Share

BAB 6. TAK MAU DIMADU

last update Last Updated: 2023-12-07 15:04:03

(POV Mita)

"Tapi Ibu semakin tua. Umur siapa yang tahu 'kan? Jadi sebelum Ibu di panggil oleh yang maha kuasa, Ibu maunya Bagus sudah punya anak. Itu sebabnya kalau Mita ndak bisa memenuhi keinginan Ibu untuk memberikan cucu, Ibu terpaksa akan menikahkan Bagus dengan perempuan lain."

"Apa?!" ucap kami hampir bersamaan.

Bukan hanya aku yang terkejut, bahkan semua orang yang ada di ruangan ini. Mendengar ucapan ibunya, wajah Mas Bagus memucat, sedangkan aku ....

Ah, hati ini sudah tak jelas lagi seperti apa bentuknya. Hancur sehancur-hancurnya. Menyisakan rasa sakit yang luar biasa.

Tak terasa air mata langsung menetes. Aku memang paling sensitif kalau sudah membicarakan soal anak. Apalagi sekarang ibu menambah dengan keinginannya yang tentu saja sangat menyakiti hatiku.

Madu? Aku bahkan tak pernah terpikir sedikit pun akan memilikinya. Aku tidak mau dimadu. Kugelengkan kepala berkali-kali, membayangkannya saja rasanya aku tak sanggup.

Teganya ibu ingin menghadirkan perempuan lain diantara kami. Walaupun aku juga menyadari kekuranganku yang sampai saat ini belum bisa memenuhi keinginannya untuk memiliki seorang cucu. Tapi, bukankah ibu juga seorang perempuan? Apa ibu tidak merasakan apa yang kurasakan?

Kutatap suamiku. Aku tahu Mas Bagus sangat mencintaiku, apa mungkin dia tega melakukan hal itu padaku demi memenuhi keinginan ibunya? Ah ya, aku lupa selain mencintaiku Mas Bagus juga sangat menyayangi ibunya. Bakti seorang anak laki-laki adalah sesuatu yang sangat dijunjung tinggi oleh suamiku.

Mba Mira dan Mas Rayhan diam tak bersuara sedikitpun. Mungkin mereka juga shock sama sepertiku.

Sedangkan laki-laki yang masih sah menjadi suamiku itu, dia hanya menundukkan kepalanya sambil memeluk salah satu anak kembar Mba Mira yang kini sudah tertidur di pangkuannya. Mas Bagus tak melawan sedikit pun atas kata-kata ibunya tadi, apakah itu artinya ....

"Mita, sekarang ibu mau tanya. Kamu mau dimadu atau dicerai?"

Bagai petir di siang hari. Pertanyaan ibu Mas Bagus sukses membuat hatiku yang sudah porak poranda kini hangus terbakar.

"A-apa, Bu?" Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku. Aku tidak menyangka ibu akan mengatakan hal itu, bahkan di depan Mba Mira dan Mas Reyhan.

"Ibu tanya sekali lagi. Kamu mau dimadu atau dicerai? Karena Bagus akan Ibu nikahkan dengan anak sahabat Ibu," ucapnya tegas.

"Bu, aku nggak akan pernah menceraikan Mita, selamanya Mita akan menjadi istriku. Aku nggak peduli, meskipun seumur hidup kami nggak memiliki seorang anak. Aku sangat mencintai Mita dan hanya dia yang ada di hatiku," sahut Mas Bagus setelah mengangkat kepalanya.

"Terserah, Ibu ndak peduli. Yang penting secepatnya kamu harus menikahi Anida. Urusanmu dengan Mita, silahkan urus sendiri. Kalian mau meneruskan pernikahan ini silahkan, kalau mau berpisah baik-baik juga silahkan. Tapi keputusan Ibu sudah bulat dan ndak bisa di ganggu gugat, kamu harus menikah dengan Anida--anak sahabat Ibu. Titik." ucap Ibu sekali lagi dengan tegas.

