Home / Romansa / DIA BUKAN ANAKMU, BOSS! / 33. Ryan sang Panglima

Share

33. Ryan sang Panglima

Author: Blue Rose
last update Huling Na-update: 2025-04-17 21:10:21

"Ma! Papi kok gak pernah ke sini lagi ya?" tanya Sifa sambil makan permen.

Titi yang sedang membuat adonan roti pun tersenyum tipis.

"Lagi kerja, kerjaannya banyak."

"Gitu ya, Ma?"

Sifa terlihat sedih, lalu ia keluar kontrakan. Biasanya sih ia akan main dengan temannya sebelum isya, karena malam Jum'at libur mengaji.

"Mau ke mana Sayang, main?" tanya Titi lembut.

"Enggak... eh... Ma!" ujar Sifa tiba-tiba terlihat excited.

Titi pun bingung dan langsung melihat keluar, saat tiba-tiba seseorang muncul di depan pintu.

"Kak Tristan?" tanya Titi kaget.

"Yoi! Yuk makan sate dulu, ini enak loh!"

"Yey!!!"

Titi terkekeh mendengarnya, ia pun mempersilahkan Tristan masuk dan ia mengambil wadah terlebih dahulu.

Setelah menyerahkan wadah, Titi pamit untuk memanggang kuenya dulu.

"Aku mau manggang roti dulu ya, Kak."

"Oke, santai aja, Ti."

Melihat situasinya, sepertinya Titi belum melihat media sosialnya karena saat ini.

Banyak yang sudah membicarakannya, namanya menjad
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   65. Lamaran Sederhana

    Melihat kebingbangan Titi, Ryan pun menggenggam tangannya. "Sayang, maaf kalo aku gak mengungkapkannya secara baik-baik. Tapi pikirkanlah, aku akan bertanggungjawab sepenuhnya pada kalian...." Titi masih diam, berpikir keras. "Titi, maukah kamu menikah denganku?" tanya Ryan berlutut. Hal itu membuat Titi merasa risih, dan melepas tangan Ryan. "Apaan sih bangun, gak usah sok berlutut kek gitu, kek pangeran aja." "Aku emang pangeran kan?" "Ih, PD." "Dulu kan kamu pernah bilang kayak gitu, My Prince!" Titi pun memutar bola matanya dan pergi ke dapur untuk membuat makan siang. "Kenapa kamu masih di sini? Pergi sana!" usirnya. "Ya ampun. Kok ngusir kayak gitu. Aku kan belum dapat jawaban." "Emang aku punya pilihan lain?" tanya Titi balik. "Berarti kita fix nikah ya," ujar Ryan. "Iya, tapi kan kita gak seiman, aku gak boleh nikah sama cowok non muslim. Gak bisalah." "Bisa, nih!" Ryan tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dan di sana ada foto ia menyalami seorang Ustaz te

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   64. Influencer War

    Titi diserang lagi oleh orang-orang yang memiliki banyak followers, sepertinya kini ia bukan lagi hanya menghadapi Queen tapi juga para influencer terkenal. "Titi...." Titi langsung masuk dan menutup pintu tanpa mau mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Ryan. Ia tak ingin lagi dekat-dekat dengan Ryan, katakanlah ia tak tau diri, tapi ia juga berhak mendapatkan kompensasi rumah ini setelah Ryan benar-benar merusak semuanya. Di luar banyak orang yang menggerebek, menanyakan terkait hubungannya dengan Ryan dan menuduhnya macam-macam seperti yang dikatakan para influencer itu. Ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh Ryan sekarang, karena Ryan dikelilingi oleh banyak orang yang menggerebek rumahnya.Sementara, ia memilih untuk melindungi Sifa yang tadi terlihat ketakutan.Ia meminta maaf pada Sifa karena telah membawanya kepada dunia yang seperti ini."Maafin Mama ya...""Mama nggak salah, orang itu yang tiba-tiba ke sini. Bikin ribut! Mama nggak salah," ujar Sifa.Sifa lagi-la

