แชร์

Part 6. Masih Penasaran

ผู้เขียน: TrianaR
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-01 15:11:47

Part 6

[Gue nggak bisa bocorin data rekening dia, Rint. Itu pelanggaran kode etik perbankan, bisa dipecat gue nanti. Tapi satu hal yang bisa gue kasih tahu …]

Rinta menelan ludah. [Tolong kasih tahu gue!]

[Indah itu CEO sebuah perusahaan.] Balas Lani.

Matanya membulat.

[Hah? CEO?! Serius lo?]

[Iya. Bukan pegawai biasa, bukan usaha kecil-kecilan. Perusahaan resmi. Gue nggak bisa kasih tahu detailnya, tapi lo bisa cari sendiri di internet kalau penasaran.]

Jantung Rinta berdegup kencang. Rasanya tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar.

Indah … si Indah yang dulu mereka hina-hina, yang pernah tinggal di rumah petak dekat jembatan … sekarang seorang CEO? Bagaimana bisa? Bukankah dia gak kuliah? Dia kan hanya lulusan SMA.

Tangannya bergetar saat mengetik lagi.

[Nama perusahaannya apa?]

[Itu juga nggak bisa gue kasih. Tapi kalau lo pinter, lo bakal nemu sendiri.]

Rinta menggigit bibirnya. Rasanya seperti baru menelan pil pahit.

Tidak mungkin. Tidak mungkin Indah bisa naik setinggi itu. Kepalanya penuh dengan pertanyaan. Bagaimana caranya? Kapan? Apa dia selama ini berpura-pura miskin? Atau memang dia berjuang sendiri sampai ke titik ini?

Rinta mengetik cepat di grup chat gengnya.

[Hai girls, gue ada info penting! Indah ternyata CEO]

Belum sempat ia menyelesaikan pesannya, Ayu sudah membalas lebih dulu.

[Hah? Yang bener? Ga mungkin deh!]

[Ya mungkin CEO usaha kecil-kecilan. Pengusaha keripik pisang juga bisa disebut CEO, loh!] Fina menambahkan dengan emoji tertawa.

Rinta menggigit bibir, merasa kesal. Mereka nggak tahu seberapa kagetnya dia sekarang.

[Lo pikir gue bercanda?] balasnya cepat. [Dia CEO perusahaan resmi. Bukan usaha recehan.]

Percakapan mendadak hening selama beberapa detik sebelum Rina akhirnya mengetik.

[Tunggu. Maksud lo … dia beneran sukses? Maksud gue, bukan cuma jualan online biasa?]

[Iya! Lani yang kasih info, tapi dia nggak bisa nyebutin nama perusahaannya. Katanya bisa dicari di internet.]

Ayu masih nggak percaya. [Seriusan nih? Gila, kok bisa? Dia kan nggak kuliah, kan? Gimana caranya?]

[Itu juga yang gue pikirin.]

Rinta kembali membuka G****e, jari-jarinya mengetik dengan gelisah. Ia memasukkan nama "Indah Mutiara CEO" di kolom pencarian.

Namun, hasil pencarian tidak terlalu banyak. Tidak ada berita besar, tidak ada artikel yang secara gamblang membahas kesuksesan Indah. Hampir semua informasi yang muncul terasa terbatas, seolah sengaja tidak diekspos ke publik.

Tapi, ada satu artikel yang menarik perhatiannya.

"Kisah Inspiratif: Mantan Pekerja Kasar Yang Kini Jadi CEO Perusahaan Ternama"

Artikel itu tidak secara langsung menyebutkan nama Indah, tetapi ada beberapa petunjuk yang terasa familiar—perjuangan dari bawah, seseorang yang tidak menempuh pendidikan tinggi, hingga akhirnya menjadi orang terpenting di perusahaan.

Rinta menggigit bibir, merasa semakin penasaran.

Ia langsung screenshot artikel itu dan mengirimkannya ke grup.

