Share

Sasa kejang

Adam mondar mandir di depan pintu rawat putrinya, terlihat dari wajahnya lelaki itu begitu Khawatir. Devan semakin pusing melihat sahabatnya yang tak mau duduk.

Tak lama dokter keluar sambil tersenyum menatap Adam, sambil berucap. "Mari ikut ke ruangan saya." 

Adam langsung berjalan mengikuti dokter yang sudah merawat anaknya itu, saat sampai di ruangan dokter ia dipersilahkan untuk duduk.

"Bagaimana Dok?" tanya Adam yang sudah tidak sabar mendengarkan penjelasan dokter mengenai putrinya.

Dokter wanita itu hanya bisa menarik napas panjang, ia juga terkejut saat mendengar kalau ibunya sang bayi tidak mau memberikan asinya kepada anaknya. Apa lagi sekarang balita mungil itu sedang alergi protein sapi. Semua itu ia dengan sendiri dari rekannya Nadia.

"Kejangnya karena demamnya yang terlalu tinggi, tolong kompres terus pakai air hangat, Pak."Jelasnya.

"Apa kejangnya itu bahaya, Dok?" Tanya Adam.

"Kejang karena demam kompleks sering dihubungkan dengan meningkatnya risiko ke epilepsi. Tetapi, ini tidak terbukti, Pak. Faktanya, sebagian besar kejang demam pada anak tidak memiliki keterkaitan dengan peningkatan risiko kematian di masa kanak-kanak ataupun dewasa."

"Sebagian besar kasus kejang karena demam tidak memiliki dampak jangka panjang. Saya harap jangan sampai saat putrinya kejang nanti Bapak panik.Kejang saat demam tidak akan menyebabkan kerusakan otak, kesulitan belajar, ataupun gangguan mental. Selain itu, kejang demam juga tidak menjadi indikasi penyakit epilepsi pada anak, yaitu kecenderungan kejang berulang akibat sinyal elektrik abnormal dalam otak." Jelas dokter Maya sambil tersenyum

"Bagaimana biar kejangnya tak berulang, Dok?" tanya Adam lagi.

"Pak, Sebagian besar penyebab dari kejang tidak diketahui secara pasti, oleh karena itu sangat sulit untuk menentukan apakah seseorang bisa sembuh atau tidak. Namun, yang terpenting adalah menjaga agar seseorang tidak mengalami kekambuhan kejang kembali, agar dapat menjalani kehidupan sosialnya seperti biasa dan dapat melakukan fungsinya kembali."

"Selama demam sebaik kompres menggunakan air hangat walaupun sudah di beri obat untuk menurunkan demamnya," pesan dokter Maya

"Baik dokter, terimakasih banyak." Kata Adam sambil beranjak untuk pamit keluar dari ruangan.

Adam kembali lagi menuju ke ruang rawat putrinya, di sana sudah ada Devan dan mama Mirna sedang berdiri di samping branker Sasa.

"Apa kata dokter, Nak?" wanita paruh baya itu bertanya pada putranya yang baru saja masuk.

"Setengah jam sekali kita cek suhu badannya, Ma. Selama masih panas kita bantu kompres dengan air hangat," ujarnya sambil menatap sendu putri cantiknya yang tengah terlelap.

"Iya," kata Mama Mirna

"Dam, sebaiknya kamu disini saja. Biar aku pulang mengambil baju gantimu," ujarnya sambil menatap iba pada sahabatnya itu.

"Tante sebaiknya bersiap, jangan sampai ikut sakit juga," ucap Devan.

"Kamu mau bawa Mama pulang naik motor sport!" kata Adam menatap sahabatnya kesal.

Devan langsung menepuk jidatnya, pria itu lupa kalau mobilnya ia tinggal di arena balap. Wanita paruh baya itu hanya terkekeh melihat Devan yang malu sembari menatap Adam yang masih menatap tajam sahabatnya.

"Nenek pulang sama Nadia saja," sahutnya sambil berjalan mendekati Adam dan putrinya.

"Kata Dokter Maya tadi kejang lagi!" kata Nadia sambil mengusap pipi lembut sepupunya itu.

"Iya. Namun, kalau bisa jangan sampai berulang kejangnya," ucap Adam.

Nadia mengusap air matanya, ia begitu iba dengan Sasa yang masih kecil sudah di tinggalan Ibu kandungnya demi kebahagiaan dengan pria lain. Entah mengapa dia begitu geram dengan Fani.

Rangga yang baru masuk ruangan peri kecil itu menatap yang lainnya dengan penuh tanda tanya, apa ;lagi melihat calon istrinya beberapa kali mengusap air matanya.

