Part 7
[Wah, kalau Indah datang, aku pasti datang juga, nih!] [Gue juga mau dandan yang ganteng, biar Indah gak insecure sama gue.] Pesan itu langsung disambut dengan emoji ngakak dan komentar menggoda dari beberapa teman mereka. [Eaaa, Galang masih sama aja dari dulu! Masih ngefans sama Indah, ya?] tulis Fina. [Duh, Galang, move on napa? Udah berapa tahun, woy. Jangan-jangan masih nyimpen foto Indah di dompet?] balas Ayu [Fix, kalau di reuni nanti Galang bakal jadi bodyguard Indah nih, hahaha!] sahut Rinta. [Galang, emang lo belum punya istri woy?] tanya Nora. Indah membaca deretan komentar itu dengan alis sedikit terangkat. Galang? Dia memang pernah terang-terangan menunjukkan rasa sukanya dulu, tapi Indah tak pernah menganggapnya lebih dari sekadar teman. [Yaelah, Nora! Gue mah setia sama satu hati dari dulu. Eh, tapi orangnya nggak sadar-sadar, nih. Gimana dong?] balas Galang. Komentar itu langsung memancing lebih banyak reaksi. [Fix! Galang masih bucin Indah! Gimana, Ndah? Kasih jawaban dong, wkwk!] sahut Tito [Cieee, yang dari SMA nggak move on!] jawab Ayu. Indah hanya menghela napas, tersenyum tipis sambil mengingat bagaimana Galang dulu selalu mengusilinya di sekolah. Saat Indah fokus mencatat di kelas, Galang iseng mencoret-coret bukunya dengan gambar-gambar absurd. Saat Indah diam di kantin, Galang tiba-tiba muncul dan mengambil gorengan dari piringnya tanpa izin. Saat Indah dihukum karena lupa membawa PR, Galang malah pura-pura menyemangati dengan gaya sok pahlawan, padahal dia sendiri yang sering jadi penyebab Indah kena hukuman. Dan yang paling menyebalkan… Saat ada gosip murahan tentang Indah, Galang justru ikut-ikutan menggoda dan meledeknya, bukannya membela. Karena itulah, meski pemuda krempeng itu selalu mengaku naksir, Indah tidak pernah menganggapnya serius. Sebuah pesan baru muncul di grup. [Udah, jangan ganggu Indah mulu. Bisa-bisa dia nggak jadi datang nanti.] Mata Indah terpaku pada nama itu. Angga. Dari dulu, Angga adalah satu-satunya orang yang sering membelanya tanpa banyak bicara. Tidak seperti Galang yang selalu cari perhatian dengan cara menyebalkan, Angga lebih tenang, lebih dewasa. [Eits, kok Angga yang lebih reaktif? Jangan-jangan--] sahut Danu [Hmm, menarik, menarik. Yang lain naksir Indah terang-terangan, tapi kayaknya ada yang diem-diem perhatian, nih.] jawab Bayu. *** Bulan Ramadhan telah usai, ucapan selamat hari raya idul fitri, minal aidzin wal faidzin bertebaran di grup-grup dan juga chat pribadi. Semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing bersama keluarga. Esok harinya .... Di sebuah kafe, Rinta, Rina, Fina, dan Ayu duduk melingkari meja sambil menyeruput minuman mereka. "Gaes, aku udah nemu akun sosmednya Indah." Mata mereka semua tertuju pada layar ponsel milik Rinta yang sedang membuka akun I*******m Indah. "Nggak masuk akal," gumam Rinta sambil menggulir layar. "Indah? Jadi CEO? Yang bener aja!" Rina mendengus. "Mana mungkin? Dulu aja dia anak yang nggak gaul, kerjaannya cuma belajar. Sekarang tiba-tiba sukses gitu?" "Coba lihat deh, foto-fotonya di kantor semua." Fina menyilangkan tangan di dada. "Gue curiga, jangan-jangan dia cuma pansos. Bisa jadi dia cuma nebeng kerja di perusahaan orang, terus pura-pura jadi bos." Ayu, yang dari tadi ikut memperhatikan, akhirnya membuka mulut. "Tapi ini kayaknya beneran, deh. Gue nemu website perusahaannya, namanya emang terdaftar sebagai CEO." Rinta langsung mendekat untuk melihat layar ponsel Ayu. Wajahnya berubah seketika. "Sial, dia beneran CEO?" gumamnya, tak percaya. Rina masih bersikeras menyangkal. "Pasti ada yang nggak beres. Mungkin dia cuma numpang nama doang. Bisa jadi dia jadi istri simpanan bos lama atau punya sponsor, makanya bisa naik jabatan." Fina tiba-tiba tertawa sinis. "Iya! Mungkin dia jadi simpanan pejabat atau suami orang kaya. Bisa aja, kan?" Rinta menepuk meja. "Kalau gitu, kita cari tahu lebih dalam. Gue penasaran, siapa 'bos' yang sebenarnya di balik kesuksesan dia. Kalau emang ada cowok di belakang Indah, kita bakal tahu nanti." Ayu