Share

Rumah Sakit

"Assalamualaikum," lirihku saat memasuki kamar Mas Ichsan.

Lelaki kesayanganku masih tertidur pulas dengan napas teratur. Kaca-kaca menggenang di pelupuk mata tanpa disadari, trenyuh.

Wajah putih pucat dengan kantung mata yang sangat kentara. Perlahan menyingkirkan rambut yang menutupi dahi pucat tersebut, sudah panjang dan tak beraturan. Membentuk dua gradasi warna, hitam di pangkal dan cokelat di ujungnya.

Aku meraih tangan kanannya, mengecupnya perlahan dengan air mata bercucuran.

Astagaaa, Rinda ... kenapa jadi secengeng ini, sih!

Dia lelaki yang hanya bisa kusentuh lewat doa pada puluhan malam terakhir ini. Lelaki yang padanya telah kutambatkan seluruh hati. Lelaki yang padanya terbebankan semua dosa dan khilaf diri ini. Dia yang selama lima tahun terakhir menanggung dosa-dosaku sebagai istri. Meskipun belum tahu pasti, dalam kondisi setengah sadar, masihkah Tuhan membebankan tanggung jawab itu padanya.

Isak senggukku yang tak tertahan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status