Share

RAYAP

Masyarakat biasa tidak akan pernah tahu ataupun paham, kehidupan masyarakat kalangan atas yang melakukan hal di luar nalar. Seperti saling menjatuhkan.

Rezeki itu diberikan oleh Tuhan, kita tinggal menunggu dan berusaha. Itulah motto mereka. Berusaha, menunggu, kecewa, berusaha, menunggu lagi. Begitu terus sampai mereka lelah.

Berbeda dengan masyarakat kalangan atas yang lebih suka menjatuhkan orang lain demi alasan pribadi, daripada hanya menunggu kejatuhan.

Kejam? Memang! Tapi dengan begitu, bisa menghasilkan uang dan banyak pihak mendapat keuntungan.

Jika Marta bisa bantu menaikan posisi suaminya, tentu dia mendapat keuntungan, terlepas dari perselingkuhan yang mereka berdua lakukan, toh sudah punya tabungan masa depan yang akan mengurus mereka ketika tua, yaitu anak-anak.

Di samping itu, Marta juga gerah melihat sifat sombong si Vivi yang terlihat tidak mau berteman dengan siapa pun kecuali circle-nya. "Kita lihat saja, bagaimana si sombong itu akan bertekuk lutut dan meminta maaf."

Marta tidak tahu langkahnya diawasi oleh orang yang paling dibenci, Vivi.

Vivi yang berdiri di depan cermin, mendengar laporan Choky mengenai kunjungan Marta di penjara tempat Cefrilizia.

"Saya yakin, dia akan berusaha membebaskan wanita penggoda itu. Nyonya, apakah anda tidak memberikan hukuman untuk wanita tua itu?"

Alih-alih memikirkan Marta yang berkunjung ke penjara, Vivi masih memikirkan alasan Marta memakai Tommy.

"Choky."

"Ya?"

"Apakah masuk akal menggunakan pria tua untuk pelampiasan?"

"Ya?" Choky masih belum paham maksud atasannya.

"Kenapa Marta masih menggunakan Tommy? Untuk pelampiasan? Bukankah itu alasan bodoh?"

"Anda bertanya pun, saya tidak akan pernah paham jalan pikiran orang kaya, Nyonya."

"Aku masih penasaran."

"Apakah anda ingin saya mencari informasi tentang ini juga?"

Vivi balik badan dan menatap lurus Choky. "Bolehkah?"

"Tidak masalah."

Vivi tersenyum dan kembali menatap cermin. "Hm, baguslah."

Choky menghela napas lega. Entah kenapa atasannya satu ini berubah, seolah bukan Vivi yang sebelumnya. "Nyonya."

"Hm?"

"Jika saya melakukan kesalahan, tolong bicara sekarang saja. Anda tahu otak saya kapasitasnya terbatas, jadi-"

Vivi melihat Choky dari cermin. "Tidak, mood aku memang jelek akhir-akhir ini."

Choky bertanya dengan hati-hati. "Lalu, apakah anda sedang hamil?"

Vivi memutar bola mata dengan kesal. "Kenapa semua orang mengaitkan aku dengan hamil?"

"Sifat ibu hamil bisa berubah karena hormon, tentu saja itu bukan kesalahan anda."

Vivi cemberut. "Aku hanya kesal, kenapa seolah semua masalah yang menimpa aku belum selesai? Mulai dari Rosalin, Cefrilizia lalu sekarang- Marta. Tidakkah mereka terlalu bosan pada kehidupan mereka sekarang hingga mengganggu kehidupan orang lain?"

Choky bingung. "Bagaimana dengan Nona muda, Tuan muda dan selingkuhannya? Mereka juga sempat mengganggu kehidupan anda."

"Benar, mereka melakukan kenakalan kecil untuk mengusir aku. Tapi mereka tidak bersikap keterlaluan seperti tiga wanita penggoda ini."

Choky jadi memikirkan nasib akhir dua diantara tiga wanita. "Apakah anda ingin menghukum wanita bernama Marta ini?"

Vivi tidak menjawab dan hanya tersenyum menatap cermin.

Choky jadi merinding melihatnya.

"Tahukah kamu, persamaan mereka bertiga apa?" Tanya Vivi.

"Apa itu, Nyonya?"

"Mereka bertiga adalah pelacur yang ingin mencapai kekayaan secara instan dan juga berusaha naik ke tempat tidur suamiku."

