Burhan memijat kepalanya. "Ah, pusingku sudah mereda tapi entah kenapa rasanya lemas sekali.""Anda ingin istirahat terlebih dahulu? Saya akan mengambilkan sarapan untuk anda.""Tolong lakukan itu." Burhan kembali merebahkan tubuhnya.Sekretaris membungkuk sedikit lalu berjalan keluar kamar, tanpa sengaja bertabrakan dengan Sean yang buru-buru masuk ke dalam kamar papanya. "Tuan muda," sapanya.Sean menatap tajam sekretaris. "Apa kamu tidak punya mata?!"Sekretaris hanya tersenyum lalu berjalan meninggalkan kamar tanpa merasa tersinggung dengan tindakan Sean.Sean lebih tersinggung melihat tindakan masa bodoh sekretaris papanya. Namun tidak bisa memperpanjang karena papanya memanggil."Ada apa masuk ke dalam kamar Papa? Tidak lihat kepala Papa sakit begini?"Sean menoleh dan buru-buru mendekati Burhan. "Papa masih sakit kepala? Mau Sean ambilkan sesuatu?"Pergelangan tangan Burhan menutupi kedua matanya. "Tidak perlu, ada apa kemari?" tanyanya.Sean berlutut di samping tempat tidur Bu
Handphone Cefrilizia bergetar di dalam tas Vivi sementara Vivi sedang sibuk mengatur pesta nanti malam bersama Nina.Nina yang mendengar itu berkali-kali di tas Vivi, bertanya. "Handphone di tas kamu sudah berkali-kali bunyi. Kenapa tidak diangkat? Siapa tahu penting."Vivi menjawab dengan santai. "Hanya kiriman pesan, tidak perlu dihiraukan."Nina mengangguk dan tidak mengungkitnya kembali. "Gaun kemarin itu- yakin masih mau memakai kebaya?""Ya, tentu saja."Nina menghela napas panjang. "Sayang sekali, aku ingin menunjukkannya ke Marta. Tapi wanita itu masih belum bangun karena bunuh diri, kira-kira kapan dia bangun ya?""Entahlah, yang pasti setelah bangun- dia tidak akan bisa bersikap sombong kembali."Nina menaikkan salah satu alis dan tersenyum canggung, dia mulai terbiasa dengan sikap Vivi yang angkuh ketika membicarakan musuh. Andaikan saja dirinya bisa seperti Vivi-Nina menggelengkan kepala dan kembali fokus berdiskusi dengan Vivi.***Malam pesta berlangsung, semua tamu kal
"Ah, benar. Aku merasa sedih ketika mengingat ada Sean di sini. Jangan dihiraukan perkataanku tadi, aku hanya ingin Papa kamu hidup bahagia."Sean menggumam di dalam hati. Selama ini hidup Papa sudah bahagia dengan para selingkuhannya, mau bahagia dengan cara apa lagi?Wanita tua itu memegang tangan Sean dan mendoakannya dengan tulus. "Aku berdoa, semoga ke depannya kamu menjadi anak yang sukses dan bisa lebih dari Papa kamu, masalah Marta- sebaiknya kamu jangan ikuti dia, bukan contoh yang baik untuk anak secerdas dan sebaik kamu."Sean mengangguk paham dan menarik tangannya perlahan. "Terima kasih banyak."Wanita tua melambaikan tangan dengan anggun dan pergi ke tempat teman-temannya.Dari kejauhan, Vivi duduk di meja dengan santai bersama sang suami yang sedang makan dengan lahap, sebelum acara dimulai. Tidak ada yang berani menyapa pasangan suami istri itu karena gosip yang menimpa mereka berdua.Vivi bisa mendengar suara sumbang di sekitar, sepertinya mereka memang sengaja menunj
"Be- benar, perilaku Reza sangat keterlaluan. Dia menculik Marta hanya karena bertengkar dengan Vivi, mau dijadikan apa? Sandera?" tanya salah satu tamu undangan ke temannya.Vivi tersenyum ketika mendengar pertanyaan itu. "Sekarang saya tanya kepada kalian semua, para tamu undangan terhormat- sebelum pemilik acara muncul dan kalian menghancurkan pestanya. Apakah para tamu sudah melihat bagaimana kondisi Marta yang sebenarnya? Jika kalian ingin melihatnya- saya bisa menunjukkannya secara langsung.""APA-APAAN ITU?!" Teriak Burhan dengan marah. "Kamu menyiksa istriku dan ingn mengatakan bahwa aku yang menyiksa dia?"Vivi menatap Burhan dengan heran. "Lho? Memangnya saya ada membahas tentang penyiksaan? Yang saya ingin tunjukkan adalah kondisi Marta terbaru dan sudah membaik, kenapa anda jadi marah?"Burhan tidak bisa membalas perkataan Vivi, salah bicara sedikit saja bisa jadi masalah untuk masa depannya.""Oh, ya Pak Burhan. Lain kali beritahu sama semua tamu di sini, penyebab proyek
