Home / Thriller / DIA ATAU DIA / bab 8: bayang bayang yang menghantui

Share

bab 8: bayang bayang yang menghantui

Author: itzjane
last update Last Updated: 2025-02-03 10:38:00

Rin berlari menyusuri koridor gelap, napasnya tersengal-sengal. Setiap langkahnya terdengar bagaikan dentingan genta yang mengingatkan dirinya akan bahaya yang terus mengintainya. Rasa cemas menyelimuti dirinya. Namun, hatinya tetap penuh dengan tekad. Ia telah menemukan sesuatu yang sangat berharga—nama "Dante" yang tertera dalam dokumen-dokumen itu—dan ia tahu bahwa ini adalah petunjuk penting yang harus segera ia dalami.

Rin bersembunyi sejenak di balik sudut koridor, mendengarkan langkah kaki yang semakin mendekat. Pengawal-pengawal itu pasti mulai menyadari kehadirannya yang mencurigakan. Mereka pasti mencari tahu siapa yang telah mengakses ruangan tersebut. Rasanya, Rin berada di ambang bahaya yang sangat besar. Dalam hati, ia berharap Aidan akan segera muncul untuk memberinya petunjuk lebih lanjut. Namun, Aidan masih belum tampak. Rin harus menyelesaikan misi ini sendirian.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, suara langkah kaki itu mulai menjauh. Rin akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan hati-hati, tetap berada dalam bayang-bayang. Ia menuju ke kamar kecil yang biasa ia gunakan untuk bersembunyi. Seperti yang diharapkan, tak ada yang menghalangi jalannya kali ini. Ia masuk dengan cepat dan mengunci pintu.

Sambil duduk di atas kursi kecil di dalam ruangan sempit itu, Rin mulai memeriksa dokumen yang sempat ia ambil tadi. Di antara tumpukan kertas itu, ada beberapa nama yang mencuat. Selain "Dante", ada juga nama lain yang cukup mencurigakan—seperti "Vittorio", "Giorgio", dan "Alessandra". Masing-masing nama ini tampaknya terkait dengan berbagai transaksi dan operasi gelap yang sulit untuk dipahami. Rin meneliti setiap detailnya dengan cermat.

Dalam salah satu dokumen, ia menemukan informasi yang lebih mencolok. Ternyata, keluarga yang disebut-sebut Luca memiliki keterkaitan dengan organisasi internasional yang memiliki pengaruh besar dalam dunia bawah tanah. Mereka terlibat dalam perdagangan senjata, penyelundupan barang terlarang, dan bahkan memanipulasi politik untuk keuntungan pribadi mereka. Rin merasa terkejut dan ngeri saat membaca fakta-fakta ini.

Tidak hanya itu, ada informasi yang lebih mengejutkan. Ternyata, Dante adalah salah satu pemimpin tertinggi dalam organisasi tersebut. Dan, lebih mengejutkannya lagi, nama Rin terdaftar sebagai bagian dari strategi besar mereka. Ia tidak hanya menjadi tawanan, tetapi juga terlibat dalam jaringan yang sangat berbahaya ini tanpa sepengetahuannya.

Rin menutup dokumen-dokumen itu dan menyandarkan tubuhnya pada dinding yang dingin. Seluruh tubuhnya terasa lemas. Dunia yang ia kenal sebelumnya, tempat di mana ia merasa aman, kini terasa seperti mimpi buruk yang tak berujung. Apa yang harus ia lakukan? Ia harus melarikan diri, tetapi dari apa? Dari siapa? Semua ini terasa semakin rumit, dan Rin merasa sangat bingung.

Tiba-tiba, suara pintu terbuka dan membuat Rin terkejut. Ia hampir melompat dari tempat duduknya. Namun, begitu ia melihat siapa yang masuk, Rin merasa sedikit lega. Aidan berdiri di ambang pintu, wajahnya serius seperti biasa.

"Aidan!" Rin berlari menghampirinya. "Kamu akhirnya datang."

Aidan menatapnya dengan ekspresi serius. "Kamu baik-baik saja? Mereka tahu kamu mengakses dokumen itu, bukan?"

Rin mengangguk pelan, masih sedikit terengah. "Mereka pasti tahu. Aku sangat takut, Aidan. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa yang harus kita lakukan?"

Aidan berjalan mendekat dan duduk di sebelah Rin. "Rin, kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Dante. Itu satu-satunya cara untuk mengalahkan mereka. Kita harus membuat mereka percaya bahwa kita masih berada di sisi mereka, sementara kita mencari celah untuk melarikan diri."

Rin menatap Aidan, mencoba membaca ekspresinya. "Tapi bagaimana kita bisa tahu kalau kita bisa mempercayai mereka, Aidan? Luca, Dante, dan semua orang ini… Mereka semua berbahaya. Mereka bisa menghancurkan kita kapan saja."

Aidan menghela napas dan memandang Rin dengan lembut. "Aku tahu ini sulit. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Kamu tidak sendirian dalam hal ini. Aku akan melindungimu, Rin. Kita bisa melakukan ini bersama-sama."

