Part 36
Tepuk tangan meriah langsung menghiasi suasana.Malampun tiba. Cahaya lampu gantung membuat taman tampak seperti negeri dongeng. Musik pelan mulai dimainkan. Galang menggandeng tangan Indah, lalu berdiri di tengah taman.“Boleh aku ajak kamu dansa?” bisiknya sambil sedikit membungkuk.Indah mengangguk malu-malu. Mereka mulai bergoyang perlahan mengikuti irama. Tapi baru sebentar...“Kaki Mas nginjek sepatuku!” bisik Indah panik.“Eh, maaf, Sayang ... aku ngeliatin kamu terus sih, sampe lupa kaki sendiri,” ucap Galang dengan nada menggoda.Mereka berdua tertawa pelan sambil tetap bergerak perlahan. Saat lagu berakhir, Galang menarik Indah ke pelukannya dan berbisik,“Terima kasih udah jadi milikku. Hari ini dan setiap hari setelahnya.”Setelah semua tamu berpamitan dan pesta perlahan usai.Hotel kini mulai sepi. Lampu-lampu gantung masih menyala temaram, dan suara alam kembali mendominasi, geIndah mengangguk pelan, lalu menatapnya. Galang mengecup ujung hidung Indah, lalu perlahan turun ke pipi, dagu, dan bibirny.“Mas …”"Ya, Sayang ....? Tangan mereka saling menggenggam.Indah hanya menatapnya membuat Galang tersenyum kecil."Terima kasih ... udah mau jadi milikku mulai malam ini," ucap Galang, menatap mata istrinya dalam-dalam.Dan malam itu menjadi malam penuh makna bagi Indah dan juga Galang.***Galang membuka mata, dan senyum lembut langsung mengembang saat melihat Indah masih terlelap dalam pelukannya. Rambutnya sedikit berantakan, bibirnya terbuka sedikit, dan wajahnya terlihat sangat damai. Cantik sekali.Dengan hati-hati, Galang mengecup dahi Indah.“Sayang …” bisiknya, nyaris tak terdengar, “pagi ya …”Indah menggeliat pelan, lalu menatapnya dengan mata yang masih sayu. Senyum mengembang di wajahnya. “Hmm … pagi, Mas …”Tangannya naik menyentuh pipi Galang, dan
Part 36Tepuk tangan meriah langsung menghiasi suasana.Malampun tiba. Cahaya lampu gantung membuat taman tampak seperti negeri dongeng. Musik pelan mulai dimainkan. Galang menggandeng tangan Indah, lalu berdiri di tengah taman.“Boleh aku ajak kamu dansa?” bisiknya sambil sedikit membungkuk.Indah mengangguk malu-malu. Mereka mulai bergoyang perlahan mengikuti irama. Tapi baru sebentar...“Kaki Mas nginjek sepatuku!” bisik Indah panik.“Eh, maaf, Sayang ... aku ngeliatin kamu terus sih, sampe lupa kaki sendiri,” ucap Galang dengan nada menggoda.Mereka berdua tertawa pelan sambil tetap bergerak perlahan. Saat lagu berakhir, Galang menarik Indah ke pelukannya dan berbisik,“Terima kasih udah jadi milikku. Hari ini dan setiap hari setelahnya.”Setelah semua tamu berpamitan dan pesta perlahan usai.Hotel kini mulai sepi. Lampu-lampu gantung masih menyala temaram, dan suara alam kembali mendominasi, ge
