Beranda / Romansa / DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA / 5. Pulang ke Rumah Angkasa

Share

5. Pulang ke Rumah Angkasa

last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-03 11:12:46

Angkasa pulang dengan wajah merah karena disiram air hangat oleh Lana. Ia sama sekali tidak marah, karena hal lebih buruk dari ini ia siap menerimanya. Semua adalah kesalahan dirinya yang tidak bisa bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Angkasa tidak sanggup mendengarkan suara teriakan sekaligus tangisan Lana karena kekecewaan dan kemarahan wanita itu pada dirinya. Semua telah terjadi, mulai kemarin ia sudah resmi menjadi suami dari Rumi dan ia akan meneruskan tanggung jawab itu sampai Bari benar-benar sembuh.

 Gadis yang sudah engkau anggap sebagai anak, bagaimana bisa engkau perlakukan sebagai istri. Sangat aneh dan pastinya tidak nyaman. Berkali-kali Angkasa menghela napas kasar, sambil terus berusaha fokus pada kemudinya. Hari ini ia harus kembali ke kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sudah ham;ir seminggu terbengkalai. Di rumah sakit sudah ada Rumi yang menunggui Bari, sehingga ia bisa meninggalkan sebentar untuk bekerja.

 Sementara itu, di rumah sakit, Rumi masih setia menggenggam jemari Bari, berharap lelaki itu membuka mata, lalu tersenyum padanya. Sudah semalaman setelah melewati masa kritis, Bari belum membuka mata. Sempat sadar sebentar, lalu terlelap kembali. 

 Rumi memperhatikan cincin yang ia pakai di jari manisnya. Cincin itu seharusnya dipakaikan oleh Bari, tetapi kini malah calon mertua yang kini menjadi suaminya yang telah memakaikannya. Ia tersenyum miris dengan hati yang pedih. Kenapa harus ia segera menunaikan permintaan Bari yang saat itu hampir kehilangan kesempatan hidupnya? Seandainya ia bisa bersabar beberapa menit lagi, pasti pernikahan asal-asalan ini tidak akan terjadi. Yah, Rumi menganggap pernikahnnya dengan Angkasa adalah pernikahan asal-asalan yang seharusnya bisa gugur.

 “Rumi, kenapa kamu masih di sini? Pulanglah sebentar untuk beristirahat. Jangan sampai kamu juga ikutan sakit dan malah dirawat lagi,” tegur Tiara pada adiknya. Rumi menoleh sekilas, lalu menggeleng lemah. Tiara meletakkan rantang yang sudah ia bawa dari rumah untuk bekal makan siangnya bersama Rumi di rumah sakit.

 “Kenapa? Mau menunggui Bari terus? Nanti juga sadar. Doakan saja, yang penting sekarang Bari sudah melewati masa kritisnya,” ujar Tiara lagi dengan hangat.

 “Ah, iya … semua pakaianmu sudah Mbak antar ke rumah Pak Angkasa. Baru kali itu Mbak masuk ke rumah arsitek terkenal. Bagus dan sangat mewah. Kamu beruntung sekali Rumi.” 

 “Heh, mana bisa aku bahagia, Mbak. Aku dinikahi calon mertuaku sendiri. Apa menurut Mbak, aku harus bisa bersikap seolah-olah Papa Angkasa adalah Bari, lelaki yang aku cintai? Oh, tentu tidak bisa, Mbak.” Tiara berjalan mendekat pada adiknya, merangkul pundak Rumi dengan hangat, menempelkan kepalanya di kepala adiknya.

 “Ini adalah salah satu keunikan takdir yang ditetapkan oleh Tuhan. Kita tidak pernah tahu, pada siapa Tuhan memilihkan jodoh untuk kita. Karena yang menurutmu terbaik, belum tentu sama dengan penilaian Tuhan. Saran Mbak, jalani dulu semua ini dengan sebaik-baiknya. Bukankah kamu menghormati Pak Angkasa? Maka perlakukan ia layaknya kamu hormat pada orang tua kita, kecuali suatu hari Tuhan membolak-balikkan hatimu, untuk tiba-tiba bisa mencintai Pak Angsaka.

 “Baiklah, Mbak. Saya akan pulang ke rumah Papa Angkasa, tetapi tidak sekarang. Saya masih ingin menemani Bari, siapatahu kekasih hati saya ini sadar dan bisa kembali tersenyum pada saya.”  