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   63. Ryan Milik Queen

    Ryan menemui Tristan di apartemen Tristan, keduanya sudah janjian di sana karena Tristan yang meminta. Ada beberapa masalah yang tidak bisa ia tangani sendiri, ia kesulitan setelah Ryan mengundurkan secara resmi dari kepemimpinannya.Selama ini ia merupakan pemimpin di kantor tersebutx tetapi bukan sebagai pengambil keputusan sepenuhnya. Jadi, ia masih kesulitan dalam mengambil keputusan ketika menghadapi masalah sendiri tanpa bantuan Ryan."Gue nggak tahu kalau ternyata selama ini lu ngadepin begitu banyak orang yang emang udah niat nipu dari awal."Ryan terkekeh, "Di dunia bisnis emang kayak gitu, kalau lu nggak berani keras sama mereka, lu nggak punya pegangan yang bikin mereka tunduk sama lu. Lu bisa dimanfaatin sama mereka terus kalo gak punya power.""Ya gimana gue punya power, gue gak sekaya lu anjir. Mereka udah bermaksud untuk manfaatin gue dan sekarang gue gak mungkin pasrah gitu aja kan? Nasib perusahaan di tangan gue," keluh Tristan."Ya nggak pasrah juga, sini gue kasi

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   62. Penghiburan Sejati

    Suasana menjadi hening, sebelum akhirnya Ryan berkata. "Hehe... aku cuma bercanda tapi, kalau kamu bersedia, ayo!" Titi merasa kesal dengan sikap Ryan yang suka main-main itu. "Em... kamu mau pulang atau ke mana?" tanya Titi mengalihkan pembicaraan. Ia berjalan menuju dapur, melihat barang-barang di sana yang sudah lengkap dengan perabotan dapur. "Aduh aku capek banget!" Titi lalu menoleh mendapati Ryan yang terlihat memijat-mijat lengannya, ia memang tampak lelah sih, tapi Titi juga tifak bersedoa membiarkannya menginap. Tirak ada orang lain, takutnya digrebek. Titi masih belum terbiasa hidup di komplek yangs erba individualis, jadi masih mengira ada tetangga yang sempat mengurusi urusan orang lain. "Kalau aku nginep di sini semalam gimana?" "Tapi nggak ada orang lain di sini, aku ngerasa nggak enak." "Nggak enak sama siapa? Ini kan rumah kamu," ujar Ryan. Titi merasa bingung, "Emang kamu gak bisa nginep di hotel gitu? Semalam ada yang 200k," ujarnya. "Gak mau serem, ak

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   61. Rumah Minimalis Impian

    Setelah sampai di Bandara, seperti yang dikatakan Ryan kalo mereka langsung menuju rumah baru Titi dan Sifa. Di sebuah komplek perumahan sederhana, Titi terkejut karena waktu ia mencari tahun harga di kompleks perumahan itu saja harga rumah rata-ratanya mencapai 600 jt - 5 M. Bagaiamana bisa ia membayangkan, rumah apa yang akan ia dapatkan? Dari gerbang komplek perumahan sampai ke rumah yang dimaksud hanya 1 menit saja, akses terdekat dari gerbang utama. Titi terkejut saat melihat rumah yang dimaksud, itu rumah minimalis dengan harga 2M. "Ryan, ini?" tanyanya menunjuk rumah itu. "Iya. Yuk langsung masuk!" Titi langsung keluar, sementara Sifa yang tertidur digendong oleh Ryan ke dalam. Barang-barang mereka dikeluarkan oleh sopir. "Ini bagus banget, terlalu bagus, Ryan," ujar Titi saat mereka membuka pintu utama. "Gak usah berlebihan, masuk!" Titi pun masuk dan terkejut melihat dalamannya yang sangat indah. Ruang ramunya tidak terlalu besar, tapi kelihatan desain

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   60. Tempat Aman

    Titi bener-bener galau memikirkan apa yang terjadi, semoga bukan hal yang membahayakan nyawanya dan Sifa. Ia yakin 100% tidak punya musuh dan tidak pernah memikirkan siapa yang akan melakukan hal itu pada rasanya. Jikalau ada orang yang benci padanya pun, tidak akan seperti itu. Bahkan Queen sekalipun yang menganggap dirinya merebut tunangannya darinya. "Siapa sih orang itu?" ••• Keesokan harinya, saat Ryan pulang ke apartemen, ia bilang bahwa sepertinya mereka hanya memiliki tempat aman di Indonesia. Mereka tidak bisa terus-menerus di sini, karena mereka yang mengirimkan teror itu adalah musuh dari Ryan sendiri. Sayangnya, mereka terlanjur mengetahui bahwa Sifa dan Titi adalah orang yang penting untuk Ryan. Makanya orang itu mengirim atas nama mereka, untuk menggertak Ryan. "Jadi mereka musuhmu dan kami jadi targetnya sekarang?!" tanya Titi terkejut. "Tenang saja, mereka hanya menakut-nakuti dan kita hanya perlu segera pulang." "Gak ada pilihan lain..." . Ma

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   59. Menerima?