"Sudahlah jangan menangis lagi, anggap saja ini pelajaran untukku biar lebih bisa memperhatikan Sasa," kata Adam sambil mencium kening Sasa.

Putrinya seakan tahu, setelah dicium Ayahnya bayi itu tersenyum dalam lelapnya. Hal itu membuat Adam mengembangkan senyum di bibirnya. Sasa tersenyum beberapa kali seakan mengatakan semua akan baik-baik saja tanpa Ibunya.

"Om, Nadia antar Nenek pulang dulu. Habis magrib Nad akan ke sini lagi," katanya sambil beranjak dari duduknya.

"Iya hati-hati," jawabnya tanpa melihat keponakannya karena masih fokus menatap wajah imut di depannya.

Ranga dan Nadia segera pamit kepada Adam dan Devan, begitu juga dengan Ibu Mirna karena sudah terlihat begitu lelah. Sebenarnya Nenek Sasa itu enggan untuk pulang meninggalkan cucunya, tetapi kondisi tubuhnya kurang fit pasca kejadian tadi.

Devan kembali lagi duduk di sofa, sedangkan Adam menarik kursi untuk duduk di samping branker putrinya. Pria itu terlihat begitu terpuruk saat ini, rasanya sia-sia pengorbanannya selama ini untuk Fani mantan istrinya.

Adam merasa ia tidak ada harga diri, ditatapnya Devan yang sedang asik main game di ponselnya, kemudian ia menghampiri sahabatnya itu. Pria itu ingin meminta tolong Devan mengurus perceraiannya dengan Fani.

"Ada apa?" tanya Devan malas saat Adam menghampirinya.

"Tolong hubungi Devano untuk mengurus surat perceraianku," ucap Adam

"Kamu kayak enggak tahu Vano saja, dia sedang berlibur," jawab Devan

Adam hanya mendesah, tetapi ia tahu pasti sepupu dari Devan itu bisa membantunya untuk membuat Sasa menjadi hak asuhnya. Devan yang melihat sahabatnya melamun merasa tidak tega.

"Besok aku hubungi dia, secepatnya akan diurus gugatan mu," balas Devan sambil beranjak berdiri.

"Mau kemana?" tanya Adam

"Beli kopi, kamu mau," tawar Devan

"Boleh," jawab Adam Singkat

Setelah Devan keluar ruangan Adam kembali lagi duduk di samping ranjang putrinya.

****

Sementara itu di apartemen, pasca kejadian tadi Fani sedang mengobati bibir Raka yang sobek karena bogem mentah dari Adam, pria itu menahan sambil meringis karena merasa bibirnya pedih saat kekasihnya itu menyentuh lukanya.

"Apa kamu menyesal sudah di talak Adam?" tanya Raka sambil memegang tangan Fani.

Wanita itu hanya tersenyum, entah mengapa saat Adam mengatakan talak hatinya begitu sakit. Di tatapnya lelaki yang sedang menatapnya lekat.

"Ini sudah takdir, berarti jodohku dengannya hanya sampai di sini," jawabnya sambil mengemasi kota p3k yang diambilnya tadi.

"Maafkan aku sudah membuat rumah tanggamu berantakan," ujarnya sambil menatap sendu wajah wanita di depannya.

Fani tertegun saat Raka meminta maaf kepadanya, bukankah selama ini dia yang mengejar dirinya dan selalu memanjakannya dengan kartu kredit. Namun, wanita itu berusaha menepis prasangka negatifnya.

"Sekarang kita tinggal tunggu surat cerai dari Mas Adam," kata Fani sambil menyandarkan tubuhnya di dada bidang Raka, sedangkan pria itu mengusap dengan lembut kepala kekasihnya.

"Aku akan mengurusnya bulan depan, pakai pengacara keluargaku saja nanti," ujarnya sambil mengecup pucuk kepala Fani.

"Apa tidak merepotkan, Mas?" tanyanya padahal dalam hati ia begitu senang.

"Ini semua demi kebahagiaan kita, sayang. Kamu sudah mengorbankan keluarga kecil mu untuk bahagia bersamaku, kini waktunya aku berkorban untuk mu," jelasnya sambil mengeratkan pelukannya.

"Kamu memang pria terhebat, aku enggak salah pilih," pujinya sambil mengedipkan mata ke arah Raka.

"Maafkan aku Mas Raka, sebenarnya aku masih mencintai Adam, tetapi karena kamu lebih dari segalanya terpaksa aku memilih mu," batin Fani sambil tersenyum merasa sudah bisa menjerat atm berjalannya.

Aa Zigant

Jangan lupa subscribe dan dukung dengan cara komen dan tekan bintang lima ya. Insyaallah up setiap hari. Aa zigant.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status