Share

Part 51

Aku berjalan gontai memasuki pagar rumah menuju halaman depan. Belum ada Ayah yang selalu setia menungguku pulang kerja setiap sore. Hana mengijinkanku pulang lebih awal agar bisa menenangkan diri.

Aku berjalan pelan memasuki rumah dengan tembok cat berwarna putih bersih itu. Kutelusuri halaman yang beberapa bagian berpaving blok, sementara bagian yang lain masih ditumbuhi rumput jepang sebagai penghijau mata yang memandang.

Ku ketuk pintu perlahan agar Ayah tahu aku pulang. Sengaja tak kugunakan kunci cadangan, karena pasti kunci depan masih menggantung dan tak bisa dibuka.

Wajah Ayah heran melihatku pulang lebih cepat. Dia terlihat khawatir melihat mataku yang kini sembab. Tak dapat lagi kutahan rasa sesak ini. Segera kuterkam tubuh Ayah sesaat setelah pintu terbuka sebelum sempat masuk ke rumah.

Ayah terdiam membelai lembut rambut lurusku yang kini terurai melewati pundak. Bahuku bergetar tanpa sanggup tuk berkata apa-apa. Ayah membiarkanku menangis tanpa bertanya. Mungkinpun A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status