Choky dan Putra yang baru saja tiba dari perjalanan jauh, pergi menuju pesta dan datang tepat waktu dengan napas terengah-engah."Nyonya, Tuan." Sapa Choky di belakang Reza.Vivi mengerutkan kening. "Kalian berdua sudah mandi?"Putra dan Choky buru-buru menjawab bersamaan. "Kami sudah mandi!" lalu mereka segera menutup mulut ketika menjadi pusat perhatian.Burhan menghela napas lega karena ada orang bodoh yang nekat masuk dan membantunya keluar dari masalah.Reza tersenyum. "Kalian ambil makan sana.""Tapi-""Khusus kalian, tidak ada masalah."Burhan mengerutkan kening dan spontan berkomentar dengan perilaku pasangan suami istri yang bersikap seenaknya. "Kita ada di pesta dan pemilik acara moodnya sedang tidak baik. Kenapa kalian malah mengizinkan para bawahan makan dan minum seenaknya? Bukankah itu khusus untuk tamu undangan?"Vivi dan Reza sama-sama menaikkan kedua alis lalu menatap Burhan yang ada di seberang mereka.Hendra tidak berkomentar dan hanya menatap tajam Vivi dan Reza.V
Hendra melihat Sean lalu mengangguk pelan. "Ya, silahkan."Sean tersenyum lalu menatap Vivi dengan marah sambil menunjuknya dengan tidak sopan. "Bagaimana bisa saya dan Papa tidak diam, ketika melihat Mama diculik oleh pasangan suami istri itu, kami sudah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan Mama tapi tidak ada hasilnya, mereka bahkan tidak bisa diajak bicara dengan baik."Hendra menoleh kepada Vivi. "Benarkah?"Vivi mengangguk dan menjawab dengan jujur. "Ya, memang. Marta ada di saya.""Tuh kan, anda bisa dengar sendiri kalau mereka menculik Mama saya, ini tidak bisa dibiarkan dan tolong bantu saya supaya Mama kembali."Hendra mengalihkan tatapannya ke Sean. "Nama kamu?"Sean menjawab dengan percaya diri. "Sean."Hendra mengangguk paham, lalu menatap Vivi.Vivi yang baru saja diberikan mic, memainkan mic itu dengan santai. Sudah lama dia tidak memegang mic ini, terakhir kali saat di pesta amal. Ah, rasanya sudah lama sekali tidak memukul telak orang lain."Ini pesta saya, tid
Human Papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi di permukaan kulit, dan berpotensi menyebabkan kanker serviks. Infeksi itu sering tidak menimbulkan gejala. Namun, virus ini dapat bertahan hingga menimbulkan gejala berupa tumbuhnya kutil di permukaan kulit atau bisa saja tidak tumbuh di kulit.Dalam kasus Marta, setelah diperiksa lebih mendalam, dia memiliki kutil di area kelamin, dan mungkin saja penyebabnya adalah suka berganti pasangan seks.Marta masih belum paham dengan penyakit yang menyerangnya, tapi dia terlalu shock untuk bertanya.Dokter menghela napas panjang dan bertanya kepada Marta. "Apakah suami anda suka berganti pasangan?"Marta tertawa muram. "Saya-""Saya sudah mendengar langsung dari gosip bahwa suami anda suka berganti pasangan, dan sekarang kekasihnya adalah seorang pria. Saya khawatir anda tertular penyakit ini dari suami." Potong dokter dengan tidak sabar. "Sebaiknya anda istirahat terlebih dahulu da
"Ba... bagaimana bisa..." Burhan tergagap dan masih berusaha mencerna semua perkataan Nina. "Tidak...""Tidak?" Vivi tertawa geli. "Bagaimana bisa tidak?""Kamu hanya anak yatim piatu biasa dan tidak punya keluarga, aku sudah mencari latar belakang keluarga kamu. Bahkan semua orang di sini juga sudah mencarinya, kamu tidak punya apa pun dan bangkrut setelah kedua orang tua meninggal.""Oh, ya. Tentu saja. Saya hanya anak miskin dan tidak berbudaya lalu tidak pantas menikah dengan seorang Reza. Tapi, apakah kalian sudah berusaha mencari latar belakang suami aku?"Tatapan orang-orang beralih ke pemandangan gelap di dekat Vivianne, mereka semua tidak bisa melihat sosok Reza, namun mereka bisa merasakan hawa menakutkan di sekitar Vivi. Jika mendekat, bisa saja mereka mati cepat."Memeriksa latar belakang suami? Hah! Sudah jelas dia keturunan keluarga Aditama yang hebat, saking hebatnya- dia tidak pantas bersanding dengan kamu," ejek Burhan dengan nada