Catatan Penulis: Hallo kakak pembaca semua. Buku ini sudah tamat ya. Silakan tinggalkan komentar, kritik dan saran agar author bisa memperbaiki penulisan buku author berikutnya. Mohon maaf untuk typho dan kekeliruan lain yang tidak author sadari. Dan terima kasih telah membersamai novel pertama saya ini. Boleh juga memberi masukan ide cerita apa yang mungkin ingin dibaca, ya. Silakan berkomentar yang sopan ya. Hatur nuhun.
“Bos, atasan memanggilmu!” Seorang prajurit mengetuk di depan sebuah pintu yang terbuka. Beberapa orang yang ada di ruangan itu ikut menoleh ke sana, lalu kembali melihat pria yang dimaksud. “Apa menurutmu atasan akan memberi hadiah untuk masa cutimu, Bos?” Seseorang berkelakar. Seorang pria tampan bermata tajam dan berwajah tegas penuh kharisma, berdiri dan melangkah ke pintu. Tanpa mengatakan apapun, dia mengikuti prajurit yang tadi mengantar pesan. “Jenderal Jack di sini!” seru prajurit itu memberi tahukan di depan pintu ruangan yang cukup luas. Seorang pria paruh baya yang telah kenyang dengan pengalaman perang, mengangkat wajah dari meja, melihat ke pintu. “Masuk!” perintahnya. Jenderal Jack masuk ruangan yang pintunya segera ditutup oleh prajurit penjaga di pintu. Jack memberi hormat pada atasannya. “Duduk, Jack!” perintah pria itu. Jack duduk dengan sikap sempurna. Dia siap mendengarkan perintah ataupun teguran yang mungkin akan disampaikan atasan atas tugasnya yang te
Dari Tom juga, akhirnya Jack tahu detail cerita di hari naas itu. Mommy sedang dalam perjalanan bisnis dan mengatakan pulang membawa uang untuk membayar bank. Tak mengira harapan yang mereka tunggu, justru kabar buruk yang disampaikan polisi. “Aku telah mengurus beberapa hal dan baru pulang ke rumah sekarang.” Tom menunduk. Dia sangat lelah. Namun, sekarang hatinya sedikit lega. Sudah ada Jack yang siap untuk menahan semua terpaan beban dan masalah yang merundung kediaman mereka. Jack tak dapat berkata-kata lagi. Tak mungkin juga dia menyalahkan Tom ataupun Tuan Fred. Mereka bahkan tidak punya persediaan makanan. Masalah kediaman ini memang sudah sangat parah. “Aku akan ke kantor polisi setelah ini. Apakah motorku masih ada, Tom?” tanya Jack. Tinggal itu kendaraan yang mereka miliki sekarang, selain truk barang tua yang tak akan laku dijual. “Masih ada di garasi. Nyonya tak ingin menjualnya, meskipun ada yang menawar dengan harga tinggi.” Kedua orang itu menuju gudang. Mata Jack m
“Billy, aku datang lagi!” Wyatt langsung menyapa. “Bukankah sudah kukatakan, datamu baru ada besok!” Seorang pria berseragam putih bicara dengan ketus. Sepertinya dia merasa terganggu dengan kehadiran Wyatt. “Kali ini aku datang mengantar putra Daniella Lawrence. Dia baru kembali dari garis depan!” kata Wyatt memperkenalkan. Pria yang dipanggil Billy menghentikan pekerjaannya dan membalikkan badan ke belakang. Melihat ke arah Jack sekilas. Di antara mereka ada dinding kaca lagi. Billy berada di ruang pemeriksaan, sementara Wyatt dan Jack berada di tempat observasi. “Aku sedang memeriksa ibumu! Data lengkapnya akan kuserahkan besok. Kau bisa mencoba mengurus ruang peristirahatan di gereja dan tanah makamnya lebih dulu,” kata Billy. “Aku ingin melihat mommy, sebelum pergi menjenguk granny,” Jack tak menyurutkan langkahnya sedikit juga. “Ini bukan kenangan yang bagus, Jack.” Billy mengingatkan. “Tak masalah!” jawab Jack yakin. Tangan Billy mengibas, memanggil Jack unt
“Bagaimana hasil pemeriksaannya?” tanya Jack tak sabar. Billy menyerahkan copy pemeriksaan pada Jack. “Satu lembar untukmu, satu untukku, satu untuk polisi,” katanya tanpa menjawab langsung pertanyaan itu. Jack membaca dengan cepat apa yang tertulis. Penyebab kematian: Racun Tetrodotoxin! Jack terkejut. “Racun jenis apa ini?” tanyanya. “Itu racun yang secara alami ada di alam. Tepatnya bisa ditemukan pada ikan buntal, katak, salamander, ataupun gurita cincin biru!” jelas Billy. Mata Jack makin membesar. “Mommy alergi makanan laut! Tak mungkin dia akan memakan jenis makanan ini!” bantah Jack serius. Billy menggeleng. “Memang tak ada sisa makanan itu di lambungnya. Racun itu bermula dari suntikan di pundak yang kau lihat kemarin malam!” Suara Jack tercekat. “Seseorang meracuni mommy ….” “Polisi harus menelusuri kasus pembunuhan ini dengan benar. Mommy juga kehilangan uang dalam jumlah besar di perjalanan ini. Dia dirampok!” desis Jack marah. “Siapa yang kejam membunuh mommy, Tom?
