Share

Bab 3

"Gimana Le, kamu berhasil meminang gadis yang katamu sangat cantik itu??" tanya Nek Rahayu, nenek dari Abdul, yang telah merawat pemuda itu, semenjak masih bayi, karena kedua orangtuanya yang telah meninggal.

Abdul hanya tertawa kecil, dengan pertanyaan neneknya itu.

"Kok malah ngguyu!!" sang nenek yang tengah membuat sulaman di tangan nya, tampak kesal.

"Benar ternyata, apa yang Nenek katakan waktu itu" ucap Abdul, kemudian duduk di sisi sang Nenek.

"Kecantikan perempuan, ternyata tidak menjamin kecantikan hatinya" ucap Abdul.

"Yo wes, mungkin dia memang bukan jodohmu Le, masih banyak di luaran sana, gadis yang cantik luar dalamnya" ucap Nek Rahayu mengusap kepala cucu kesayangan dan satu-satunya itu.

"Oh iya, tadi Tedjo kesini, katanya cabang bakso kamu yang di dekat kecamatan, mau di lebarkan. Soalnya para pembeli kadang sampai tidak kebagian tempat duduk"  ucap wanita yang sudah terlihat sangat sepuh itu, menoleh ke atah sang cucu.

"Ooh, iya nanti biar Abdul kesana saja Nek, sekalian mau cari lokasi, untuk cabang bakso yang ke berapa yaa, kok Abdul jadi lupa" Abdul tampak menggaruk kepalanya, sambil nyengir..

"Oalah Le, belum tua kok sudah pelupa. Nenek saja masih ingat, bukannya 2 bulan lalu, kamu baru buka cabang yang ke 10 di kota sebelah?" ucap sang Nenek, mengingatkan.

"Ooh iya!! Masya Allah, Nenekku ini, walaupun sudah sepuh, tapi daya ingatnya kok masih topcer!" puji Abdul, membuat sang Nenek tergelak. 

"Kamu pengen tahu rahasianya Le?" tanya sang Nenek , masih tetap sibuk membuat sulaman, untuk taplak meja.

Abdul segera mengangguk, meskipun hal itu sudah berulang kali ia dengar.

"Yang rajin baca Alquran, setiap hari di sempatkan, walaupun cuma selembar dua lembar...

Selain gak bikin cepet pikun, yang jelas kita juga mendapatkan ketenangan batin, yang akan membuat kita selalu bersyukur dan bahagia" nasihat sang Nenek.

"Nggih Nek, pasti Abdul akan selalu lakukan nasihat Nenek" jawabnya tersenyum.

"Yo wes, kamu makan dulu sana, tadi Mbak Sum, bikinin kamu sayur lodeh gori (nangka muda) plus sambel terasine" perintah Neneknya itu.

Mendengar itu, tak terasa liur Abdul serasa terkumpul semua di mulutnya, sehingga membuatnya menelan ludah karenanya.

"Ya sudah, Abdul makan dulu, Nenek sudah makan? " tanya Abdul.

"Yo sudah to Le, Nenekmu ini gak kanti di suruh, kalau urusan makan" jawabnya terkekeh, memamerkan gigi gigi nya yang sedikit kemerahan, karena hobi makan daun sirih dan pinang.

Abdul sungguh merasa beruntung, karena memiliki Nenek, yang sangat menyayanginya.

Neneknya memang orang kaya di desa itu. Dia mempunyai banyak sawah, dan juga kebun, yang di kerjakan oleh warga, dengan sistem bagi hasil..

Namun sang Nenek tidak sembarangan, memasrahkan dan mengajak kerja sama orang,  mengingat sawahnya yang lebar-lebar, dan luas..

Nek Rahayu hanya akan mengajak orang yang benar-benar membutuhkan.

Sekalian bantu perekonomian katanya, dan Alhamdulillah, dengan sistemnya itu, Nek Rahayu bisa banyak membantu warga yang membutuhkan.

Jika orang yang dia bantu sudah cukup mapan, dan berhasil mempunyai sawah sendiri, maka Nek Rahayu akan mengalihkan sawahnya kepada orang lain lagi, yang tentunya lebih membutuhkan.

Seperti itu terus, sehingga warga menjuluki sawah Nek Rahayu, sebagai sawah barokah.

Sedangkan Abdul, begitu selesai kuliah di kota, dia sama sekali tidak tertarik untuk bekerja di perkantoran, ataupun bertani.

Abdul malah membuka sebuah warung bakso di dekat rumahnya, setelah berhasil meraih gelar sarjana...

Awalnya, banyak warga yang merasa heran, dan juga menyayangkan, karena Abdul hanya berjualan bakso, padahal seorang sarjana. 

Tapi tidak dengan sang Nenek, dia biarkan saja cucunya itu, melakoni karirnya sebagai pedagang bakso. 

Setelah berjalan beberapa bulan, banyak orang yang ingin bekerjasama, dengan mengambil bakso dari cucunya itu.

Baksonya yang terkenal enak, dengan harga yang bersahabat, membuat warga banyak yang berminat, untuk ikut berjualan dengan gerobak, dan menjajakannya.

Hingga saat ini, Abdul telah memiliki 20 gerobak, yang setiap hari nya mengambil baksonya, dan menjajakannya secara keliling.

Kemudian baru tiga tahun ini, dia merintis warung-warung bakso, hingga memiliki 10 cabang.

Tak ada lagi warga yang menyayangkan keputusannya berjualan bakso. 

Karena ternyata, usaha baksonya, membawa berkah, untuk warga sekitarnya.

Bersambung 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status