokter mengatakan, kondisi Ibu Mumun tidak ada perubahan.
Mamah menghubungiku, untuk menjemput mereka pulang.
Ia memutuskan membawa Ibu pulang, katanya lebih baik rawat di rumah, ia bahkan berniat mempekerjakan seorang perawat, yang akan bertanggung jawab mengurus Ibu.
Aku melajukan mobil ke rumah sakit, sementara Papah masih di kantornya. Papah memiliki perusahaan sendiri, yang terbilang masih baru, dan bergerak di bidang property.
Sedangkan aku sendiri, bekerja di perusahaan bonafide. Aku memiliki jabatan yang cukup penting di perusahaan raksasa tersebut.
Masih dalam masa cuti, yang tinggal sehari lagi. Aku melajukan mobil, menuju rumah sakit.
Aku mengurus biaya administrasi, kemudian menunggu Alia keluar bersama Mamah.
Alia mendorong pelan kursi roda ibu, sedangka
Part11Pak Arman menghubungiku melalui sambungan telepon, ia memintaku untuk segera datang ke kantor.Aku pun bergegas menuju ke sana seorang diri.Sesampainya aku di kantor, Pak Arman pun mulai menjelaskan kronologi penangkapan Amira."Apakah benar, jika saudara Amira itu kekasih gelap Pak Raka?" selidik Pak Arman.Mati kutu aku, mau tidak mau aku harus mengakuinya, demi kelancaran proses penyelidikan kasus pembunuhan Alenaku.Aku mengangguk lemah, rasanya mendadak ingin pingsan."Kemungkinan besar, saudara Amira lah dalang di balik pembunuhan ini. Semua bukti mengarah kepadanya, kami juga menemukan handphone yang Amira gunakan untuk meneror Alena, dan berkomunikasi dengan dua pembunuh itu."Pak Arman menyodorkan handphone jadul itu.Aku melihat isi percakapannya dengan Alena, sama seperti yang aku temukan di gawai Alena saat itu.
Part12"Kami akan menuntut anak kalian, yang sudah menghamili Amira.""Silahkan, Raka pantas menerima itu semua! Dan kamu harus ingat, saya akan membuat anakmu membusuk di penjara."Wajah orang tua Amira semakin menegang, rahang Bapaknya mengeras menatap Mamah penuh kebencian."Keluarga sialan," maki Tante Nita, Mamah Amira.Mata Mamah berkaca. "Apakah harus saya buat kalian merasakan hal yang sama? Betapa hancur dan terlukanya hati saya dan Ibunya. Kehilangan menantu yang amat saya sayangi, dan itu perbuatan anak kamu, yang hanya wanita simpanan anak saya!"Mamah berkata dengan suara lirih."Jangan hina anak kami, kamu tidak tahu apa-apa tentang hidupnya."Tante Nita tidak terima dengan hinaan Ibu, bahkan suaranya bergetar, seiring dengan tatapan matanya yang mulai berembun.&nb
Kado Terakhir IstrikuPart13Alia diam, ekspresi wajahnya kembali berubah tenang."Mas akan keluar dari kamar ini, setelah melihat isi lemari itu."Alia tidak menyahut, ia tersenyum, menatapku dengan pandangan dingin. Entah kenapa, aku merasa takut dengan pandangan Alia seperti itu."Al, Alia ..., dimana kamu? Nak." Terdengar suara Mamah memanggil-manggil Alia.Alia beranjak dari duduknya, kemudain berjalan ke arah luar kamar, wajahnya datar melewati aku dan bibi tanpa suara.Aku berjalan cepat ke arah lemari, kubuka cepat daun pintunya. Aku memekik, dua tikus berlarian mengejutkanku, sial.Untung saja Bibi juga ikut keluar, jika tidak, maka aku akan malu.Aku pun berjalan cepat ke arah luar, menghampiri Mamah dan Alia yang masih berdiri di dekat Mamah."Mamah tunggu ya! Nak."Alia mengangguk, ia pun berjalan menuj
Part14"Berani sekali kamu menuduh Alia, untuk apa? Raka. Apakah kamu berniat membebaskan gundikmu itu? Dan menjadikan Alia kambing hitamnya?"Tatapan penuh amarah Mamah layangkan kepadaku."Mah, Raka tidak menuduh, Alia sendiri yang mengakuinya. Dikamar Alia, bau amis darah, banyak mata pisau dan foto-foto keluarga kita.""Omong kosong macam apa, Ini Raka?"Mamah kembali menghardikku."Al, buka kamar kamu!" pintaku, Alia menatap datar ke arahku, kemudian ia tersenyum."Jika mas menuduhku, dan tidak menemukan bukti apa-apa, bagaimana?"Wajah Alia begitu tenang, bahkan ia berkata diiringi sunggingan senyum kecil di bibirnya."Tidak mungkin, kecuali kamu menyembunyikannya.""Menuduh tanpa bukti itu, jatuhnya fitnah."Alia berkata santai, tatapannya tajam dan dingin.