“Apakah mereka sering datang mengganggu?” tanya Jack. “Yah, mereka adalah tukang tagih yang dipekerjakan bank. Mereka melakukan intimidasi, penghinaan dan lainnya, hanya agar mendapatkan uang tagihan!” jawab Tom. Jack mengangguk. “Aku tidak melihat teman-teman mommy di pemakaman. Apakah tidak ada yang tahu peristiwa yang menimpanya?” tanya Jack mengalihkan pembahasan. Tom menggeleng. “Itu juga salah satu hasil yang dicapai oleh para penagih,” jawab Tom. Dia mengikuti Jack masuk rumah. “Apa maksudmu dengan hasil dari para penagih?” Jack tidak mengerti. “Mereka menyebarkan berita miring dan fitnah tentang Nyonya muda, sehingga makin lama, temannya makin sedikit. Mereka menjauh agar tidak ikut tercemar,” jawab Tom serius. Jack menggertakkan giginya geram. “Mereka sungguh tak tahu siapa yang sudah mereka usik!” ujarnya dingin. Tom mengikuti Jack masuk rumah. Dia yakin bahwa keadaan akan lebih baik setelah Jack di rumah. “Aku akan siapkan makan malam,” kata Tom sembari menuju dapur.
“Oh, dia Tuan Colt Junior. Pemilik perkebunan anggur di desa sebelah. Dia kandidat pertama yang mendaftarkan diri dalam list lelang perkebunan kita, jika disita oleh bank!” Tuan Fred tak menyembuntikan wajah tak senangnya. “Mereka seperti burung bangkai yang mengelilingi pertanian dan berharap kita segera jatuh!” Tom juga mulai berani menyuarakan ketidak sukaannya. Biasanya dia hanya mengamati saja setia orang yang dengan sombong datang dan dengan sombong menilai perkebunana mereka. Seperti ingin mengatakan bahwa mereka punya uang untuk membeli apapun yang mereka mau! “Jack Hamilton!” panggil petugas bank. Ketiganya langsung menoleh, kemudian mengikuti langkah wanita itu ke ruangan dalam. Dua jam berikutnya, Jack, Tuan Fred dan Tom keluar ruangan dengan wajah cerah. Mereka melangkah lebar. Tom bahkan sengaja mengangkat dagunya lebih tinggi untuk menunjukkan kebanggaannya. Para burung bangkai yang sudah mengincar tanah perkebunan itu, menatap mereka dengan tampang lesu. Harapan un
Granny pulang sore itu. Seorang perawat lepas bernama Valerie, ikut bersama mereka untuk merawat granny sesuai petunjuk dokter. Dia adalah perawat yang malam sebelumnya dilihat Jack datang memeriksa granny di kamar perawatan. Tom sudah menyiapkan kamar granny. Namun, tidak mengira akan ada tamu lain yang tinggal menumpang di rumah itu. “Bisakah kau bereskan kamar tamu untuk Valerie, Tom?” tanya Jack. “Baik, akan kubereskan segera.” Tom langsung menghilang. Kamar tamu yang dimaksud oleh Jack adalah kamar lama yang ada di loteng. Tuan Fred mengikutinya ke sana. “Aku bisa melakukannya sendiri, Tuan Fred,” kata Tom setelah menyadari pria paruh baya itu berada di belakangnya memegang sapu. “Aku tahu tempat ini sangat luas. Kita bereskan saja ruangan untuk dia tidur malam ini. Bagian lain, biarkan dia yang menatanya sendiri,” saran Tuan Fred. “Baiklah kalau begitu.” Tom mengangguk dan mereka segera bekerja. Perawat itu, Valerie, sangat terampil mengurus neneknya. Setidaknya, beg
“Jangan buru-buru membuat kesimpulan, Jack. Kau tahu akibatnya jika menyinggung orang yang tak bisa kau singgung sama sekali!” Tuan Fred menasehati.“Semua yang terjadi di sini, dan juga yang dialami mommy, tak mungkin hanya kebetulan, Tuan Fred!” Jack menggoyangkan tangannya yang sedang meremas kertas informasi itu.“Saranku, datang dan bertanyalah secara pribadi pada ayahmu lebih dulu. Jangan masuk ke kediaman utama!” Tuan Fred mengejar Jack yang sudah berjalan keluar ruang kerja.“Jangan khawatir. Aku tahu apa yang harus kulakukan!” Jack masuk ke kamarnya dan menutup pintu.Tuan Fred masih mematung di depan pintu kamarnya. Pria paruh baya itu merasa sedikit kesulitan menghadapi Jack. Pada dasarnya ibu dan anak yang dilihatnya tumbuh besar itu memiliki sifat yang hampir sama. Sama-sama keras kepala. Namun, ibunya selalu bersikap tenang dan menyimpan rencana-rencananya sendiri. Sementara Jack, lebih ekspresif dan membuat keputusan sangat cepat.“Aku hanya risau kau bernasib sama deng