Share

Bab 5

Penulis: Paradista
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-12 22:27:46

“Kamu mau yang mana? Yang pedas atau yang gak pedas?” tanya Jemima lagi, dia masih menunggu keputusan pria asing itu.

“Terserah kamu saja.” Jawab pria itu lirih, sebaiknya kalimat itu saja yang dia katakan dan memendam rasa penasaran terhadap bungkusan itu belakangan saja.

Jemima tampak memilih-milih kedua bungkusan mie instan itu, lalu dia mengangguk-angguk sendiri.

“Oh iya, nama kamu siapa?”

“Namaku Jemima, kamu bisa memanggilku Jemi.” Ungkap Jemima, entah kenapa dia merasa senang saat ada seseorang yang bisa diajaknya bicara seperti ini.

Hump… mulutnya benar-benar tak bisa diam. Batin pria itu sambil menghela napas.

“Hey! Nama kamu siapa?”

“Namaku Jemi.” Tegurnya lagi.

“Ekhem! Namaku… namaku… Julian, ya. Julian.” Jawab pria itu terdengar ragu.

“Oh ya? Nama yang bagus. Aku yakin kamu hanya bangkrut atau diusir dari rumah.” Kata Jemima berasumsi semaunya sendiri.

“Maksudnya?” tanya pria yang yang kini memiliki nama Julian itu, dia tak mengerti maksud dari perkataan gadis itu.

“Ya, maksudku… maaf sebelumnya ya, setelah kamu berganti baju yang sedikit lebih cerah begitu, kamu tak tampak seperti tunawisma.” Jawab Jemima, menjelaskan.

Julian mengangguk-angguk sambil melihat-lihat pakaian yang kini sedang dikenakannya, jaket berwarna navy kombinasi bulu-bulu berwarna cream, kaos berwarna abu muda dan celana jeans berwarna denim, hanya sepatunya saja yang masih belum diganti. Itu adalah sepatu bawaannya pribadi saat keluar dari Apartemen Sarah, yaitu Air Jordan Silver shoes.

“Oh iya, hanya sepatu yang tidak aku beli. Sepatu itu tampak bagus, meskipun… sepertinya… palsu.” Celetuk Jemima saat melihat Julian sedang membuka sepatunya.

“Uhuk!” Julian sampai terbatuk karena kaget mendengar penuturan gadis itu.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Jemima.

Julian mengangguk sambil meraba lehernya, “tidak apa-apa. Hanya kedinginan saja,” jawabnya.

Jemima mengangguk paham.

“Asal kamu tahu saja, itu termasuk sepatu yang unik dan langka. Sejak dirilis pertama kali, sneakers ini jadi incaran sebagian besar pria di seluruh dunia karena langsung ditandatangani oleh sang legenda NBA, yaitu Michael Jordan.” Jelas Jemima tampak percaya diri.

“Kamu tahukan Michael Jordan?” tanyanya.

Yang ditanya hanya berekspresi clingak clinguk.

“Tapi… aku gak tahu kalau ada edisi palsunya.” Celetuknya lagi.

Apa? Dia bilang sepatu ini palsu? Batin Julian tersentak kaget.

Andai saja dia tahu harganya berapa? batinnya lagi sedikit tercubit hatinya. Karena ternyata, jika dia bukan siapapun, saat memakai barang bermerek sekalipun, tetap tak ada harganya di mata orang asing yang tak mengenalnya.

“Apa kamu tersinggung? Bukankah aku sudah meminta maaf dulu?” tanya Jemima sambil datang dengan membawa dua mangkok mie yang baru selesai dimasaknya.

Julian menggeleng, “lalu kenapa diam?” tanya Jemima lagi.

Mata Julian hanya tertuju pada dua mangkuk makanan di depannya, di atas makanan itu ada potongan daging juga sayuran, terlihat tampak lezat meskipun aneh karena ini pertama kali dia melihatnya.

“Hey, kok gak jawab?” tegur Jemima lagi.

“Eh maaf, jadi apa yang harus aku jelaskan?” jawab Julian balik bertanya.

“Ah sudahlah… lupakan saja, ayo kita makan dulu saja. Julian,” jawab Jemima karena pikirnya seorang seperti Julian yang hidupnya di jalanan, mana mungkin tahu urusan sneaker palsu tidaknya, bisa pakai alas kaki saja sudah bersyukur.

“Hump… yummy… “ gumam Jemima sambil bersiap menyendok kuah di mangkuk tersebut, tapi saat gadis itu akan memasukkannya ke dalam mulut, tiba-tiba seseorang menggedor pintu rumahnya.