Rin terdiam sejenak, meresapi kata-kata Aidan. Ia tahu Aidan berusaha meyakinkannya, tetapi rasa takut itu tetap ada di dalam dirinya. Namun, kata-kata Aidan juga memberi sedikit harapan. Mungkin masih ada jalan keluar, meskipun itu tampak sangat jauh.

"Mari kita mulai dari awal," kata Aidan, sambil mengeluarkan beberapa kertas dari tasnya. "Ini adalah informasi tentang Dante yang aku dapatkan dari orang dalam. Kita bisa memanfaatkannya untuk mencari tahu lebih banyak tentang apa yang mereka inginkan darimu."

Rin melihat kertas-kertas itu dengan penuh perhatian. Setiap kalimat yang tertulis di sana adalah petunjuk yang lebih jelas tentang siapa sebenarnya Dante dan apa yang dia inginkan. Satu hal yang pasti—mereka tidak akan membiarkan Rin pergi begitu saja. Mereka membutuhkan sesuatu darinya, dan Rin harus menemukan apa itu sebelum semuanya terlambat.

Namun, saat Rin memeriksa lebih lanjut dokumen itu, matanya terhenti pada sebuah bagian yang sangat mencurigakan. Ternyata, ada sebuah rencana besar yang sedang disusun oleh Dante—rencana yang melibatkan Rin secara langsung. Apakah ini berarti ia tidak bisa lari lagi? Apakah ia benar-benar terjebak dalam rencana yang lebih besar daripada yang bisa ia bayangkan?

Rin memandang Aidan dengan cemas. "Aidan, apa yang mereka rencanakan untukku? Apa yang sebenarnya mereka inginkan dariku?"

Aidan tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku tidak tahu pasti, Rin, tetapi kita akan menemukan jawabannya. Satu hal yang aku tahu, mereka tidak akan membiarkan kita pergi tanpa alasan yang jelas. Kita harus terus menggali, mencari tahu lebih banyak."

Rin mengangguk pelan. Ia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai, dan jalan yang harus ia tempuh semakin berbahaya. Namun, satu hal yang pasti—ia tidak akan menyerah begitu saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIA ATAU DIA   Bab 24: Cinta yang kutemukan

    Rin berdiri di depan rumah Aidan. Tangannya gemetar, jantungnya berdegup kencang. Selama ini, dia selalu menghindari perasaannya sendiri. Tapi sekarang, dia tidak bisa lagi bersembunyi. Dia harus mengatakannya. Dia mengetuk pintu perlahan. Tidak lama kemudian, Aidan muncul di ambang pintu. Mata coklatnya yang teduh menatap Rin dengan penuh keterkejutan. "Rin?" suaranya serak, seolah tidak percaya Rin ada di sini. "Hai, Aidan..." Rin tersenyum kecil, tetapi hatinya berdebar tak karuan. Aidan terdiam sejenak sebelum akhirnya melangkah ke samping, memberi isyarat agar Rin masuk. Rin melangkah masuk ke dalam rumah yang begitu familiar. Tempat di mana dia menghabiskan begitu banyak waktu bersamanya dulu. Semua kenangan itu kembali menyeruak dalam pikirannya—tawa mereka, perbincangan panjang, perlindungan yang selalu Aidan berikan. Aidan berjalan ke dapur dan kembali dengan segelas air. "Kau kelihatan lelah," ujarnya sambil menyodorkan gelas itu. Rin mengambilnya, tetapi tidak

  • DIA ATAU DIA   Bab 23: Antara luka dan cinta

    Rin duduk termenung di tepi jendela, memandangi hujan yang turun perlahan. Di luar, jalanan basah diterangi lampu jalan yang temaram, menciptakan suasana yang sepi dan sendu—persis seperti hatinya saat ini.Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Luca semalam. "Aku akan tetap di sini, menunggumu."Kenapa kata-kata itu begitu mengguncang perasaannya? Kenapa bayangan Aidan juga terus menghantuinya?Rin menarik napas dalam, mencoba menenangkan hatinya yang kacau. Tetapi sekeras apa pun dia mencoba, ada sesuatu yang terasa janggal. Sesuatu yang membuatnya gelisah.Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk. Rin tersentak dari lamunannya.“Rin, boleh aku masuk?” Suara Luca terdengar dari balik pintu.Rin menelan ludah. Setelah pernyataan cinta Luca semalam, ia merasa canggung untuk menatapnya lagi. Namun, menolak Luca juga terasa salah.“Masuklah,” jawabnya, mencoba terdengar biasa.Luca melangkah masuk dengan senyum lembut, tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran. Dia berjalan mendekati Rin dan berdir

