“Kita akan bertolak setelah malam menjelang.”Dasar sekumpulan orang sinting.Ini penghinaan berat.Ini enggak bisa dimaafkan.Dipikirnya, sejak awal, untuk apa kami ikut serta dalam pertempuran yang tak jelas arahnya ini.Kami bahkan tak menghendaki adanya perang.Alicia menegaskan hal itu.Dia bahkan udah di istana sekarang, dekat di sisi Raja, menjelaskan betapa menyesalnya dia udah membiarkan kami jatuh dalam pengaruh setan.Kami enggak pernah berniat untuk mengkhianati Raja. Cuma menegakkan kebenaran.Livingsworth bersedia untuk ngewujudin itu.Tapi, tiba-tiba aja, karena mendapa bisikan dari kapten pasukannya yang punya muasal antah-berantah, tiba-tiba dia melihat klaim putraku itu konyol.Tiba-tiba aja, sang pangeran yang konon merupakan pengikut Raja paling setia, membelot dan mendeklarasikan dirinya sendiri.Pidato panjangnya tentang janji yang akan dia berikan ke Andromeda kerap dieulu-elukan.Sesumbar kalau dia bisa mengembalikan kejayaan kami.Sampai berjanji bakal memberi
Ketika mendengar langkah tergopoh-gopoh yang perlahan kemari, saya malah merasa enggak enak.Tuan Zack, begitu-begiu, merupakan orang berpendirian kuat dan keras kepala.Ketika dia telah memutuskan sesuatu, maka janjinya akan selalu ditepati. Enggak peduli berapa lama.Untungnya, bersamaan dengan sikap yang lumayan bikin kami kesulitan begiu, Yang Maha Tinggi mengaruniai beliau dengan sifat pemaaf dan berhati besar.Tapi, dalam dunia yang saling sikut dan kejam begini, saya khawatir itu cuma jadi bumerang.Dan begitu penjaga mulai memperlaukan saya lebih baik dan membebaskan saya keluar, saat itulah semuanya menjadi sangat tak beres.Count Yadava sendiri yang menyambut saya di depan pintu.Masih penuh senyum sopannya.“Raja sudah menunggu anda di ruang majelis.”“Kalau begitu izinkanlah saya membersihkan diri dulu.”“Raja bilang tak perlu membersihkan diri, Tuan. Ini … perkara mendesak.”Semendesak apa, kira-kira?Tapi, kalau itu perintah Raja, maka saya cuma bisa menurut.Ruang majeli
Setelah rasa sakit, timbul rasa gatal.Itu makin menjadi tiap kali aku berjalan.Makin menjadi tiap kali aku menemukan musuh—sekumpulan orang arogan dengan zirah lengkap dan bayonet megah tersampir di bahu.Petentang-petenteng di sepanjang jalan seakan dunia milik mereka.Dan biar kuperjelas saja: tidak.Tidak akan.Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.Aku tidak akan membiarkan mereka tenang.Aku tahu kalau semua ini salah. Melihatku seperti sekarang, Fio akan sedih. Bertanya-tanya, apa aku benar-benar sosok yang pernah dia kenal?Apa aku masih seorang Ralph?Aku juga tak ahu pasti jawabannya.Yang kurasakan tiap detik cuma gatal. Sakit. Ketidakpuasan. Dan amarah.Maka, sekali lagi pada malam itu. Ketika menemukan kawanan kecil perwira sombong yang sedang bermalam, aku mendatangi mereka.Mereka menunjukkan reaksi yang sama. Ketakutan, jijik, aneh.Biarkan begitu. Biarkan mereka merasa takut. Biarkan mereka merasa ngeri. Dan—kalau-kalau ada yang selamat—biarkan mereka dihantui.Itu y
Aku benci perayaan. Pesta pora tolol. Semua orang senang.Terakhir kali aku ikut pesta, kalau enggak salah sewaktu ulang tahun kantor.Tiba-tiba aja sikap semua orang berubah.Denger, aku bukannya korban perundugan atau apa, cuma pimpinan yang jaga wibawa aja. Jadi … wajar dong kalau di tempat kerja aku enggak punya satu pun teman.Aku pernah dengar orang bijak bilang kalau manusia benci apa yang enggak dia ketahui.Dan begitulah semua orang di kantorku. Cuma karena aku enggak terlalu murah senyum—dengar, ya, senyum itu emnag mahal; capek; dan baiknya disimpen untuk saat-saat penting aja.Enggak traktir mereka kalau ada sesuatu yang menyenangkan terjadi—lagian, ngapain?Atau nanya-nanya sokab kalau seseorang tiba-tiba absen atau ambil cuit—malah kalau alasannya enggak masuk akal, bakal kumarahi dan kutolak (enak aja, bilang aja kau mau malas-malasan, ‘kan, sialan).Dengar-dengar sih mereka juga buat grup media sosial yang enggak masukin aku dan sering gunjingin aku di sana.Tapi, har