[Nih, baca sendiri. Emang nggak banyak yang nulis, tapi ini kayaknya dia.]

Beberapa menit berlalu tanpa ada yang membalas.

Sampai akhirnya, Fina mengetik. [Gila … Ini beneran?]

[Kok bisa?] sahut Ayu. [Dulu kita sering lihat dia susah payah buat makan. Sekarang dia punya perusahaan?]

[Tapi kok namanya nggak muncul di mana-mana?] Rina bertanya, mencoba mencari celah.

[Mungkin dia emang sengaja nggak ekspos diri?] Rinta membalas, meski dalam hati ia sendiri masih sulit menerimanya.

[Entahlah, masih gak ngerti gue!]

***

Indah baru saja sampai di rumah saat ponselnya bergetar. Dengan malas, ia meraih ponsel dari dalam tas dan melihat notifikasi yang masuk. Grup Alumni SMA mendadak ramai. Indah mengernyit. Biasanya grup itu sepi, hanya sesekali ada yang iseng meneruskan meme atau berita nggak jelas. Tapi kali ini …

[Halo teman-teman! Kami dari panitia reuni ingin mengundang kalian ke acara Halal Bihalal & Reuni Akbar! Acara akan diadakan H+3 setelah Lebaran. Jangan sampai ketinggalan ya! Kita bakal nostalgia bareng, makan-makan, dan pastinya temu kangen setelah sekian lama. Info selengkapnya ada di flyer ini. Please save the date!] Pesan dari Angga membuka percakapan.

Di bawahnya, ada flyer dengan tulisan besar:

"REUNI AKBAR ALUMNI ANGKATAN 2018, 2019, 2020 ...."

Indah menghela napas, menatap layar ponsel cukup lama sebelum akhirnya memutuskan untuk membaca komentar di bawahnya. Seperti yang sudah diduga, banyak yang antusias. Beberapa bahkan sudah menyebut nama teman-teman lama, mengajak mereka untuk datang.

[Wah seru nih! Fix aku datang!] tulis Fina.

[Lho Fin, katanya lo mau honeymoon ama suami ke LN] balas Rina.

[Honeymoon bisa diundur, tapi reuni kapan lagi kan?] sahut Fina seraya menyertakan emoticon centil.

[Asyik! Bisa ketemu geng lama.] timpal Ayu

[Nggak sabar lihat siapa aja yang berubah. Atau… yang cuma pura-pura berubah.] balas Rinta

[Kayaknya bakal ada banyak kejutan deh, hehe.] sahut Rina.

[Hai ciwi-ciwi pada dateng semua 'kan?] Balas Danu tiba-tiba nimbrung.

Indah mendecakkan lidah. Mereka masih sama. Selalu penuh sindiran terselubung. Dulu, dia memang dikenal sebagai salah satu murid terpintar di angkatan, tapi juga yang paling sering direndahkan karena latar belakang keluarganya.

Jujur, Indah tidak terlalu tertarik datang ke acara ini. Dia bukan tipe orang yang suka reuni hanya demi pamer kehidupan sekarang. Hidupnya sudah cukup bahagia tanpa perlu validasi dari siapa pun. Tapi … entah kenapa, ada sedikit rasa penasaran dalam dirinya.

Sebuah notifikasi lain masuk, kali ini langsung menyebut namanya.

[Indah si anak emas guru juga harus datang dong! Masa iya nggak mau nostalgia bareng kita?] tulis Tito.

Diikuti beberapa balasan lainnya.

[Wah, penasaran banget sama Indah sekarang! Pasti makin sukses nih. Jangan-jangan udah jadi orang kaya?] sahut Bayu.

[Hmm … sukses kan nggak harus kaya, Bay. Kadang ada yang kelihatan sukses, tapi ternyata biasa aja.] Balas Rinta

Indah tersenyum tipis. Mereka masih meremehkannya. Seolah-olah, bagi mereka, Indah nggak akan pernah bisa berdiri sejajar dengan mereka.