Kemudian ibu berdiri. "Maaf Nak Rayhan, Mira, Ibu mau masuk ke kamar dulu, mau istirahat. Silahkan kalau masih mau ngobrol." Ibu berjalan dengan tertatih, Mas Bagus memberikan anak Mba Mira pada Mas Rayhan, kemudian dia segera membantu ibunya berjalan menuju kamar tamu.

Mas Rayhan juga bangun dari tempat duduknya, kemudian membawa si kembar yang sudah tertidur ke dalam kamar almarhumah ibu.

Tak lama Mas Bagus kembali ke ruang keluarga, dia mengambil tempat duduk di sebelah Mas Rayhan yang juga baru menghempaskan tubuhnya di sofa setelah membawa si kembar ke dalam kamar. Sedangkan aku masih menangis dan menyandarkan tubuhku di bahu Mba Mira.

Mas Bagus hanya menundukkan wajahnya tak berani menatap Mas Rayhan dan Mba Mira. Aku yakin dia masih ingat janjinya pada almarhum ibu, bahwa dia akan selalu menjagaku hingga ajal menjemput. Tak akan pernah menyakitiku walau seujung kuku. Tapi sekarang apa? Dia bahkan akan menghadirkan neraka dunia di hidupku.

"Jadi kamu akan menikahi perempuan pilihan Ibumu itu?" tanya Mas Rayhan.

Mas Bagus tercekat, cukup lama dia tak bisa mengeluarkan kata-kata. Apakah dia merasa seperti sedang dicekik?

"Maafkan aku, Mas, aku terpaksa. Ibu mengancam akan bunuh diri kalau aku tidak menuruti keinginannya." jawab Mas Bagus. Dia mengangkat kepalanya sebentar menatap Mas Rayhan kemudian kembali menjatuhkan pandangan pada lantai rumah.

"Kamu hanya memikirkan Ibumu, tapi kamu nggak memikirkan bagaimana perasaan adikku?" raung Mba Mira masih sambil memelukku yang masih menangis.

"Maaf Mba, maafkan Bagus," jawab Mas Bagus kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kalau begitu, lepaskan aku Mas. Ceraikan saja aku," sahutku tak tahan lagi. Aku tahu kata-kataku ini seperti senjata yang memiliki dua mata. Satu sisi melukai suamiku, sedangkan sisi yang lain menghunus langsung ke jantungku. Mati, rasanya aku hampir mati.

"Nggak sayang, jangan katakan itu. Jangan meminta Mas untuk menceraikanmu, karena Mas nggak akan pernah mengabulkannya," jawab Mas Bagus sambil menggelengkan kepalanya kuat.

"Tapi kamu akan menikah lagi, Mas. Aku nggak mau dimadu, aku nggak akan sanggup, Mas," jeritku dalam tangis pilu.

"Tapi Mas juga nggak sanggup berpisah denganmu, sayang. Mas nggak mau kehilanganmu. Maafkan Mas yang egois ini." Mas Bagus duduk di lantai di bawah kakiku. Diletakkannya wajahnya di pangkuanku, air matanya tumpah karena rasa bersalah.

"Bagus, Mita, kami tidak bisa terlalu jauh ikut campur dalam urusan rumah tangga kalian. Tapi sebagai kakak, Mas hanya bisa berpesan, pikirkan dulu semuanya dengan baik. Jujur sebagai kakak kalian, Mas merasa sedih kalau kalian sampai berpisah. Tapi Mas juga akan sama sedihnya, saat adik istriku yang sudah kuanggap adikku sendiri dibuat sakit hati karena dimadu." Mas Rayhan berujar dengan pelan.

"Lalu aku harus bagaimana, Mas?" tanya Mas Bagus sambil mengangkat kepalanya.

"Semua kembali pada kalian berdua. Diskusikan baik-baik, jangan pakai emosi. Atau coba bujuk lagi Bu Tata, barangkali dia masih bisa berubah pikiran."

"Itu mustahil, Mas. Ibu nggak akan berubah pikiran, karena yang dipikirkannya hanyalah cucu untuk melanjutkan keturunan keluarga kami."

"Kalau begitu mari kita berpisah, Mas. Biarlah aku mengalah, kamu turuti saja keinginan Ibumu. Bukankah kamu harus berbakti kepadanya? Aku mohon lepaskan aku, Mas," ucapku sambil mengusap air mata dengan kasar.

