Share

Session 2 - Bab 15

Aku baru hendak menyahut ketika Bang Zayd sudah ada di hadapan Ibu. Dia pun mencium punggung tangan Ibu dengan khidmat.

“Ini anak kamu, Mas?” tanya Ibu pada Pak Hakim.

“Ahm … ini ….” Pak Hakim tampak berpikir, tapi Bang Zayd menyahut dengan cepat.

“Saya keponakannya, Bu!” tukasnya seraya mengangguk sopan.

“Oh, jadi dia keponakannya, ya?” batinku. Aku hanya manggut-manggut saja. Pantas saja sampai-sampai laptop Pak Hakim ada di Bang Zayd. Rupanya mereka sodara.

“Wah, ternyata dunia emang sempit, ya, Mas?” Ibu tersenyum dan mempersilakan Pak Hakim dan Bang Zayd masuk.

“Iya, Nur. Saya juga gak nyangka bisa bertemu lagi di sini. Ahm, si Pak Dokter marah gak nih saya ke sini?” kekeh Pak Hakim sambil mengikuti Ibu masuk.

“Dokter apa lah, Mas? Kami sudah pisah lama.” Ibu bicara sambil mempersilakan Pak Hakim dan Bang Zayd duduk.

“Loh, pisah? Sejak kapan?” Pak Hakim tampak terkejut.

“Lupa tepatnya kapan, tapi lama banget. Sudahlah, gak usah bahas dia lagi.” Ibu beranjak ke dapur.

Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status