Share

10. Permintaan Rumi

    “Kenapa menangis?” tanya Angkasa bingung. Rumi masih terisak setelah membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.

    “Bukankah seharusnya saya yang menangis karena hanya bisa melihat tanpa boleh menyentuh?” tanya Angkasa lagi membuat Rumi semakin gemetaran. Pria dewasa itu tertawa pendek, lalu menyentuh kepala Rumi dengan lembut dan pelan. Layaknya seorang ayah yang tengah menenangkan anaknya yang menangis.

    “Maafkan saya jika membuat kamu takut. Saat di rumah nanti, saya akan pindah kamar, jika kamu tidak nyaman satu ranjang dengan saya,” kata Angkasa lagi dengan bijak. Lalu ia pun kembali berbaring dengan meletakkan guling di tengah-tengah. Ia tidak mau memaksakan Rumi yang saat ini pasti sangat malu dan ketakutan padanya. Angkasa memilih memejamkan matanya kembali dengan posisi telungkup, karena ia terpaksa menidurkan sesuatu yang tadi sempat bangun. 

    Sungguh sua

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
LMasihaji
buat apa nikah klu nga bisa sentuh... kok sda halal
goodnovel comment avatar
Keni Sihyanti
Waduh... rumit juga jalan percintaan mereka bapak sepertinya kagak mau kalah sama anak... efek menduda lama ini sepertinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status