"Sayang, jangan memohon untuk sesuatu yang mustahil bisa Mas kabulkan," sahut Mas Bagus cepat.

"Tapi sudah kubilang, aku nggak mau dimadu. Mas Bagus akan tetap menikahi perempuan pilihan ibu itu 'kan? Kalau begitu, jalan keluarnya ceraikan saja aku. Biarkan aku memilih jalan hidupku sendiri."

🌷🌷🌷

Yang penasaran siapa Mira, Rayhan, dan Bu Wulan, baca kisahnya di cerita saya yang berjudul PELAKOR ITU KAKAK IPARKU.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 45. ENDING

    (POV Mita)"Mita, aku ... menyayangimu, maukah kamu menikah denganku?" tanya Mas Fachri sambil menatapku dengan penuh cinta.Lalu masih dengan memegang tanganku, perlahan dia berlutut di hadapanku."Sekali lagi aku pinta, menikahlah denganku. Aku berjanji tidak akan menyakiti dan mengecewakanmu. Aku juga berjanji akan meletakkan kebahagiaanmu di atas segalanya."Ya Allah, rasanya tak percaya putra angkat Bu Rumini ini tengah melamarku. Bahkan dia memintaku menjadi pendamping hidupnya di depan ibunya.Dengan menahan ledakan kebahagiaan di dalam dada, kuberanikan diri untuk menatap wajah yang beberapa bulan belakangan ini selalu menghiasi mimpiku."Iya, Mas, aku mau. Aku mau menikah denganmu." Aku menjawab seraya tersenyum dan mengangguk.Mas Fachri mendekatkan tanganku ke bibirnya, kemudian dia mengecup jariku dengan begitu lembut."Yeeeyyy! Akhirnya ada yang bakal nikah nich!" Tiba-tiba entah datang dari mana, suasana yang tadi begitu romantis berubah menjadi begitu ramai bahkan cende

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 44. LAMARAN

    "Ibu ... Ibu ...! Apa yang kalian lakukan pada ibuku?! Siapa yang sudah berani melakukan ini pada seorang Sukmawati--pemilik Wicaksono grup?!" Tiba-tiba seorang perempuan masuk ke dalam kantor polisi dan langsung berteriak seperti orang kesurupan.Benar-benar tidak punya sopan santun.Dilihat dari perutnya yang sedikit membuncit, sepertinya perempuan itu sedang berbadan dua.Dan dari ucapan perempuan itu, aku yakin dia adalah Anida--putri tunggal Bu Sukma yang telah dijadikan alat untuk menjebak ayahku dulu. Anak yang sebenarnya entah benih siapa, namun ayahku-lah yang dijadikan kambing hitam atas kehamilan Bu Sukma, si ular yang sangat berbisa.Tepat di samping perempuan itu, berdiri seorang laki-laki yang kemungkinan adalah suaminya. Dan kalau tebakanku benar, berarti laki-laki itu yang bernama Bagus--mantan suami Mita."Saya. Saya orangnya yang sudah menyeret ibumu itu ke tempat ini?" jawabku dengan tenang.Mata perempuan itu membulat. Wajahnya yang putih tampak merah padam menahan

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 43. PENANGKAPAN BU SUKMA

    "Fachri? Apakah kamu Fachri Akbar putraku.""Iya, Pa, ini aku Akbar. Fachri Akbar putra Papa Agung," jawabku masih sambil memeluknya."Ya Allah ... terima kasih banyak. Ternyata benar firasatku selama ini, bahwa putraku masih hidup," jawabnya pelan diiringi isak tangis pilu bercampur haru.Mendengar ucapan ayah kandungku, air mataku semakin deras mengalir. Ternyata ayah memiliki ikatan batin yang cukup kuat terhadapku. Selama ini dia menyakini bahwa aku masih hidup dan tidak serta-merta mempercayai berita tentang kematianku saat kecelakaan maut itu terjadi. Mungkin juga karena jasadku yang tidak ditemukan di area TKP.Aku semakin erat memeluk tubuhnya yang kurus kering laksanakan selembar triplek. Kasihan sekali ayah kandungku, selama ini dia hanya bisa terbaring tak berdaya tanpa bisa melakukan apa pun.'Bu Sukma, dia adalah penyebab semua penderitaan kami. Perempuan iblis itu harus membayar mahal, apa yang sudah dilakukannya terhadap ayah dan almarhumah Ibu kandungku,' ucapku dalam