 Tiara pun mengalah, ia membiarkan adiknya menikmati waktu berdua dengan Bari. Keduanya bahkan menghabiskan makan siang dengan lahap sambil berbincang membicarakan hal-hal ringan tentang apa saja. Tiara memang sengaja ijin cuti tiga hari dari toko roti tempatnya bekerja untuk menemani Rumi.

 Angkasa sudah berada di jalan menuju rumahnya. Tubuhnya sangat lengket dan terasa begitu gerah. Sehabis mandi dan beristirahat sebentar, baru ia memutuskan untuk ke rumah sakit kembali. Angkasa menekan klakson mobil dua kali, lalu tak lama kemudian Pak Yanto membukakan pintu pagar rumah rumahnya. Angkasa membuka jendela mobil, sambil mengangkat tangan sebagai tanda menyapa Pak Yanto.

 Seperti biasa, ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan sedikit tergesa. Ada Bik Susi yang menyapanya ramah, begitu kakinya menaiki anak tangga pertama. “Selamat malam, Tuan,” sapa Bik Susi ramah. 

 “Malam, Bik.” Angkasa tersenyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam kamar.

 Cklek!

 “Eh! K-kamu …”

 “Aaargh!”

 Bugh!

 Lelaki itu membanting pintu kambali. Wajahnya pucat pasi bagai baru saja melihat hantu. Di dalam kamarnya, sudah ada Rumi yang tengah membuka handuknya, seperti baru saja selesai mandi.

Bersambung 

Ha ha ha rejeki suami tua.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
rosita sari
semoga cerita nya semakin menarik
goodnovel comment avatar
Ayu Gita
... bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Edmapa Michael Pan
kacang goreng yang renyah sangat dimpikan dalam keluarga juga dengan hati senang berbagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA   101. Ekstra part

    "Ma, Helena sudah menyelesaikan semua utang almarhum, Papa. Rumah kita akan tetap menjadi milik kita. Mama cepat sembuh ya. Helena akan lakukan apapun agar keluarga kita baik-baik saja dan Mama lekas sembuh." Helena mengusap air mata yang membasahi pipinya.Wanita paruh baya yang hanya bisa terbaring tak berdaya di tempat tidur karena stroke, memandangi putri bungsunya sambil tersenyum hangat."Terima kasih, Helena, tapi ... bagaimana cara kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya wanita itu lirih sambil terus memperhatikan putrinya dari atas sampai bawah. Hampir setahun Helena tidak pulang dan begitu pulang tubuh putrinya menjadi sangat berisi."Payudara kamu kenapa basah, Helena? Kamu b-baru melahirkan? K-kamu punya bayi?" mulut wanita itu terbuka lebar dengan mata melotot. Ia menelan ludah susah payah mencoba menarik kembali tebakannya atas penampilan putrinya.Satu hal yang dilupakan Helena pagi

  • DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA   100. Gelombang Cinta

    Segala cara dikerahkan Bari untuk membangunkan Tiara, tetapi istrinya bagaikan mati suri, bukan tidur. Pria itu memutuskan memberi waktu pada Tiara untuk terlelap. Hari ini mungkin istrinya sangat kelelahan mengurus Nara, sedangkan dirinya sudah puas tidur dan benar-benar belum mengantuk.Satu jam lagi ia berencana membangunkan Tiara. Kini Bari berjalan keluar kamar untuk membuat kopi. Secangkir kopi mungkin akan menurunkan sedikit kadar hormon se*s yang benar-benar mengepul di kepalanya.Tunggu! Jika ia minum kopi sekarang, maka permen herbal untuk stamina itu pasti tidak akan bekerja dengan baik. Bari yang sudah meraih toples kopi, kembali meletakkan wadah kopi di tempatnya, lalu ia menuangkan air ke dalam gelas. Dirabanya saku celana, lalu dengan tekad yang sangat bulat, ia memasukkan kapsul herbal ke dalam mulutnya.Tidak hanya dengan satu gelas air putih, tetapi Bari menggunakan dua gelas sekaligus air putih untuk men

  • DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA   99. Akhirnya Malam Pertamq Juga