mengangguk penuh semangat. "Kita lihat aja di reuni besok. Gue yakin dia bakal ketahuan juga. Nggak mungkin cewek kayak dia tiba-tiba jadi CEO tanpa ada laki-laki di belakangnya." "Eh, eh, Rint, lihat deh, itu kayaknya foto sama laki-laki. Tapi ini kayaknya suami lo deh!" tukas Ayu saat scroll foto ke bawah dan menemukan itu. "Hah?" Mereka saling pandang. Rinta mengepalkan tangannya "Rin, suami lo kerja di perusahaan ini kan?" tanya Fina. Rinta menatap layar ponsel Ayu dengan mata membelalak. Foto itu menampilkan Indah dan seorang pria sedang duduk di ruang rapat. Pria itu terlihat berbicara serius, sementara Indah menyimak dengan ekspresi fokus. "Ini …" Rinta menggigit bibir. Matanya membesar saat menyadari sesuatu. "Ini suami gue!" Rina, Fina, dan Ayu langsung mendekat, ikut melihat lebih jelas. "Gila! Jangan-jangan mereka selingkuh?" Rina menutup mulutnya, pura-pura terkejut. "Rint, lo emang gak sadar sikap suami lo kayak gimana? Biasanya kan kalau istri sah itu peka masalah ginian." Rinta mengusap wajahnya dengan kasar. "Ya gimana, gue percaya penuh sama dia. Soalnya yang penting bagi gue ya uang transferan cukup, minta ini itu dibeliin. Gue nggak nyangka kalau ternyata ..." Dia tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Rina menatapnya penuh arti. "Kalau ternyata suami lo ada hubungan sama Indah?" Fina menyeringai. "Wah, jangan-jangan selama ini lo cuma dipakai buat kedok, sementara Indah yang ..." "Jangan asal ngomong!" bentak Rinta, matanya berkilat marah." Tapi jauh di dalam hatinya, ada rasa cemas yang menggelayuti hati. Selama ini, dia memang tak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan suaminya selama uang terus mengalir. Namun, jika benar suaminya punya hubungan dengan Indah, dia tak bisa tinggal diam. "Gue harus cari tahu, kalau Indah sampai ngerebut apa yang jadi milik gue, dia bakal gue buat nyesel!" Fina menyeringai. "Harus sih itu! Gimana kalau kita manfaatin reuni besok? Kita buat Indah nggak bisa ngelak." Rina mengangguk cepat. "Bagus! Kita pancing dia sampai kebongkar di depan banyak orang?" "Kita permalukan dia! Gak nyangka sih, wajah polos tapi kelakuan kayak setan. Tega-teganya ngrebut suami temen sendiri!" sahut Ayu. Rinta menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Kita lihat dulu sikonnya besok. Tapi gue nggak bakal tinggal diam kalau ternyata dia main belakang sama suami gue." Rina menatapnya dengan senyum penuh kepuasan. "Nah, gitu dong. Lo harus buktikan kalau Indah bukan siapa-siapa dibanding kita." "Pantesan aja dia bisa jadi CEO. Mungkin dia tidur sama bos, dan ternyata bosnya itu suami lo! Ini gila sih!"Beberapa hari kemudian, Reza—orang yang disewa Indah untuk mengawasi Alvin—mengirimkan laporan lengkap. Ia mengajak Farah dan Galang bertemu di tempat yang sama, sebelum mereka bertiga menyampaikan semuanya ke Indah.Reza membuka laptopnya, memperlihatkan rekaman CCTV dari parkiran rumah sakit bersalin.“Itu Alvin, dan itu ... wanita yang sama di foto dari Galang. Mereka masuk ke klinik kandungan dan keluar sekitar satu jam kemudian,” ucap Reza pelan. “Saya juga dapat rekaman mereka keluar dari apotek bawa kantong kecil. Mungkin vitamin atau obat hamil.”Farah mengepal tangan. “Berarti benar. Perempuan itu hamil ... dan mungkin Alvin ayahnya.”Galang menyandarkan punggung. “Nggak nyangka secepat ini ketahuan. Tapi bagus juga, sebelum Indah benar-benar menikah sama dia.”Reza melanjutkan, “Saya juga sudah telusuri alamat perempuan itu. Namanya Lusia. Dia tinggal di apartemen Tower 5 lantai 11. Beberapa hari yang lalu, Alvin juga datang ke
Part 24 - Mulai Terkuak Indah menatap layar ponselnya lama, jantungnya berdebar tak karuan. Tangannya gemetar saat mengetik balasan. [Lang, kita harus ketemu. Sekarang.] Baru saja ia mengirim pesan itu, notifikasi lain muncul dari nama sahabatnya. [Ndah ... aku tahu ini waktunya nggak tepat, tapi aku dapet sesuatu.] Indah langsung membalas cepat, [Apa maksudmu, Far?] [Ingat waktu aku bilang mau bantu cari tahu soal Alvin? Aku nemu dia kemarin... di klinik ibu dan anak. Dia nganterin perempuan. Aku ngikutin sampe parkiran dan sempat video dari jauh. Aku nggak yakin mau kasih kamu, tapi ... kamu harus lihat sendiri.] Tak lama kemudian, sebuah video terkirim. Video buram tapi cukup jelas menunjukkan Alvin sedang berdiri di depan klinik, membuka pintu mobil untuk seorang wanita yang tengah memegang perutnya. Mata Indah mulai memanas. Kedua tangannya mencengkeram ponsel