  • DIA ATAU DIA   Bab 22:pilihan yang membelenggu

    Malam semakin larut, dan Rin masih duduk di ayunan taman sekolah. Hembusan angin dingin menyentuh kulitnya, membuatnya sedikit menggigil, tetapi dia tetap di sana. Bukan karena dia menyukai udara malam, tetapi karena pikirannya terlalu penuh untuk membawanya kembali ke asrama.Bayangan wajah Luca dan Aidan bergantian muncul dalam benaknya. Kata-kata mereka terus terngiang-ngiang, seolah berusaha merebut ruang dalam hatinya. Rin memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri. Namun, usaha itu sia-sia.“Apa aku terlalu egois?” gumam Rin pada dirinya sendiri.Dia merasa bersalah kepada keduanya. Luca, dengan tatapan matanya yang tulus dan senyum hangatnya, selalu ada di saat dia merasa kehilangan arah. Lelaki itu memberinya rasa aman, meski dalam kondisi yang jauh dari kata normal.Dan Aidan… sahabat kecilnya yang selalu melindunginya. Aidan tahu segalanya tentang Rin, mulai dari kebiasaannya yang aneh hingga mimpi-mimpi kecil yang pernah dia ceritakan saat mereka masih kecil.“Kenapa aku

  • DIA ATAU DIA   Bab 21:Perasaan yang tak terucap

    Rin duduk di bangku taman sekolah, menatap kosong ke arah langit senja. Cahaya oranye keemasan membias di wajahnya, namun pikirannya melayang jauh. Sejak perpisahannya dengan Aidan, hatinya terasa kosong. Dia mencoba untuk tidak memikirkannya, tapi bayangan laki-laki itu terus muncul dalam benaknya.Luca yang duduk di sampingnya menatapnya dengan tatapan serius. “Kau sudah melamun sejak tadi. Apa yang kau pikirkan?”Rin tersentak dari lamunannya dan tersenyum kecil. “Tidak ada,” jawabnya singkat.Luca menghela napas, jelas tidak percaya. “Rin, aku bukan orang yang suka mendesak. Tapi, kau tahu kan? Aku selalu ada kalau kau ingin bercerita.”Rin menatap Luca. Mata biru kehijauannya berkilat lembut dalam cahaya senja, memberi kehangatan yang aneh di hatinya. Selama ini, Luca selalu menjadi tempatnya bersandar, memberikan kenyamanan yang dia butuhkan.Namun, ada sesuatu yang berbeda.Aidan.Nama itu muncul dalam pikirannya lagi. Rin menghela napas dalam, mencoba mengabaikannya.Luca tiba

  • DIA ATAU DIA   Bab 20: Janji yang tak terucap

    Angin malam berhembus lembut, membawa aroma tanah basah setelah hujan. Rin berdiri di depan Aidan, menatap matanya dengan penuh kebimbangan. Tangannya gemetar saat dia mencoba menggenggam jemari Aidan, seolah takut jika dia melepaskan, segalanya akan hilang begitu saja."Aidan..." suara Rin lirih, hampir tenggelam dalam hembusan angin. "Aku... aku tak tahu harus bagaimana."Aidan menatapnya dengan lembut, matanya penuh ketenangan yang selama ini selalu membuat Rin merasa aman. "Jangan takut, Rin," ujarnya, suaranya hangat seperti biasanya. "Aku di sini.""Tapi... bagaimana jika kita tak bisa bertemu lagi? Bagaimana jika semuanya berubah setelah ini?" Rin menggigit bibir bawahnya, menahan gemuruh di dadanya.Aidan tersenyum kecil, meskipun ada kesedihan di matanya. "Dengar, Rin. Tidak peduli seberapa jauh kita terpisah, hatiku akan selalu bersamamu. Kau tahu itu, kan?"Rin menatapnya lekat-lekat. Dia ingin percaya, sungguh. Tapi ada sesuatu dalam hatinya yang membuatnya begitu takut. S

  • DIA ATAU DIA   Bab 19: Luka yang tak terlihat

    Mobil melaju dengan cepat di jalanan sepi, hanya ditemani cahaya bulan yang samar-samar menyinari malam. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya terdengar deru mesin dan napas mereka yang masih memburu setelah kejadian tadi.Aidan duduk di kursi belakang bersama Rin, sementara Luca mengemudi dengan ekspresi serius. Luka di bahu Aidan masih mengeluarkan darah, tetapi dia tetap menahan sakit tanpa mengeluh.Rin menatapnya dengan mata yang penuh kekhawatiran. Dengan tangan gemetar, dia merobek sedikit ujung bajunya dan menekan luka Aidan agar pendarahan berhenti.“Aku baik-baik saja,” kata Aidan, meskipun wajahnya pucat.“Jangan berbohong,” Rin mendesis pelan. “Aku tahu kau kesakitan.”Aidan hanya tersenyum tipis, meskipun matanya menunjukkan kelelahan yang luar biasa. “Selama kau aman, itu sudah cukup untukku.”Hati Rin terasa diremas. Lelaki ini… selalu menomorsatukan dirinya, bahkan saat nyawanya sendiri dalam bahaya.Luca melirik ke kaca spion dan mendengus. “Kalau kalian mau rom

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status