Share

Bab 4

Hari terus berlalu, karena kesibukannya mengurus usaha baksonya, Abdul sudah lupa tentang rencananya untuk segera mencari istri.

Apalagi saat ini dia sedang fokus dengan anak cabang baksonya, yang baru buka.

Ditempat lain, Mayang tampak tengah sibuk, mempersiapkan dirinya, yang hendak kuliah, di sebuah Universitas ternama, yang ada di kota.

"Ingat Nduk, kamu harus bisa menjaga diri kamu, jangan mau dekat-dekat dengan yang namanya laki-laki, apalagi kalau miskin" nasihat bu Retno, mewanti-wanti putrinya..

"Kamu tahu ndak, itu si Dini, anaknya juragan beras yang tinggal di dekat kecamatan, dia itu sekarang sudah berhenti kuliah nya" ucap bu Retno. 

"Lah, kenapa to bu? bukannya si Dini itu belum selesai ya, kuliah nya?" tanya Mayang tampak heran.

"Ya gimana mau lanjut, wong dia itu sekarang lagi ngidam!" jawab bu Retno tampak semangat menceritakan aib anak saingannya.

"Masa sih bu?" tanya Mayang, tampak terkejut.. 

"La yo bener to, berita ini sudah bukan rahasia lagi!! makanya kamu sibuk sama hp terus, gak pernah keluar rumah" ucap bu Retno, tampak mencebik.

"Yang jelas, kedua orangtuanya, pasti sekarang ini sangat malu, karena kelakuan anaknya" ujar bu Retno lagi, tertawa puas.

"Oh iya, si Fitri dimana Bu? mau aku suruh beresin tas pakaian aku" tanya Mayang, kepada sang ibu.

"Gak tahu, mulai pagi gak keliatan batang hidungnya" jawab Bu Retno, celingukan.

"Ti!!! Sitiiiii!!!" teriaknya, memanggil bu Siti.

"Ada apa Ndoro??" tanya bu Siti, terlihat tergopoh-gopoh, menghampiri majikan nya.

"Si Fitri kemana? dari tadi kok tidak keliatan!" seru bu Retno, tampak melotot.

"Ooh, hari ini Fitri tidak bisa bantu-bantu saya Ndoro, soalnya mau melengkapi surat-surat masuk kuliah nya" jawab bu Siti.

Mayang dan Ibunya seketika melotot, mereka tak percaya, jika ternyata Fitri juga akan kuliah. 

"Ladalahhhh, gak salah kamu?? wong kere saja pakai kuliah!! daripada buat kuliah, mending buat perbaiki rumah kalian tuh, yang sudah mau ambruk!!" ejek Bu Retno terlihat merendahkan..

Mayang juga tampak menatap tak suka ke arah pembantunya itu.

"Memangnya Fitri kuliah di mana Bik?" tanya Mayang, merasa penasaran.

"Fitri kuliah di Gajahmada Yogyakarta Ndoro, kebetulan, Fitri dapat beasiswa" jawab bu Siti, pelan.

"Haahhh??!!" Mayang terlihat sangat terkejut.

"Memangnya Fitri ambil jurusan apa?" tanya Mayang lagi, karena dirinya saja tidak lolos ujian masuk di sana.

"Kata Fitri, dia masuk di Fakultas Ekonomi, saya juga tidak tahu, jelasnya bagaimana" ucap bu Siti, tampak sedikit bingung untuk menjelaskan.

Mendengar Fitri masuk ke Fakultas Ekonomi, hati Mayang seketika panas.

Karena untuk masuk ke jurusan itu, otaknya harus benar-benar encer.

Sedangkan dirinya sendiri, akhirnya memilih kuliah di Universitas swasta, karena ujian masuknya lebih mudah.

Itu pun, dia mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, karena menurutnya tidak akan terlalu repot dan memusingkan dalam mempelajari materinya.

Melihat perubahan wajah pada putrinya, Bu Retno juga ikut gusar.

"Huh!!! miskin aja belagu, tahu begitu, waktu itu kita jodohkan saja si Fitri sama tukang bakso yang lamar kamu" ketus bu Retno kesal.

"Sudah sana! kamu beresin perlengkapan Ndoro Mayang!" perintah bu Retno kesal. 

Mayang yang tadi terlihat begitu antusias dan senang, karena besok akan berangkat kuliah, dan tinggal di kost. Tapi setelah mendengar tentang Fitri yang juga akan berkuliah, bahkan berhasil lolos di Universitas favoritnya, kini Mayang terlihat galau.

Gadis itu terlihat diam dan manyun di ruang tengah, sambil memainkan ponselnya.

Ia jadi begitu benci pada Fitri. Gadis yang bukan level derajatnya, tapi bisa melampaui nya. 

'Ini bener-bener menyebalkan!!!' gumamnya sangat kesal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status