Part15Terdengar suara gaduh dari dalam, membuatku semakin panik. Akhirnya aku memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Ibu Mumun."Alia .... benar-benar keterlaluan kamu!" bentakku.Alia membalikkan badannya, ia menyunggingkan senyum, seraya menggendong kucing milik Mamah."Al, kenapa kucing Mamah kamu bawa kesini?" tanyaku, berusaha tenang.Alia mengelus-elus bulu kucing milik Mamah, namanya Brodi. Kucing lucu, berbulu tebal berwarna abu-abu."Kamu mau nyusul Puse nggak?" ucapnya, sambil menatap tajam Brodi, ia bahkan mengabaikan kepanikanku sedari tadi.Ia mengelus leher Brodi dengan sebilah pisau, yang sedari tadi ia mainkan."Alia, kamu jangan gila, bisa ngamuk nanti Mamah."Alia tersenyum kepadaku, matanya tajam, pandangannya seolah kosong."Kamu tau, itu yang aku suka! Melihat kalian menangis dan berduka.
Part16"Mang, silahkan balik ke Pos," titahku."Baik, Pak!" sahutnya."Sebentar, Pak, Tuan. Bukan maksud saya menebar gosip atau membual. Hanya saja, kemarin saya melihat non Alia menari di depan rumah, tepat tengah malam."Mamang menunduk."Saya sebenarnya ngeri melihat semua itu, apalagi wajah non Alia, begitu mirip non Alena.""Mamang yakin itu Alia?" tanya Papah."Yakin, Tuan.""Raka juga baru lihat, malam tadi. Pah, tolong jaga Mamah, Alia sangat mencurigakan."Aku hanya berkata seperti itu, aku berkata dengan hati-hati, takut Papah malah tidak percaya denganku seperti Mamah."Papah akan minta orang, menyelidiki siapa Alia sebenarnya.""Berhati-hatilah, Pah. Jangan sampai Mamah menjadi sasarannya.""Apa maksud kamu? Raka.""Alia, dia psikopat.
Part17°Pov Alia° FLASHBACK."Ini videonya!" Toni menyerahkan video enak-enak yang di perankan suami dari Alena, ia bersama selingkuhannya seakan terbuai cinta berlumur dosa. Aku muak melihat lelaki seperti ini."Oke. Pantau Alena malam ini, jika ia keluar kandang, berarti itu saatnya."Aku tersenyum sinis, melihat video gila itu. Dasar laki-laki bejat, tunggu saja! Akan kubuat kamu menyesal seumur hidup.Alena, akan kukirim kamu ke surga, agar kamu tidak ikut menderita. Cukup Ibu dan suami sialanmu ini, dan tentunya, wanita itu pun akan merasakannya juga.______Dari kejauhan, aku selalu memantau kebahagiaan Alena, kembaranku yang pergi bersama Ibu. Ia meninggalkanku di rumah Nenek, saat aku terlelap tidur.Flashback."Nenek, Ibu dan Alena mana? Kok Alia dari tadi nggak ada liat ya."Saat itu, aku masih berumur em
Part18▪Pov Alia▪Aku kembali teringat, Bu Nunung yang tiba-tiba mati gantung diri di belakang rumah, membuatku semakin hancur dan sakit hati. Lagi-lagi aku harus sendiri, aku benci."Bu ..., kenapa Alia di tinggal dengan cara seperti ini? Bukankah ibu sudah berjanji, tidak akan meninggalkan Alia juga."Aku menangis tersedu, di depan jenazah Bu Nunung."Sepertinya, dia anak pembawa sial.""Iya, Ibunya saja meninggalkannya. Neneknya mati terbakar dan Bu Nunung mati bunuh diri. Hiiiyy.""Jangan dekat-dekat kitanya, takut sial juga."Terdengar bisik-bisik para tetangga, yang menggunjingku. Mereka seakan menabur garam di luka basahku.Suami dari Bu Nunung datang, ia pun sama, memarahiku dan menyalahkanku.Ia bahkan bejat, datang dengan perempuan barunya, yang kini hamil tua.Aku benci laki-laki,