DOR! DOR! DOR!

Kedua mata Jemima melotot ke arah pintu lalu bergantian kearah Julian, keduanya saling memandang dan Julian yang tidak tahu apa-apa itu terlihat tak begitu peduli.

“Jemima! Keluar!” teriak seorang wanita di luar sana.

“Siapa?” tanya Julian.

“Sttt!” balas Jemima sambil mengangkat jari telunjuknya.

Meskipun tak mengerti, Julian membalasnya dengan mengangguk dan melakukan hal yang sama, yaitu mengangkat jari telunjuknya tepat di atas bibirnya.

“Keluar kau Jemima, aku tahu kamu ada di dalam!” panggil wanita itu lagi, terdengar berteriak-teriak.

Kedua mata Julian mencuri-curi pandang ke arah Jemima, wajah gadis itu tampak sangat kebingungan.

“Sebaiknya kamu buka saja,” bisik Julian.

Jemima tak menggubris perkataan pria di sampingnya, dia malah menggigit kuku jari telunjuknya.

“Jemima! Keluar kau! Apa mau ku dobrak saja pintunya, hah?!” teriak wanita itu lagi.

Bibir Jemima tampak meringis, gadis itu akhirnya berdiri dan berjalan ke arah pintu rumah yang hanya ada satu-satunya itu.

Kunci dibuka dan wanita di luar sana dengan segera membuka lebar pintu itu, hampir saja wajah Jemima terhantam daun pintu kalau saja Julian tak segera menarik baju gadis itu hingga membuat tubuhnya mundur.

“Oh! Rupanya sedang berduaan dengan seorang pria?!” dengus wanita setengah baya yang langsung saja menerobos masuk ke rumah itu.

Jemima hanya menunduk, gadis itu tampak sungkan bahkan tak berani membalas kekasaran wanita itu.

“Cih! Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, like mother, like daughter.” Cibir wanita itu lagi.

“Ah terserah-terserah, saya tak peduli. Pantas saja kau tak mau menikahi Ian, rupanya kau sudah selingkuh dengan pria lain.” Sambungnya.

Julian melirik ke arah Jemima, gadis itu tampak ketakutan dan bingung.

“Ingat Jemima, hutang kamu itu sangat banyak. Ian tak butuh dibayar balik, pria itu hanya butuh dibayar oleh tubuhmu.”

Julian sangat kaget bahkan pikirannya mulai bertanya-tanya tentang pekerjaan Jemima, mungkinkah dia seorang pekerja sex? batinnya sambil melihat dan memperhatikan tubuh Jemima yang mulai bergetar ketakutan.

Belum sampai Jemima membela diri, tiba-tiba saja semangkuk mie yang masih panas itu diambil wanita itu, lalu disiramkan ke atas kepalanya.

“Akh!” Jemima meringis kepanasan.

“Apa-apaan ini? Apa kau gila!” bentak Julian yang tiba-tiba saja reflek memaki wanita paruh baya itu sambil segera berlari dan mencari sesuatu untuk mengelap mie yang disiramkan ke tubuh Jemima.

“Kamu tidak apa-apa?” lanjutnya bertanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 118

    Untung saja ada William yang tiba-tiba saja mau bersekutu dengannya, dia yakin kalau Dante dan Jemima akan segera berpisah. Lalu, apakah rencana keduanya akan berhasil? Beberapa minggu berlalu, pasangan Julian dan Jemima tampak semakin romantis. Keduanya sedang dimabuk cinta, dan Julian berpikir jika saatnya dia akan berencana jujur tentang identitasnya pada Jemima. Malam itu Julian berencana makan malam bersama di restoran hotel tempat mereka tinggal selama ini, dia akan membuat Jemima tak bisa melupakan makan malam romantis tersebut. Julian juga berharap kali ini istrinya itu mau mendengarkan penjelasannya tanpa berpikir salah paham, apalagi masih menertawakannya. Siang harinya sebelum rencana makan malam bersama, dia pergi ke butik bersama Victor. Sahabatnya itu sengaja dipaksa agar mau pergi dengannya, meskipun dia tahu sedang rapat penting. “Dante, mereka datang jauh dari luar negeri. Rasanya…”

