Home / Romansa / DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA / Meminta Mahar Kembali

Share

Meminta Mahar Kembali

Author: Norasetyana
last update Last Updated: 2021-09-21 19:41:18

"Kamu benar, seharusnya aku tidak berteriak-teriak seperti tadi. Itu malah mempermalukan diriku sendiri," ucapku sembari mengacak-acak rambutku.

"Bukankah tadi kamu bilang tidak malu?" Thalia bertanya dengan heran.

Aku tidak ingin menjawab pertanyaan Thalia kali ini. Aku sendiri heran, mengapa tadi aku seberani itu? Apakah amarah bisa membuat seseorang melupakan rasa malu?

Rasa malu itu merambat dan menjalar ke seluruh tubuhku begitu Thalia menunjukkan seseorang kepadaku.

Aku bertopang dagu sambil menundukkan kepala. Ingatanku melayang pada sosok lelaki tampan yang duduk sebagai tamu undangan. Jika Thalia tidak memberi tahuku, aku tidak akan menyadari kehadirannya.

Hyuga Al Barra, Lelaki yang mengenakan pakaian rapi dan terlihat sibuk bersama teman-temannya. Sepertinya mereka adalah rekan kerja Mas Bayu.

"Apa kamu malu pada Hyuga? Jujurlah padaku, kamu masih menyukainya, 'kan?" Thalia bertanya tepat saat aku sedang menyeruput es cokelat yang baru saja disajikan oleh pramusaji. Pertanyaan Thalia kali ini sukses membuatku tersedak.

Aku teringat dulu saat menerima lamaran Mas Bayu. Sehari sebelumnya, aku melihat  Hyuga berboncengan dengan seorang wanita.

"Kenapa kamu tidak sama Hyuga saja, Na? Dia masih sendiri lho." Thalia sukses membuat aku tersedak untuk kedua kalinya.

Selain diriku sendiri, Thalia adalah satu-satunya orang yang tahu bahwa aku pernah menyukai Hyuga. Sahabatku itu memang pandai menjaga rahasia.

Aku bertanya-tanya dalam hati, "Apa benar Hyuga masih sendiri? Lalu bagaimana dengan wanita cantik yang diboncengnya dulu?"

Aku menepis semua pikiran tentang Hyuga. Apa pun status Hyuga sekarang, itu sudah tidak ada artinya untukku. Bukankah aku sudah bertekad untuk melupakannya semenjak aku menerima lamaran Mas Bayu? Lagi pula aku tidak pernah tahu bagaimana perasaan Hyuga kepadaku. Aku tidak ingin terlalu berharap dan berakhir kecewa untuk kedua kalinya.

"Itu sudah tidak mungkin, Tha. Aku dan Hyuga, kami tidak ditakdirkan untuk bersama. Hyuga berhak mendapatkan wanita yang lebih baik."

"Kenapa? Apa karena kamu janda? Itu tidak menjadi masalah, Na. Kamu tidak boleh mendahului takdir." 

"Jangan-jangan kau masih trauma karena hubunganmu dengan Bayu? Dengarkan aku, Na! Seseorang yang mencintaimu dengan tulus, dia akan menerimamu apa adanya. Sampai kulitmu mengeriput dan rambutmu memutih, dia tidak akan meninggalkanmu." Thalia memberi jeda untuk mengambil napas.

"Kecuali jika dia mencintaimu hanya karena kecantikanmu. Maka cepat atau lambat, disaat dia merasa kamu sudah tidak cantik, dia akan meninggalkanmu. Karena cinta akan hilang dengan hilangnya sebab.

"Entahlah, Aku tidak mau memikirkan itu dulu. Lebih baik sekarang aku fokus mencari pekerjaan."

Ibu sudah keluar uang banyak untuk acara resepsi pernikahanku. Tabunganku juga sudah menipis. Aku tidak boleh menjadi beban lagi untuk ibu.

"Bagaimana kalau kamu kerja di tempat aku bekerja? Kebetulan di sana sedang membuka lowongan."

"Benarkah? Kalau begitu aku akan mencobanya."

Hari ini aku tidak pulang seharian. Thalia mengajakku jalan-jalan ke mall untuk mencuci mata. Bahkan, dia membelikan aku pakaian baru.

"Kau bisa memakai ini untuk wawancara kerja besok. Aku akan merekomendasikanmu kepada atasanku. Dia pasti menerimamu," ujar Thalia dengan penuh keyakinan.

Sebenarnya aku tidak enak hati dan ingin menolak. Namun karena Thalia memaksa, akhirnya aku menerima pemberiannya.

Saat hari mulai gelap, barulah aku dan Thalia pulang. Sebelumnya aku sudah menelepon ibu agar beliau tidak mencemaskan aku. Aku berterimakasih pada Thalia sebelum akhirnya kami berpisah di parkiran mall.