Tangannya mengetik balasan singkat.

[Wah, bakal seru nih. Aku coba datang kalau nggak ada urusan.]

Tidak butuh waktu lama, balasan dari Nora muncul.

[Harus datang dong, Ndah! Kita kan udah lama nggak ketemu. Pasti kangen, kan?]

Indah tersenyum miring.

[Wah, kalau Indah datang, aku pasti datang juga, nih!]

Pesan itu langsung menghenyakkannya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 26A. Ketahuan?

    Part 26Handphone di tangan Indah bergetar pelan. Ia mengangkatnya, masih berusaha menjaga suaranya tetap tenang meski dadanya masih berdegup kencang."Halo, Bu?""Nak, Ibu hampir sampai. Tadi sempat mampir sebentar ke toko bahan. Lima menit lagi ya, kamu di depan kafe, kan?""Iya, Bu. Aku tunggu di sini." Indah menutup telepon, lalu menoleh pada Galang yang masih berdiri di sampingnya, memayungi tubuhnya dengan setia.“Aku harus pergi, Lang. Ibu sebentar lagi sampai.”Galang mengangguk pelan, meski raut wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. “Kalau kamu butuh apa-apa … aku ada, Ndah. Jangan tahan semuanya sendiri, ya?”Indah tersenyum kecil, tapi senyuman itu lebih terasa seperti usaha menahan perih. “Terima kasih, Lang. Aku tahu kamu selalu ada. Tapi hari ini aku cuma ingin pulang dan istirahat.”Di saat bersamaan, sebuah mobil hitam berhenti perlahan di tepi trotoar, sopirnya membuka pintu belakang dan turun membukakan pintu untuk Indah.Indah menoleh sekali lagi ke

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 25B

    Ibunya menimpali, “Apa yang kamu rencanakan, Mas?”Ayah Indah menyilangkan tangan. “Mereka pikir bisa mempermainkan keluarga kita, memanfaatkan nama besar kita untuk kepentingan mereka. Kalau begitu, kita akan biarkan mereka menyiapkan semuanya, lalu kita jatuhkan saat semuanya merasa di atas awan.”"Tapi akan ada kerugian secara materil, ayah gak apa-apa?""Tidak masalah, itu namanya resiko. Dari pada kita semua tercebur dalam lumpur hidup," tukas Pak Sentosa.Indah mengangguk. “Aku dan Galang juga punya akses ke media,” kata Indah cepat. “Kita bisa siapkan rilis berita, atau bahkan hadirkan saksi. Dokter kandungan itu, penjaga apartemen, penghulu ... siapa pun yang bisa buka suara.”Ayahnya tersenyum kecil, tapi penuh tekanan. “Bagus. Tapi kita harus pastikan dulu semua datanya terkunci. Kita juga harus cek jalur-jalur keuangan mereka. Aku akan kirim orang untuk investigasi internal. Jika mereka berani bermain api, kita pastik

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 25A. Persiapan Pernikahan

    Part 25Farah meletakkan dokumennya. “Kita bisa kumpulkan semua data ini. Tapi kamu mau gimana, Ndah? Laporkan sekarang atau tunggu mereka?"Indah menyandarkan diri, matanya penuh siasat. “Belum. Aku mau mereka makin yakin pesta itu akan menyelamatkan segalanya. Aku mau mereka berada di titik tertinggi sebelum jatuh.”Galang menatapnya takjub. “Kamu bener-bener berani.”“Aku nggak bisa biarin ayahku ditipu. Dan aku nggak akan jadi istri dari laki-laki yang bahkan berani menyembunyikan anaknya sendiri.”Farah tersenyum kecil. “Kita di belakang kamu. Sekarang saatnya kasih pelajaran.”***Sementara itu, di Rumah Keluarga Alvin, masih sibuk dengan persiapan pernikahan.Alvin duduk di meja makan bersama orang tuanya. Di hadapan mereka, lembaran-lembaran contoh undangan pesta pernikahan tersebar. Ibunya sibuk memberi arahan ke seorang event organizer.“Undangannya harus eksklusif. Pakai kertas emboss emas. Tamu-tamu penting nggak boleh kecewa,” ujar sang ibu dengan tegas.Ayah Alvin menamb