“Nona, apa anda berpikir, ketika datang ke sini, kami akan membiarkan anda bebas berkeliaran.”Saya menatap heran ke gadis itu.Meskipun tidak menempatkannya ke penjara bawah tanah, saya memastikan dia mendapat pengawasan dan penjagaan yang begitu ketat.Ini adalah hal yang kurang terhormat, memang.Nona Irene Livingsworth datang tanpa membawa pasukan apa-apa, dan menolong saya ketika hampir dibunuh, pula.Tapi, sekali lagi, dalam perang, bahkan orang paling lembut hatinya mesti membuuh.Semoga Tuan Zack tidak marah akan hal ini.“Aku tau, aku cuma … aku cuma …” Nona Irene menghela napas. “Apa Yang Mulia baik-baik aja?”“Sesehat seperti sebelumnya.” Saya memang berjanji untuk bersikap transparan, tapi tidak untuk seorang musuh. “Biar saya pastikan sekali lagi, apa benar, tak ada pesan yang ingin disampaikan Duke Livingsworh atau Tuan Devon untuk kami?”Nona Irene menggelemng. “Bukan dari mereka, tapi dari aku.”“Apa itu, tepatnya?”“Aku ingin membantu.”*#*Ini sebenarnya pilihan yang
“Kalian semua akan dikutuk. Hm? Kalian akan dimasukkan ke neraka terbawah dan disiksa hingga Hari Penghakiman. Camkan itu! Camkan itu, Pengkhianat!”Gareth si Pemberani, mereka menjuluki.Aku mulai merasa itu julukan yang pantas.Sempat kukira, setelah penyerbuan balik pasukan Livingsworth pada malam itu di Moonrise telah membunuhnya.Tapi, dengan begitu gesit, dia bergerak mundur.Berhasil mengumpulkan kira-kira seribu orang untuk kembali menuju Lapis dan bergabung dengan pasukan Duke Valentine.Mereka hampir berhasil, kudengar.Garnisum Lapis kacau dan rapuh.Setengahnya sudah mati, dan setengahnya hanya orang-orang ragu.Tapi, begitu hari itu tiba dan kami melihat celah, aku langsung merangsek langsung ke sisi pasukan Duke Valentine.Dari sana formasi mereka mulai kocar-kacir.Ada sekitar tiga ribu lawan, dan sepertinya cuma lima ratus yang selamat.Ini kemenangan besar.Belum lagi sejumlah tawanan penting. “Ada kata lain yang ingin kau sampaikan?” Tapi, Gareth bukan salah satunya.
Enggak ada tempat yang aman, lagi.Aku emang udah perkiran semuanya, oke.Tapi, kadang ada Faktor X yang bikin semuanya runyam.Lebih banyak lagi orang yang mati dengan lebih beragam alasan.Perkelahian orang mabuk. Jatuh dari ketinggian. Diserbu hewan buas. Sampai ada yang gantung diri.Karena frekuensinya sering dan orang-orangnya juga enggak terlalu terkenal, kayaknya enggak ada yang mau ambil pusing.Dan kalau pun ada, untuk apa?Devon malah senang melihat musuh potensialnya saling bunuh.Dan pasukan Duke Dexter serta Duke Liam yang baru bergabung juga enggak peduli kalau ada satu-dua tentara bayaran yang meregang nyawa.Dasar orang-orang enggak bermanusiawi.Aku juga berharap seperti itu juga, sih.Dengar, ya, bahkan orang sepertiku juga punya rasa iba dan ketakutan.Emang yang namanya perang pasti ada banyak kematian dan pembunuhan, tapi kalau yang melakukannya itu adalah orang yang seharusya jadi ‘sekutu’-mu, kujamin kau juga bakal jadi parno.Lebih-lebih, pesannya begitu jelas
Keadaan menjadi makin buruk dan makin buruk.Ini belum dipublikasi, dan aku lagi-lagi mengetahuinya dari sekadar curi-dengar.Tapi, well, kau tentu tahu gimana bahayanya bisik-bisik tetangga.Kabar menyebar cepat dan tiba-tiba aja itu jadi rahasia umum.Lapis diambil alih, lagi.Harusnya aku enggak heran. Tempat itu lama-lama bisa jadi sarang hantu terkutuk.Lagian, kalau dibilang diambil alih itu agak keliru.Enggak ada yang benar-benar ‘menguasai’ tempat itu sekarang.Pasukan Taylor ke mana, katamu?Porak-poranda. Hancur. Berantakan.Banyak bercerita beredar, tapi yang paling masuk akal adalah ulah para Greena—apalah itu.Mereka pakai bahan sejenis bom yang ngeledakin hampir seluruh rombongan dan nimbulin kerusakan kolateral.Kudengar Silas juga ada di sana. Dan beberapa orang penting lain.Artinya, enggak ada akses lagi dari dan ke telinga Duke Livingsworth.Itu agak disayangkan, tapi dengan keadaan seperti ini?Sebagian besar yang dikirim untuk ngangkut tawanan adalah pasukan Livi