    "Oh, jadi obat yang diberikan pemilik toko herbal itu obat tidur? Pantas saja saya tidur sampai dua puluh jam. Ya ampun, Sayang, maaf ya, gara-gara saya kita tidak jadi malam pertama. Kamu gak marah'kan, Sayang?" Bari menatap wajah Tiara dengan perasaan yang tidak enak. Ia khawatir istrinya kecewa dengan kebodohan yang ia lakukan."Kenapa harus marah? Saya malah bersyukur. Dunia saya aman dari suami mesum," jawab Tiara sambil terkekeh. Bari menggaruk rambutnya yang tidak gatal, lalu tersenyum dengan sangat manis di depan wajah Tiara."Ada apa?" tanya Tiara tidak mau membalas tatapan Bari."Kamu cantik," puji Bari lagi masih menatap senang wajah istrinya."Kamu bau, Mas. Mandi gih! Sebelum aku dan Nara muntah karena bau ketiak dan jigong kamu," balas Tiara sambil mendorong tubuh Bari menjauh."Oke, ini juga mau mandi. Bukan hanya kalian, suami tersayang kamu ini pun mau muntah mencium aroma

  • DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA   98. Malam Pertama Bagian 3

    Tiara menoleh pada benda bundar yang menempel di dinding. Ini sudah pukul dua belas siang dan suaminya belum juga bangun. Bari tidak bisa dibangunkan. Ketika Tiara mengguncang tubuh suaminya, lelaki itu hanya melenguh dan melanjutkan tidurnya.Masih harus menunggu enam jam lagi untuk mendapat dua puluh jam. Itu tandanya jam enam sore nanti Baru bangun. Ia tidak tahu harus bagaimana keadaan suaminya nanti. Tiara khawatir Bari kelaparan setelah lama tidur. Bukan hanya lapar perutnya, tetapi juga hasratnya. Mengingat suaminya sudah istirahat dalam waktu yang sangat lama.Nara juga tidur di dalam box. Ia ingin membantu Bibik di dapur, tetapi tidak diperbolehkan. Tidak ada yang bis ia kerjakan di rumah besar suaminya selain melamun dan memandangi dua insan yang terlelap dengan sangat nyenyak.Bep! Bep!Ponselnya berdering, tanda pesan WhatsApp masuk. Keningnya berkerut saat menatap layar ponsel yang kontak peng

  • DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA   97. Malam Pertama Bagian 2

    "Ini, silakan diminum langsung, bonus dari saya, jadi begitu sampai di rumah, permennya sudah bekerja dengan baik dan bis langsung berjuang hingga titik darah penghabisan, ha ha ha ...." Bari ikut tergelak mendengar gurauan si pemilik toko herbal. Dengan memantapkan hatinya, Bari meraih gelas yang berisi air cukup banyak. Segera dimasukkannya permen itu ke dalam mulut, lalu ia minum air sebanyak-banyaknya hingga gelas kosong."Terima kasih, Mas. Kalau cocok nanti saya langganan," ujar Bari yang sudah siap berpamitan."Ditunggu, Mas, pokoknya sering-sering aja main kemari. Dijamin tidak mengecewakan. Oh, iya, satu pesan saya, jika sedang mengonsumsi obat herbal jenis apapun untuk vitalitas pria, sebaiknya banyak minum air putih ya, agar pinggang tidak sakit," terang lelaki itu dengan senyuman terkembang.Bagaimana ia tidak senang? Bari bukan hanya membeli satu strip permen, melainkan satu dua yang berisi 20 strip permen kua

  • DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA   96. Malam Pertama Bagian 1

    Pria bertubuh tinggi dan tidak terlalu gemuk itu melangkah santai masuk ke dalam kamar. Ia melihat Tiara tengah memberikan asi milik Helena yang memang sudah disiapkan sepuluh botol untuk Nara. Semalaman hingga pagi lagi Helena menampungnya dan hasilnya cukup mengejutkan.Sepuluh botol ukuran 110 ml dan itu bisa dikonsumsi Nara kurang lebih sepuluh hari. Tiara memberikan asi pada Nara sambil berbaring miring memunggungi pintu kamar. Terlalu asik dengan bayinya, Tiara tidak menyadari bahwa Bari sudah mengunci pintu dan berjalan perlahan menuju ranjang."Apa Nara banyak menyusu?" tanya Bari yang tiba-tiba sudah duduk di belakang tubuh Tiara. Wanita itu menoleh ke belakang, lalu tersenyum sambil mengangguk."Banyak sekali. Lihatlah, satu botol ini habis. Sekarang Nara sepertinya sangat mengantuk," jawab Tiara antusias."Saya pun sama, he he ...." Tiara merasakan perasaan yang tidak enak."Mak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status