    "Mama!" Sifa memeluk Titi dan kemudian melihat ke arah Melati yang sepertinya habis menghapus air matanya sendiri. "Sayang Mama mau ngenalin kamu sama Mama kandung kamu. Jadi kamu jangan takut sama Mama Melati, dia kangen loh sama kamu," ujar Titi mengels rambut Sifa.Melati terlihat pesimis dan hanya diam saja.Sementara itu, Sifa seolah mempertimbangkan sesuatu. Ia menoleh ke arah melatih lagi, dan kemudian menghampirinya perlahan.Ia mengeluarkan tangannya dan menyalami Melati yang terkejut dengan tindakan itu."Halo, Mama!" Melati langsung memeluknya dengan erat. Hal itu membuat Sifa kaget, tetapi ia membalas pelukan Melati."Maafin Mama ya Sayang, Mama udah ninggalin kamu dari bayi. Mama minta maaf banget karena bikin kamu kesulitan sejak kecil.""Iya, udah Sifa maafin, Ma.""Makasih ya Sayang, kamu udah mau maafin Mama." Mereka pun berpelukan selama 5 menit, sampai akhirnya Sifa terlihat sudah pengap dan ingin melepas pelukannya.Setelah mereka berpelukan, Sifa berkata."M

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   58. Mamaku Itu Mama Titi!

    "Iya bener, tapi apa itu salah satu faktor yang sangat kuat kenapa Titi nolak gue?" "Ya jelas dong, liat dia yang sekarang udah kelihatan religius. Terus lu berharap kalau dia nggak bakal ngelihat lu dari segi value keyakinan? Bahkan kalau dia sekarang membalas perasaan lu, faktor keyakinan itu punya peran penting dalam kehidupan. Kalau saran gue sih, kalo kalian sama-sama religius, lebih baik gak usah diterusin." Ryan jadi memikirkan itu, jadi selama ini bukan hanya tentang masa lalu yang menghalanginya? Titi yang ada di balik tembok terlihat pergi dari sana dan memilih untuk menutup telinga dari fakta yang ada. "Kalau hanya itu jalannya, kenapa enggak gue tempuh?" tanya Ryan nekat. Melati pun menghela napas, "Gue gak maksa, dan gue harap lo juga harus lunya alasan dulu buat ngubah itu. Karena gak cuma tentang cinta, tapi urusan lu sama Tuha." "I know, gue paham banget. Sebenernya gue udah ancang-ancang sih, udah punya planning ke arah sana waktu kami masih pacaran. Cuman

  • DIA BUKAN ANAKMU, BOSS!   57. Diajak Nikah

    "Hah?!" Tiba-tiba sekali Ryan bicara seperti itu. "Serius." "Gak ah... apa sih! Kebiasaan kalau ada orang lagi ngomong serius malah ngelantur!" omel Titi kesal. Ryan tertawa, "Udah nggak usah serius-serius, yang serius nikah aja sama aku," balasnya. Ia sambil menaik turunkan alisnya dengan percaya diri, sifat genitnya mulai kambuh lagi. Hal itu membuat Titi jadi kesal sendiri dan cemberut, ia pun pergi sambil membawa minuman yang ia buat ke ruang TV. Di sana sudah ada Sifa yang sedang menonton TV bersama Nyonya Miller. Titi melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 18.56 waktu setempat. Maka, Titi pun mengambil alih tugas Nyonya Miller. "Nyonya Miller, Anda boleh pulang karena sudah melebihi waktu kerja Anda. Saya minta maaf harus merepotkan Anda," ujar Titi merasa bersalah. "Tidak masalah, Nyonya. Lagian saya juga sendirian di rumah." "Oh begitu... Anda bisa di sini saja loh, pasti Ryan gak papa, biar rame." Nyonya Miller menolak dengan halus, ia tentu lebih nyam

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status