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 117

    William mengangguk tegas, “Tentu saja, apa kau mau membantuku?” tantang William. Sepertinya kesempatan ini tak mau dia abaikan begitu saja, balas dendam pada Dante adalah tujuan hidupnya saat ini. Tapi, apakah Sarah mau membantunya?William masih menunggu jawaban dari wanita yang kini duduk di depannya itu, dan baru saja berkenalan secara akrab di hari itu juga.“Tunggu, sebelum aku menjawabnya… lalu status mereka berdua apa sekarang?” tanya Sarah, penasaran.“Suami istri, tapi sepertinya pernikahan mereka hanya pura-pura dan bisa jadi hanya pernikahan kontrak.”“Apa?! Pernikahan kontrak?” tanya Sarah, hampir saja kedua matanya keluar dari rongganya.William mencoba menahan tawa saat melihat ekspresi kaget yang diperlihatkan Sarah padanya, dia menjaga imej agar tetap terlihat tenang, berwibawa dan dewasa.“Kamu yakin mau merebutnya kembali?” tanya Sarah, dan William menjawab dengan anggukan.

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 116

    Pria itu menyelesaikan dulu transaksinya, sementara Sarah yang tak terima menahan malu segera pergi dari butik itu sampai-sampai pria yang menolongnya harus mengejarnya.“Sarah Anthony?!”“Tunggu!”Sarah menghentikan langkah kakinya, pria yang membayar belanjaannya tadi ternyata mengenal hingga tahu namanya.“I-i-ini barangmu,” kata pria itu dengan nafas sedikit ngos-ngosan.Sarah tampak tak bergeming, dia masih menatap bingung ke arah pria itu.“Ah, ya. Kenalin namaku William Maxim,” sambungnya sambil mengulurkan tangan dengan terlebih dahulu menyimpan barang-barang milik Sarah.Sarah, yang awalnya bingung dan tak mengenali William, terkejut ketika mengetahui identitas pria itu. William, putra keluarga Maxim, adalah sosok yang berpengaruh dan memiliki koneksi luas. Sarah, yang haus balas dendam, melihat peluang dalam pertemuan ini.“Ah, putra keluarga Maxim? Senang bertem

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 115

    Mobil yang Egan kendarai akhirnya tiba di sebuah klinik praktek dokter pribadi.“Bukannya kita mau ke rumah sakit?” tanya Julian.Egan terbatuk-batuk, dia ingin bicara tapi tidak berani.“Kenapa? Kau sakit juga?” tanya Julian lagi.Egan memandang ke arah Julian, tatapannya seakan menghakimi.“Apa?” tanya Julian malah menantang.“Aduh__” dia mengaduh karena pinggangnya disikut Jemima.“Sakit tau!”Jemima membalas dengan kedua mata yang melebar, nyalinya mendadak ciut sampai-sampai Egan harus menahan tawa karena melihat ekspresi Julian yang lucu. Dia seperti kebanyakan pria lainnya jika sudah ada pawangnya, tak terlintas jika dia adalah seorang Dante Vascos yang terkenal seperti Singa.“Tuan Julian, ayo turun,” ajak Egan dengan gigi gemerutuk menahan kesal. Kesal karena Julian lupa dirinya siapa.“Ayo nona Jemima, kita periksa di dokter Cross.” Jemima mengangguk, lalu turun dan menuruti apa kata Egan. Lagipula dia merasa tidak enak kalau harus merepotkan dan mengambil banyak waktu Egan

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 114

    “Aw, kenapa?!” seru Julian karena tiba-tiba saja pinggangnya terasa sakit karena dicubit.“Jangan tidak sopan begitu,” jawab Jemima. "Tuan Victor, nona Sarah. Panggil mereka dengan sopan," sambung Jemima.“Owh,” balas Julian sambil mengangguk-angguk.“Eh tunggu,” sambungnya sambil menatap aneh ke arah Jemima.Jemima membalas dengan isyarat kedua mata.“Ya, maksudku wanita itu sudah mempermalukanmu. Untuk apa kita bersikap sopan, apa kau sudah tidak punya harga diri?” tanya Julian, membuat kedua mata Jemima melebar.Jemima menghela napas. “Julian, ini bukan tentang harga diri. Ini tentang sopan santun. Kita tidak bisa bersikap kasar kepada orang lain, bahkan jika mereka bersikap buruk kepada kita.”“Tapi dia sudah bersikap kasar!” protes Julian. “Dia bahkan mengejekmu!”“Aku tahu,” jawab Jemima dengan tenang.“Dia juga menjambak dan membenturkan kepalamu,” tambah Julian lagi.“Ya, aku tahu. Tapi itu bukan alasan untuk membalasnya dengan kasar. Kita harus menunjukkan bahwa kita lebih b