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 42. PERTEMUAN PENUH HARU

    (POV Fachri)"Bu Sukma sudah jalan, jadi kita juga harus melanjutkan perjalanan," ucap Pak Lukman sambil bangun dari tempat duduknya."Ya, benar, ayo kita lanjutkan perjalanan. Kalau bisa, kita harus sampai lebih dulu dari Bu Sukma," sahutku, lalu ikut bangun dari bangku yang aku duduki.Bapak, Ibu, dan Bu Wulan juga melakukan hal yang sama, tanpa banyak bicara mereka segera berjalan ke arah mobil Rayhan. Sedangkan Rayhan tampak sedang berbincang dengan Briptu Hendra. Kulihat Briptu Hendra mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya, kemudian melakukan panggilan telepon pada seseorang. Entah sedang menghubungi siapa, mungkin rekan, atasan, atau mungkin juga keluarganya.Setelah berbicara di telepon sebentar, Bribtu Hendra mematikan teleponnya kemudian ia masuk ke mobilnya.Bersamaan dengan itu Rayhan pun melakukan hal yang sama, putra tunggal Bu Wulan itu menaiki mobil miliknya yang di dalamnya ada Bapak yang sudah duduk di samping kursi pengemudi, sedangkan Ibu dan Bu Wulan duduk di kurs

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 41. INFORMASI BARU

    (POV Fachri)"Hah! Pesan dari Ridwan!" seru Pak Lukman. Raut wajah Pak Lukman tampak serius saat membaca pesan itu, pasti ada informasi penting yang disampaikan oleh Bang Ridwan padanya.Mendadak jantungku berdebar. Entah kabar apa yang disampaikan Bang Ridwan pada Pak Lukman. Pak Lukman belum berbicara apapun, karena dia sibuk mengetik pesan di layar ponselnya.Ya Tuhan, semoga saja ada kabar baik dan bukan kabar buruk yang akan disampaikan oleh Pak Lukman padaku nanti. Semoga saja Bang Ridwan mengabarkan bahwa ayah kandungku sudah diketahui keberadaannya."Fachri, ke kantor notarisnya lain kali saja, ya. Sekarang kita ke Wonogiri, karena barusan Ridwan mengabarkan bahwa sore ini Bu Sukma akan bertolak ke Kota itu. Dan Ridwan yakin, bahwa Bu Sukma akan menemui Pak Agung," ucap Pak Lukman sambil menyimpan ponselnya kembali di saku jas yang dipakainya."Benarkah? Baiklah kalau begitu, Pak, kita berangkat sekarang. Saya akan menghubungi Bapak Ibu saya dan juga Rayhan," jawabku sambil me

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 40. MISI RAHASIA

    (POV Pak Lukman)"Maksud Pak Lukman, menyusup ke rumah Bu Sukma?" Teh Rumini ikut menimpali. Dari nada suaranya, tampaknya dia cukup terkejut dengan ide yang barusan kucetuskan."Iya, betul. Di sana tentu akan lebih mudah mendapatkan informasi, tapi resikonya juga besar. Adakah yang bersedia menyusup dan melakukan penyamaran?" tanyaku sambil menatap mereka satu persatu, membuat orang-orang yang duduk di depanku itu seketika berpandangan."Aku saja, aku bersedia!" Tiba-tiba laki-laki yang duduk di samping Kang Rahmat menyahut, padahal sedari tadi dia hanya diam menyimak obrolan kami.Aku menatap laki-laki itu, sejenak kami berpandangan."Pak Lukman, perkenalkan ini putra kami--Ridwan," ucap Kang Rahmat sambil menatapku kemudian beralih pada laki-laki yang baru saja menawarkan dirinya untuk menyusup ke kediaman Bu Sukma."Ridwan? Masya Allah ... jadi kamu Ridwan, putra Kang Rahmat? Iya-iya saya masih ingat saat kamu masih kecil dulu. Umurmu memang tidak begitu jauh dengan Akbar." Hampir