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24B. Kumpulkan Data

    Beberapa hari kemudian, Reza—orang yang disewa Indah untuk mengawasi Alvin—mengirimkan laporan lengkap. Ia mengajak Farah dan Galang bertemu di tempat yang sama, sebelum mereka bertiga menyampaikan semuanya ke Indah.Reza membuka laptopnya, memperlihatkan rekaman CCTV dari parkiran rumah sakit bersalin.“Itu Alvin, dan itu ... wanita yang sama di foto dari Galang. Mereka masuk ke klinik kandungan dan keluar sekitar satu jam kemudian,” ucap Reza pelan. “Saya juga dapat rekaman mereka keluar dari apotek bawa kantong kecil. Mungkin vitamin atau obat hamil.”Farah mengepal tangan. “Berarti benar. Perempuan itu hamil ... dan mungkin Alvin ayahnya.”Galang menyandarkan punggung. “Nggak nyangka secepat ini ketahuan. Tapi bagus juga, sebelum Indah benar-benar menikah sama dia.”Reza melanjutkan, “Saya juga sudah telusuri alamat perempuan itu. Namanya Lusia. Dia tinggal di apartemen Tower 5 lantai 11. Beberapa hari yang lalu, Alvin juga datang ke

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 24A. Mulai Terkuak

    Part 24 - Mulai Terkuak Indah menatap layar ponselnya lama, jantungnya berdebar tak karuan. Tangannya gemetar saat mengetik balasan. [Lang, kita harus ketemu. Sekarang.] Baru saja ia mengirim pesan itu, notifikasi lain muncul dari nama sahabatnya. [Ndah ... aku tahu ini waktunya nggak tepat, tapi aku dapet sesuatu.] Indah langsung membalas cepat, [Apa maksudmu, Far?] [Ingat waktu aku bilang mau bantu cari tahu soal Alvin? Aku nemu dia kemarin... di klinik ibu dan anak. Dia nganterin perempuan. Aku ngikutin sampe parkiran dan sempat video dari jauh. Aku nggak yakin mau kasih kamu, tapi ... kamu harus lihat sendiri.] Tak lama kemudian, sebuah video terkirim. Video buram tapi cukup jelas menunjukkan Alvin sedang berdiri di depan klinik, membuka pintu mobil untuk seorang wanita yang tengah memegang perutnya. Mata Indah mulai memanas. Kedua tangannya mencengkeram ponsel

  • DIKIRA MISKIN TERNYATA CEO   Part 23B. Nikah Siri

    Lusia mengerutkan kening. “Siri?”“Aku tahu ini nggak adil buat kamu. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan sekarang. Aku akan cari penghulu, akan siapkan semuanya.”Alvin mendekat, menyentuh bahu Lusia kembali. “Percayalah, Lus. Setelah semua ini beres … aku akan tempuh jalan apa pun buat kamu dan anak kita.”Sementara mereka bicara, Galang diam-diam sudah mencari tahu tentang apartemen yang Alvin masuki barusan. Ia mencatat nomor unit dan lantainya. Setelah acara selesai, ia duduk di motornya sambil membuka chat lama bersama Indah.Ia ragu sejenak. 'Langkahku benar atau tidak ya? Apa aku terlalu lancang mencampuri urusan mereka? Tapi kalau ternyata pria itu berhubungan dengan wanita lain, kasihan Indah.'Namun hal itu ia urungkan kembali saat titik-titik hujan mulai membasahi bumi.***Di Hari Berikutnya ...Lusia duduk di ruang tamu apartemennya, mengenakan dress polos warna lembut. Di hadapannya duduk seorang

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status