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 113

    Jemima terus berusaha melepaskan diri, tapi cengkeraman Sarah kuat. Dia merasakan darah mengalir di pelipisnya. "Kau ingin melihatku menghancurkan gadis ini?!" Sarah menatap orang-orang di sekitarnya dengan mata menyala. "Sarah, hentikan!" Beberapa orang mulai kembali berteriak, "Kau harus berhenti!" "Tidak, aku tidak akan berhenti sampai dia meminta maaf!" Jemima terus berjuang. "Lepaskan!" Jemima memohon, "Lepaskan rambutku!" "Kau harus diajari!" Sarah berteriak, matanya menatap tajam ke arah Jemima. Tiba-tiba, seorang pria berbadan tegap dengan muncul dan menarik Sarah dari Jemima. Sarah berusaha melawan, namun pria itu terlalu kuat. "Kau tidak boleh melakukan ini," kata pria itu, suaranya tegas. "Pergi, dan urusan kita belum selesa. Ingat itu!”

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 112

    Jemima semakin bingung. "Saya tidak pernah merusak gaun Anda! Saya bahkan tidak tahu apa yang Anda bicarakan!" “Kejadian semalam adalah murni kecelakaan,” ungkap Jemima. Berusaha membela diri. Sarah mencibir, "Jangan berpura-pura! Aku tahu kau yang melakukannya! Dan aku tidak akan berhenti sebelum kau mengganti gaunku!" Jemima terdiam, jantungnya berdebar kencang. Dia bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Kejadian semalam seharusnya sudah selesai, hanya antara Sarah, keluarga tunangannya, dan Victor. Tapi Sarah bersikeras bahwa Jemima bersalah. Apa yang harus dilakukan Jemima? Saat Jemima larut dalam lamunan, Sarah tiba-tiba merebut tas miliknya dan menghamburkan isinya ke lantai. Jemima berteriak marah, kesabarannya sudah habis. "Apa anda gila?!" teriaknya. "Kembalikan tasku!" Sarah tertawa sinis sambil merebut kembali tas itu. Suasana semakin ramai, orang-orang mengerumuni mereka, dan seseor

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 111

    Setiap sudut ruangan kamar hotel itu menjadi saksi bisu betapa menggeloranya hasrat sepasang suami istri itu. Bahkan ketika mereka berdua keluar dari kamar mandi, keduanya masih bertingkah manis dengan saling mengeringkan tubuh, mengeringkan rambut, hingga memakaikan pakaian untuk mereka kenakan hari itu. Kedua sejoli itu berdiri berhadap-hadapan. “Sayang, aku akan ke atas untuk menemui Victor,” kata Julian sambil merapikan poni Jemima. Wajah Jemima tampak cemas. Julian bisa menebak isi kepalanya, wanita itu pasti mencemaskan kejadian semalam. Julian meraih tubuh Jemima, lalu memeluknya penuh kasih sambil mengelus-elus rambutnya. "Kau yakin tidak apa-apa, Julian? Aku khawatir Victor akan..." Jemima terdiam, kalimatnya terhenti sebelum selesai. "Khawatir apa, sayang?" tanya Julian, matanya menatap dalam ke mata Jemima. Jemima menggeleng, "Tidak, tidak apa-apa. Cepatlah, aku akan menunggumu di sini." Julian tersenyum, mencium kening Jemima, lalu beranjak pergi. Jemima menatap pu

  • DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL   Bab 110

    Jemima terdiam, matanya masih berkaca-kaca. Lagipula apa kata Julian memanglah benar, dalam kesusahan mereka, sempat-sempatnya dia memikirkan seorang anak?Jemima mengusap air matanya, "Aku bahagia, Julian."Keduanya terdiam sejenak, menikmati kehangatan tubuh dan jiwa mereka yang saling bersatu. Malam itu, di tengah keheningan kamar yang kedap suara, cinta mereka bersemi dengan indah, tetapi di balik keindahan itu, tersembunyi sebuah rahasia yang mungkin akan mengubah hidup mereka selamanya. ***Keesokan harinya Julian mendapati Jemima sudah tidak ada di sampingnya, dia melihat sekeliling kamar itu, sayup-sayup terdengar percikan air di kamar mandi. Aroma sabun dan tubuh Jemima tercium samar, mengundang hasratnya.Julian segera bangun, dan berjalan menuju kamar mandi. Saat pintu dibuka, terlihat Jemima sedang mandi di dalam sana, dari luar kaca terlihat samar-samar tubuh polos yang sedang berdiri sambil bermain dengan shower air di atasnya. Rambutnya yang basah menempel di pipi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status