Lusia mengerutkan kening. “Siri?”“Aku tahu ini nggak adil buat kamu. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang. Aku akan cari penghulu, akan siapkan semuanya.”Alvin mendekat, menyentuh bahu Lusia kembali. “Percayalah, Lus. Setelah semua ini beres … aku akan tempuh jalan apa pun buat kamu dan anak kita.”Sementara mereka bicara, Galang diam-diam sudah mencari tahu tentang apartemen yang Alvin masuki barusan. Ia mencatat nomor unit dan lantainya. Setelah acara selesai, ia duduk di motornya sambil membuka chat lama bersama Indah.Ia ragu sejenak. 'Langkahku benar atau tidak ya? Apa aku terlalu lancang mencampuri urusan mereka? Tapi kalau ternyata pria itu berhubungan dengan wanita lain, kasihan Indah.'Namun hal itu ia urungkan kembali saat titik-titik hujan mulai membasahi bumi.***Di Hari Berikutnya ...Lusia duduk di ruang tamu apartemennya, mengenakan dress polos warna lembut. Di hadapannya duduk seorang
Part 23"Aku hamil Mas, dan kamu harus tanggung jawab!"Alvin terdiam, napasnya tercekat. Ia menatap Lusia lama.“Kamu yakin?”“Sudah jelas-jelas aku positif. Kamu masih meragukannya?"Alvin meraup wajahnya kasar, lalu menggenggam tangan Lusia erat.“Aku… aku akan tanggung jawab. Aku janji. Aku akan biayai kamu, anak kita. Apa pun yang kamu butuh, aku sediakan.”Lusia menatapnya, suara bergetar. “Hanya membiayai saja? Kamu tidak mau menikahiku?”Alvin menunduk, pelan mengangguk. “Aku nggak bisa ninggalin pernikahan ini, Lus. Keluargaku butuh nama baik, mereka kejar harta keluarga Indah. Kalau aku pergi sekarang, semuanya runtuh.”Mata Lusia berkaca-kaca. Tak percaya dengan jawaban Alvin. “Kita tetap jalanin ini diam-diam, aku nggak akan ninggalin kamu atau anak kita. Aku akan jaga kalian. Tapi dari jauh.”Lusia tak menjawab. Ia hanya duduk diam. Hancur."Setelah ini aku antar
[Dia bisa segitunya ya ... padahal kita udah percaya banget.][Berarti bener ya, dia dari awal emang udah niat kabur bawa uang arisan?][Kayaknya sih gitu. Soalnya aku juga sempet liat satu mobil box beberapa hari lalu pas lewat situ, ternyata mereka pindahan.][50 juta itu bukan uang kecil, gaes. Kita nggak bisa diem aja.][Kalau gitu, seperti yang udah disepakati, kasih dia waktu dua bulan. Kalau tiga kali nggak setor juga, kita lapor polisi aja. Ada bukti transfer kan dari masing-masing kita?][Iya, semua masih ada. Gue juga udah save bukti-buktinya.]***Beberapa minggu berlalu ....Bu Ratna datang dengan semangat membara, membawa beberapa katalog tebal penuh contoh dekorasi dan desain undangan. Suaranya nyaring mengisi ruang tamu rumah Indah saat berbincang dengan Bu Laras, seolah tak kenal lelah meski hari sudah petang."Ini, lihat nih, Dek Indah. Tema garden party ala Eropa ini lagi tren, terus i
Part 22Fina yang sebelumnya tenang kini menatap Rinta dengan pandangan tajam. "Dia beneran ninggalin kita gitu aja?" ucapnya, meski nada suaranya terkesan lebih tenang dari yang lainnya.Rinta melemparkan ponselnya ke meja, kesal. "Dia benar-benar ninggalin kita. Sialan banget, nggak tau malu!"Nora terlihat terkejut, lalu mulai menyela. "Tapi, dia nggak mungkin kabur gitu aja tanpa alasan. Mungkin ada yang salah."Fina menggeleng. "Ya mungkin Rina punya banyak masalah, tapi nggak seharusnya dia ngelakuin ini. Itu uang kita, gaes!"Suasana di villa semakin tegang. "Gue kecewa banget. Kok Rina jadi begini sih?""Tiga hari yang lalu dia masih update status di IG nya loh, kelihatannya baik-baik saja.""Coba di DM aja."Fina segera mengirim pesan di IG Rina, namun sayangnya akunnya sudah di privat dan tak bisa sembarangan orang mengirim pesan padanya. "Gaes, akun Rina sekarang diprivat, terus gak bisa kir