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 39. MEMBUAT RENCANA

    (POV Pak Lukman)"Lalu bagaimana dengan semua aset dan kekayaan keluarga Wicaksono. Apakah sampai saat ini masih atas nama Pak Agung dan almarhumah Bu Arini, atau sudah dialihkan pada Bu Sukma?" cecar Bu Wulan.Sebenarnya ini ada apa?Aku semakin bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh keluarga mendiang Pak Aditya."Maaf, Bu Wulan, benarnya ini ada apa? Dari tadi saya tidak mengerti, kearah mana pembicaraan ini?" Akhirnya karena bingung dan penasaran yang begitu menggelitik, kuputuskan untuk bertanya saja."Pak Lukman, apakah Bapak akan percaya kalau saya bilang Fachri Akbar--putra Pak Agung Wicaksono masih hidup?" tanya Pak Rayhan membuatku sangat terkejut."Apa? Tapi, bagaimana mungkin ....""Itu benar, Pak Lukman. Den Akbar masih hidup. Dan apakah Bapak masih ingat pada saya?" Tiba-tiba laki-laki yang duduk di sofa ujung ikut menimpali.Sesaat aku menatapnya ....Ya Tuhan, benarkah yang kulihat ini?Lalu aku pun menatap perempuan yang duduk di samping laki-laki itu.

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 38. BERTEMU PAK LUKMAN

    Bu Wulan melangkah mendekati Fachri. Air matanya sudah tumpah.Sementara itu Fachri pun bangun dari tempat duduknya, dia menatap perempuan yang sudah berlinang air mata itu. Dalam bayangan Fachri, pastilah ibu kandungnya sepantaran dengan perempuan yang kini berada di depannya.Bu Wulan menatap wajah Fachri, kemudian memeluknya dan menangis histeris."Ya Allah, Arini ... Arini, ternyata putramu masih hidup. Arini ... lihatlah, Arini, sekarang putramu ada di depanku, dia sudah pulang." Bu Wulan terus saja menangis sambil memeluk Fachri. Sedangkan Fachri hanya bisa menurut saja, bingung harus berbuat apa. Tapi dia tahu, bahwa perempuan yang sedang memeluknya saat ini adalah orang yang sangat dekat dengan almarhumah ibu kandungnya."Ya Allah, Nak, Ibu rasanya nggak percaya kalau ternyata kamu masih hidup. Tapi Ibu bahagia, akhirnya kamu pulang, mungkin ini pertanda bahwa kejahatan dan kelicikan Bu Sukma akan segera terbongkar," ucap Bu Wulan lagi, lalu dia menoleh pada Rayhan."Ray, kesi

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 37. PULANG

    Waktu cepat berlalu, pagi ini Mita dan Bu Rita sudah bersiap untuk berangkat ke kota Prabumulih. Mita akhirnya berhasil membujuk bibinya untuk tinggal bersamanya di Bekasi.Mita juga sudah mengabari Miranti, bahwa dia dan Bu Rita pagi ini akan segera pulang. Miranti ikut senang, dan tak sabar menunggu adik dan bibinya sampai di kota kelahiran mereka.Kini Mita dan Bu Rita sudah berada di dalam angkutan umum menuju kota Prabumulih, begitu pula dengan keluarga Pak Rahmat, sudah berangkat dari Desa Jenang sejak setengah jam yang lalu.Di dalam angkutan umum, Mita yang memegang ponsel Bu Rita sesekali berbalas pesan dengan Fachri, saling memberi kabar sudah sampai dimana.Kira-kira tiga puluh lima menit, akhirnya Mita dan Bu Rita sudah sampai di pol keberangkatan. Mereka berdua turun dengan membawa tas dan bawaan Bu Rita. Mita membantu bibinya, lalu mereka duduk menunggu keluarga Pak Rahmat yang masih dalam perjalanan.Mita sengaja belum membeli tiket, karena tadi Fachri berpesan agar dia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status