Share

18. Tragedi

“Mang, kenapa ke sini?” tanya ku sambil menepuk-nepuk pundak Mang Parmin yang sedari tadi nyerocos kaya kereta api, serta tidak mendengarkan ucapanku.

“Loh, memangnya salah? Kita mau ke rumah sakit umum kan?” tanya Mang Parmin masih melajukan motornya, namun sedikit melambat.

“Bukan Mang, rumah sakit kota,” sahut ku sedikit kesal.

“Euleuh, Mamang kira rumah sakit umum. Atuh rumah sakit kota mah elit, Neng!” ucap Mang Parmin seraya memutar balik. Dua rumah sakit itu memang berlawanan arah.

“Maaf ya, Mang. Tadi Lea enggak bilang dari awal,” ucapku malahan merasa bersalah. Perasaan bersalah ini karena dua hal, karena tak memberitahunya dari awal dan karena sempat berprasangka buruk kepadanya. Berprasangka kalau Mang Parmin justru akan berbuat jahat.

Akhirnya, Mang Parmin kembali melajukan motor ke arah yang lain. Sampai di tikungan dari arah sekolah tadi, Mang Parmin pun kembali bercerita dan menunjuk ke arah tikungan yang akan kami lewati.

<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status