Choky memiringkan kepalanya dengan tidak paham. Untuk Rosalin dan Cefrilizia, dia tahu sepak terjang mereka berdua, lalu Marta? Marta sudah memiliki suami kaya raya, kenapa harus memanjat ke tempat tidur Tuan besar?

"Terkadang, Choky. Kamu harus belajar insting wanita."

"Ya, Nyonya. Tapi, jika Tuan ataupun Putra bertanya mengenai hal ini, saya akan menjawab jujur."

"Tidak masalah, biarkan mereka tahu."

Choky menghela napas panjang dan pamit keluar ruangan, setelah memastikan Vivi tidak membutuhkan dirinya.

***

"Iya- lagi, di sana!" Teriak Marta dengan ekstasi gembira.

Tommy berusaha keras menyenangkan Marta di atas tempat tidur. Uang sekarang bukan menjadi kendala, harga diri pun sudah lama jatuh sejak anak satu-satunya mencoreng nama baik.

Para pelayan di luar ruangan adalah orang-orang kepercayaan Marta, tidak ada yang berani bergosip atau cerita hal buruk.

Pinggul Tommy bergerak sambil memainkan inti bunga Marta.

Marta berteriak nikmat. "Aku akan keluar!" Teriaknya berulang.

Tommy mengeluarkan kejantanannya dengan cepat lalu menerima cairan cinta Marta.

Marta memang cantik, namun usianya lebih tua dari Reza lalu lebih muda dari Tommy dan suaminya.

Tommy yang memiliki citra playboy dan merugikan banyak perempuan berstatus rendah, sangat mirip dengan suami Marta.

Kadang kala Marta yang bersikap masa bodoh, kesal dengan ulah suaminya. Meskipun mereka berdua melakukan perjanjian untuk tidak ikut campur urusan masing-masing, tetap saja Marta merasa kesal.

Marta mendorong Tommy dan duduk di atasnya, lalu mereka berdua menyatu.

Tommy yang tidak tahan lagi, keluar di dalam dan berteriak nikmat.

Marta yang terkejut, menampar pipi Tommy. "SIAPA YANG MENYURUH KAMU KELUAR DI DALAM?!"

Tommy yang awalnya belum sadar karena terlalu nikmat, menjadi sadar karena pukulan Marta.

Marta yang marah menampar pipi Tommy, melampiaskan amarah dan membayangkan pria di tempat tidurnya sekarang adalah sang suami.

Tommy hanya menerima dan tidak membalas.

Kejam? Memang! Tapi inilah realitas jika ingin mencari kenyamanan dan kekayaan secara instan, tanpa harus mengorbankan siapa pun.

Mungkin, bisa dibilang menjadi pelacur jauh lebih baik daripada menjadi orang kaya instan berkat tumbal.

Tiba-tiba mahkota bunga tepat di depan wajah Tommy.

"Bersihkan!" Perintah Marta.

Tommy menuruti perintah Marta.

***

"Seorang wanita yang frustasi dan akhirnya meledak, merencanakan itu yang dianggap cerdas? Wow!" Tawa Arka begitu mendengar laporan Choky.

Perintah Vivi harus diketahui oleh Reza, begitu juga sebaliknya. Namun mereka berdua bertindak seolah-olah tidak tahu.

Arka yang lebih suka bermain di kantor sepupunya, menggoda pria itu. "Ternyata banyak rayap yang suka mendatangi kamu, memang cahaya selalu bisa bersinar di mana pun."

Reza yang duduk di kursinya, tidak menanggapi lelucon Arka. "Istriku tidak bertanya atau-"

Choky menghela napas. Memang suami dan istri memiliki sifat sama, bukannya fokus pada laporan, namun fokus ke hal lain. "Nyonya hanya penasaran dengan alasan nyonya Marta menggunakan Tommy sebagai pelampiasan."

"Dia tidak membahas soal pesta yang akan datang?" Tanya Reza.

Choky menggeleng pelan. "Tidak."

Arka yang duduk di sofa menjadi bingung. "Hm? Kenapa kamu mengkhawatirkan hal lain? Apakah tidak khawatir dengan rencana busuk Marta?"

Reza mengalihkan perhatiannya ke Arka. "Kamu kenal Marta?"

Arka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak terlalu kenal, tapi wanita itu sempat dibahas istriku. Dia wanita menyebalkan dan sok tahu, wanita tua itu juga kelakuannya hampir mirip dengan nenek."

Reza mendecak kesal. "Satu lagi orang menyusahkan muncul."

Arka tertawa. "Sudah aku bilang, mereka itu rayap."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status