Galang masih melongo, lalu menjawab polos, “Saya ... saya sudah sah ya, Pak? Udah punya istri?”Semua yang hadir langsung tertawa. Indah sampai nutup wajah pakai buket bunganya.Danu, sahabat Galang, nyeletuk, “Baru juga ijab, udah kena reality shock, Bro!”Bu Laras tertawa sambil menepuk pundak suaminya. “Aduh, nih anak memang ya ...”Galang pun bangkit, menghampiri Indah yang kini resmi jadi istrinya. Wajahnya serius, tapi tetap dengan gaya konyolnya. Ia berkata, “Saya sudah resmi, ya? Berarti udah boleh cium istri?”Indah yang masih malu langsung berbisik pelan, “Mas, nanti aja, banyak orang!”Galang mengangguk serius, lalu menunduk mencium kening Indah dengan penuh kelembutan.Semua bertepuk tangan dengan meriah. Melihat kehangatan pengantin baru.Setelah suasana ijab kabul penuh haru dan tawa, acara pun berlanjut ke sesi sungkeman. Indah dan Galang duduk bersimpuh di atas panggung kecil yang dialasi karpet
Part 35Malam Sebelum AkadMalam itu, rumah Indah ramai oleh keluarga yang sibuk mempersiapkan segalanya. Tapi di kamar Indah suasananya jauh lebih tenang. Ia duduk di depan cermin, ditemani cahaya temaram lampu meja, memandangi bayangannya sendiri. Pipinya memerah, bukan karena riasan, tapi karena jantungnya berdebar.Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Nama “Mas Galang” muncul di layar.“Calon istriku udah tidur?”“Belum bisa tidur, Mas. Kamu?”“Mana bisa. Rasanya kayak malam sebelum ujian nasional, campur aduk antara mau muntah sama pengen nyanyi.”Indah terkekeh. “Kamu jangan lucu deh, ini serius.”“Justru karena serius makanya aku bercanda. Biar kamu senyum, bukan nangis.”“Besok kita mulai segalanya,” gumam Galang. “Iya. Mas siap?”Galang mengangguk. “Siap. Bahkan kalau semesta bilang enggak, aku tetap mau nikah sama kamu.”Indah menatapnya. “Kamu romantisnya suka
Alvin menatap foto-foto itu. Satu per satu. Matanya membesar.Foto Indah dengan gamis brokat warna soft pink, senyumnya lepas, tertawa begitu bahagia di samping Galang. Wajah Alvin menegang. Tangannya gemetar memegang foto-foto itu. “Ini...”“Lamaran mereka. Dua minggu yang lalu,” ujar Rinta dingin. “Dan minggu depan ... Indah nikah.”Alvin tertawa getir. “Cepat amat ya dia move on.”“Dia nggak move on, Mas Alvin. Dia memang menemukan dunianya,” sahut Rinta pelan. “Dulu dia sama kamu, senyumnya kayak paksaan. Aku tahu, karena aku yang paling sering lihat. Tapi sekarang, lihat sendiri fotonya. Tertawa lepas. Matanya bersinar. Dia terlihat bahagia.Alvin menunduk. Lama. Bibirnya bergerak seperti hendak bicara, tapi tak ada suara keluar."Semua memang salahku, harusnya aku yang ada di samping Indah.""Semua udah berlalu, Mas. Akupun sampai malu bertemu teman-teman gara-gara masalah ini.""Oh ya, Rin, kamu
Part 34Indah memutar bola matanya. Tapi senyum di bibirnya tak bisa disembunyikan. “Sekarang udah boleh bilang rahasianya?”Indah melipat tangan di dada, berpura-pura jutek. “Tergantung, kalau nggak penting aku tidur aja deh.”Galang tertawa. “Wah, galak amat calon istriku. Padahal rahasianya penting banget.”Indah melirik sekilas, masih dengan gaya cueknya. “Coba aja dulu, kalau romantis aku pertimbangkan buat dengerin.”Galang mencondongkan tubuhnya sedikit, lalu menatap Indah serius. “Aku cuma mau bilang, mulai malam ini ... kamu bukan cuma tunanganku, tapi kamu juga rumahku. Tempat aku pulang. Tempat di mana aku bisa jadi diriku sepenuhnya.”Indah menunduk, menyembunyikan pipinya yang memanas. “Kamu bisa aja sih ...”Galang tersenyum kecil. “Dan satu lagi ...”“Apa lagi?”“Aku serius waktu bilang mau cium kamu tiap hari. Jadi siap-siap ya. Jangan kaget kalau aku nyium kamu pas kamu lagi m