Begitu sampai di teras rumah, aku disambut oleh teriakan Bu Erni.

"Ini dia tersangkanya! Akhirnya pulang juga kamu!"

"Ada apa, Bu?"

"Jangan pura-pura bodoh. Mengapa kau mengacaukan pernikahan anakku? Kau sungguh pembawa sial. Aku sudah melarangmu hadir di acara pernikahan Sinta, tapi kau malah datang dan membuat keributan," cerocos Bu Erni tanpa titik dan koma.

"Tunggu dulu, Bu! Tenanglah! Ini bisa diselesaikan baik-baik." Ibuku mencoba menengahi dengan menenangkan Bu Erni.

"Baik-baik bagaimana? Hari ini Bayu dipecat dari pekerjaannya karena ulah anak Ibu. Kalian harus ganti rugi!" Bu Sara–Ibu Mas Bayu yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba menghampiri kami.

Aku tidak tahu harus tertawa atau menangis. Mas Bayu dipecat? Ini di luar rencanaku, tapi entah mengapa diam-diam aku merasa puas mendengar kabar ini.

"Kok bisa-bisanya Bu Sara menyalahkan anakku. Seharusnya Ibu bertanya pada anak Ibu sendiri, kesalahan apa yang sudah dilakukan Nak Bayu hingga membuat dia dipecat." Seperti biasa ibu membelaku.

"Tentu saja ini salah Naina. Kalau saja Naina tidak membuat keributan di acara resepsi, tidak akan ada hal seperti ini. Sekarang aku mau kalian mengembalikan mahar dan seserahan yang kami berikan." Ibu Mas Bayu tidak mau mengalah.

"Oh, jadi itu yang Bu Sara mau? Baiklah kami akan mengembalikan semua, tapi jangan ganggu kami."

"Tunggu Ibu, itu sudah menjadi hakku. Aku tidak akan mengembalikannya." Aku memotong perkataan ibu.

"Dasar tidak tahu diri kamu, Naina. Untung, Bayu sudah menceraikanmu. Kau harus mengembalikan semuanya. Semua itu bukan hakmu lagi sekarang. Semua itu sudah menjadi hak istri sah Bayu saat ini yaitu Sinta." Bu Erni tidak tinggal diam dan mendukung Bu Sara.

"Jadi kalian benar-benar meminta kembali mahar dan seserahan? Baiklah, aku akan mengembalikan semuanya, tapi dengan syarat …. " Aku mengambil napas panjang. Memberi jeda pada kata-kataku. Netraku berputar ke arah atas, memikirkan sesuatu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   End

    Acara pernikahanku dan Hyuga akan segera dilaksanakan. Pasti saat ini orang-orang sedsng sibuk mendekorasi gedung pernikahan, sementara aku masih berada di rumah bersama beberapa perias. Seorang perias sedang serius merias wajahku, dan beberapa perias lainnya mempersiapkan pakaian untukku. Setelah selesai berhias, aku berdiri di depan kaca rias. Memandang wajah cantik yang terpantul di kaca rias. Aku yakin, wajah ini pasti membuat semua orang pangling. Aku sendiri tidak mengenali wajah ini saat pertama melihatnya di kaca. Sebuah mobil putih berhias pita dan bunga mengantarku ke gedung pernikahan. Aku berangkat bersama ibu, sementara Hyugo sudah menunggu di gedung. Rencananya, akad nikah akan dilaksanakan di gedung pernikahan yang berada di aula masjid besar kota kami. Betapa terkejutnya aku ketika melihat Sinta juga berdandan cantik dengan mengenakan baju pengantin. Dia turun dari mobil yang berhenti tepat di depan gedung pernikahan. "Ibu duluan saja. Aku akan menyusul nanti," uca

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Pecahan Kaca

    Aku mengendap-endap mendekati mobil Sinta. Kubuka pintu mobil yang ternyata tidak terkunci. Dengan cepat aku masuk ke dalam mobil dan bersembunyi di jok kursi belakang. Malam ini, aku harus sampai rumah, karena esok hari adalah acara pernikahanku. Aku tidak ingin pernikahanku dengan Hyuga gagal karena calon pengantin wanita yang menghilang.Aku mengambil ponsel dari tas. Kunyalakan ponsel untuk menghubungi Hyuga. Sialnya, ponselku mati dan aku tidak membawa charger.Kulihat Sinta ke luar dari bangunan. Gegas aku berjongkok di bawah kursi dan merundukkan kepala agar tidak ketahuan oleh Sinta. Jika tertangkap olehnya, aku takut dia tidak akan melepaskanku kali ini."Pernah itu sudah berhasil menyekap Naina, Ma. Rencana kita berhasil. Aku tidak perlu meneror wanita itu lagi. Sekarang kita siapkan rencana selanjutnya." Sinta berbicara ditelepon dengan seseorang.Untung saja, Sinta tidak mengetahui jika aku sudah meninggalkan bangunan kosong itu. Mungkin lelak

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Lepaskan

    "Makanlah, Nona. Aku akan menyuapimu." Lelaki gempal itu kembali masuk ke ruangan dengan sebungkus makanan. Dia membuka bungkusan berisi nasi dengan lauk seadanya dan menyuapkannya kepadaku."Tidak! Lepaskan tanganku. Aku akan makan sendiri," elakku sembari memalingkan muka darinya. Mengacuhkan suapan nasi di depanku."Ayolah cepat makan. Aku tidak ingin kamu mati kelaparan di sini," bujuknya."Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini? Siapa yang memerintahkanmu untuk menculikku?" tanyaku penasaran. Aku menatap tajam pria itu. Menunggu jawaban keluar dari mulutnya."Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu? Cepatlah makan agar tugasku cepat selesai," paksanya."Kenapa memberiku makan? Kenapa kamu tidak membiarkan aku mati saja di sini?" protesku."Kalau aku mau, aku bisa saja membunuhmu sejak tadi." Lelaki gempal itu mendekatkan wajah dan melotot menakutiku."Bunuh saja. Aku tidak takut." Aku mendongakkan kepala menantangnya.

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Tolong

    "Hallo!" Meski agak kesal, kuberanikan diri menjawab telepon dari nomer yang belakangan ini menerorku. Aku sangat penasaran siapa dia sebenarnya. Namun, lagi-lagi telepon dimatikan."Coba aku lihat nomernya, Na. Mungkin saja aku mengetahui itu nomer siapa," cetus Thalia.Aku memberikan ponselku pada Thalia. Dia bergegas mencari nomer peneror itu di ponselnya. Kosong. Thalia tidak menemukan nomer yang dimaksud di kontak ponselnya."Enggak mungkin juga dia memakai nomer asli, Thalia. Mungkin dia sengaja menyembunyikan identitasnya biar aku tidak mengetahuinya." Aku mengambil ponselku dari Thalia dan memasukkannya ke dalam tas.Saat hari mulai sore, aku berpamitan pada Thalia untuk pulang. Mobil warna hitam berhenti tepat di depan rumah Thalia dan aku segera berlari masuk ke dalam mobil itu.Mobil hitam itu melaju kencang membelah jalanan kota. Aku sengaja memesan mobil itu lewat applikasi online. Namun, entah mengapa aku merasakan gelagat aneh dari d

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Merelakan

    Aku dalam perjalanan untuk menemui Thalia. Setelah sekian lama, akhirnya dia memberitahuku tempat tinggalnya yang baru. Semalam aku sudah berjanji untuk mengunjunginya sepulang bekerja."Pergi! Jangan pernah datang lagi. Selama ini hubungan kita hanya pura-pura. Jadi jangan pernah kamu bermimpi untuk mendapatkan hatiku!" Aku mendengar suara Thalia berteriak saat aku baru saja turun dari mobil. Hyuga meminjamiku mobil sekaligus sopir pribadinya saat aku berpamitan hendak menemui Thalia. Dia sendiri tidak bisa menemaniku karena masih ada yang harus dikerjakannya di kantor.Aku berjalan cepat memasuki sebuah teras rumah. Kudapati si jabrik ke luar dari rumah disusul dengan suara pintu yang ditutup dengan keras.Aku mengerutkan kening memandang si jabrik. Dia tidak menghiraukan kehadiranku dan langsung berjalan menjauh."Thalia! Apa kamu di dalam?" Segera kuketuk pintu setelah kupastikan si jabrik telah pergi dengan mengendarai motor sport warna merah.

  • DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA   Gaun Pengantin

    Hari ini aku ada janji untuk pergi bersama Hyuga. Kami akan memilih gaun pengantin. Kami tidak sendiri karena ibuku dan ibu Mas Hyuga juga ikut."Apa kebaya ini tidak terlalu mahal?" tanya ibu setelah seorang penjaga butik menyebutkan harga dari kebaya pengantin yang dipilih oleh Bu Hanin."Apa kita pindah ke butik lain saja? Atau kita bisa membeli kainnya saja biar aku menjahitnya sendiri," kata ibu lagi, ragu-ragu.Bu Hanin tersenyum, membentangkan kebaya brukat lengan panjang yang dia pilih di depanku, lalu berkata, "Kebaya ini sangat cocok dipakai Naina. Soal harga tidak jadi masalah bagi keluarga Al-Barra. Pesta pernikahan Hyuga nanti akan mengundang orang-orang penting. Aku ingin mempelai wanita terlihat paling cantik di sana."Bu Hanin mempersilakan agar aku mencoba kebaya yang dia pilih. Aku mengangguk sambil menerima kebaya itu dan membawanya ke ruang ganti.Kebaya warna merah dengan bawahan yang terjuntai hingga lantai. Seorang wani

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status