Kiki pun tak terima jika keadaan diputar balikan seperti ini. Dengan cepat pulang Kiki melangkah maju dan berdiri sejejar dengan Ryan juga mama mertuanya itu.
“Bohong! Yang dikatakan laki-laki itu bohong!” ceplos Rezvan yang mampu membuat semuanya menoleh kembali. “Tidak mungkin seorang perempuan penggoda akan menangis ketakutan seperti itu?” tunjuk ke arah Kiki.
“Brengsek!” Ryan pun langsung melayangkan pukulannya kembali ke arah Surya. Kali ini lebih seperti orang kesurupan. Ryan tak memedulikan teriakan mamanya yang menyuruh untuk berhenti. Bisa dikatakan saat ini Ryan sudah gelap mata dengan memukuli Surya begitu membabi buta.
BUGH.
BUGH.
BUGH.
“Ryan hentikan!” teriak Nina.
Dengan deru napas yang masih begitu tersengal pun Ryan menghentikan pukulannya yang sudah tak karuan itu. Bahkan Surya tak membalas sama sekali karena merasa lemas. Sudah area bawahnya ditendang istrinya. Diperut
Setelah menikmati makan bakso bersama, mereka langsung berkeliling bangunan di kota tua. Bahkan Alex kini lebih memeluk pinggang Adeeva sangat posesif.Merasa lelah berkeliling dari bangunan satu ke yang lainnya membuat mereka duduk di sebuah bangku yang berada di sana.Alex tiba-tiba langsung menyelipkan rambut Adeeva ke belakang telinga. Tatapannya langsung berubah serius namun masih menunjukkan kelembutan.“Adeeva ….”“Hmm.”“Kamu tahu kan kalau aku ke sini untuk melamarmu?”Adeeva mengangguk. “Iya, aku tahu kok.”Alex langsung merogoh ke saku jaket kulit yang dipakainya. Alex mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah dan segera berlutut di depan Adeeva yang tengah duduk.Merasa terkejut dengan tindakan Alex membuat Adeeva langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Mata Adeeva bahkan sangat berkaca-kaca melihat sikap Alex yang sungguh sangat romantis.
Setelah kepergiaan Adeeva dari kantornya, Baim langsung termenung mendengar penuturan dari perempuan itu. Perempuan yang baru dikenalnya beberapa waktu silam. Meski dalam hati ada ketertarikan kepada perempuan itu, namun masih ada ketakutan yang hinggap di benaknya. Baim takut menyakiti hati perempuan itu jika suatu saat mengingat almarhum istrinya. Apakah nanti perempuan itu akan menerimanya jika suatu saat nanti Baim masih terus mengingat Adiba? Meski sesosok Adiba sudah tiada, akan tetapi tetap saja takut melukai perasaan Adeeva.Tak ingin pusing pun membuat Baim langsung mengempaskan perasaan itu. menghilangkan benak Adeeva di pikirannya dan terus fokus bekerja untuk masa depan Ayesha nanti. Baginya, Ayesha lebih penting dan utama dibanding perasaan hatinya.Lain hal dengan posisi Adeeva yang masih termenung di depan kantor Baim. Ia sudah bisa menyimpulkan perasaan Baim kepadanya. Pria itu hanya menganggap teman saja tidak lebih dari situ. Adeeva pun akhirnya manta
Adeeva tidak menjawab apapun atas permintaan kesempatan kedua yang diucapakan oleh Leonel. Adeeva hanya tersenyum dan menyuruh pria itu untuk pergi kembali hotel agar bisa istirahat. Bukan ia labil atau bagaimana. Akan tetapi ia tidak tega melihat mata lelah di wajah Leonel. Ia mencoba bersikap biasa selayaknya teman. Adeeva hanya ingin bersahabat dengan berdamai dengan masa lalunya tidak lebih. Meski masih memiliki perasaan kepada pria itu, akan tetapi itu hanya sekadar sisa-sisa yang dulu saja.“Apa tujuan dia ke sini?” tanya Kiki.“Meminta kesempatan kedua, Bun.”“Jangan kamu kasih, Adeeva!” sambar Ryan, yang sedang fokus menikmati nasi goreng buatan Kiki.Adeeva yang masih sibuk berkutat di dapur pun menoleh ke arah meja menatap Ryan yang sedang menatapnya. Adeeva hanya menghela napas panjang.“Tapi dia bilang menyesal gitu, Yah,” ujar Adeeva kemudian.“Menyesal terus nanti begitu lag
Pagi ini tumben-tumbenan Adeeva terjun ke dapur untuk membantu memasak menu sarapan. Kiki sendiri merasa bingung dan merasa aneh dengan perubahan sikap anaknya yang menjadi lebih giat bekerja dan terjun dapur. Entah apa yang mempengaruhinya yang pasti Kiki sangat bersukur.“Semalam pulang jam berapa?” tanya Kiki, penasaran.“Jam setengah satu.”Sontak Kiki terkejut mendengar itu. Adeeva hanya meringis saja melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh sang bunda.“Pulang jam setengah satu? Dan kini kamu sudah bangun?” Kiki merasa takjub luar biasa. Kebiasaan anaknya ia paham betul jika tidur lewat tengah malam pasti akan bangun siang jam sembilan. Itupun harus dipaksa bangun. Kalau tidak dipaksa akan bablas sampai sore mungkin.Adeeva hanya mesam-mesem saja mendengar bundanya takjub. Ia terus mengiris-iris cabai hijau dan tempe. Kiki pun mengerutkan kening bingung.“Kamu mau masak apa?”“
Mereka memutuskan pulang dari mall centar park setelah pukul sembilan malam. Bahkan, Baim mengajak Adeeva makan kembali sebelum benar-benar pulang. Kali ini mereka lebih memilih mampir makan di sebuah makanan pinggir jalan. Mereka lebih memilih angkringan sebagai tempat mereka makan karena porsi yang tidak terlalu banyak membuat mereka memilih itu.Adeeva bahkan selalu dengan senang hati menuruti apa yang dikatakan oleh pria itu. Ayesha bahkan sudah terlelap tidur di pangkuannya sejak tadi. Baim yang memang memiliki tipikal tidak enakan langsung mengambil alih dan mempersilakan Adeeva untuk lebih leluasa makan.“Biar aku aja gapapa,” kata Adeeva.“Kamu makanlah. Aku sudah terbiasa begini jadi tenang saja.”Adeeva tersenyum manis, ia pun mulai mengambil sate telur puyuh, sate usus, dan berbagai macam lauk lainnya. Bahkan mereka berdua dengan kompak memesan minuman wedang jahe.Melihat Baim yang repot menggendong batita, Adeev
Adeeva dan Baim akhirnya sampai. Mereka berdua langsung turun dan segera bergegas masuk. Di sana ada Bi Surti yang sedang menggendong Ayesha. Baim sendiri memilih pamit ke kamar untuk mandi dan lainnya.Lain hal dengan Adeeva yang mencuci kaki dan tangan terlebih dahulu sebelum memegang Ayesha. Bagaimanapun ia takut membawa virus yang membuat anak itu terkena sakit nantinya.“Ayesha lihat tuh, Mama datang,” celetuk Bi Surti.Adeeva hanya tersenyum saja saat mendengarkan Surti berkata seperti itu. Ia tidak marah sekali karena memang dalam hatinya pun berharap seperti itu.Dari awal bertemu dengan Ayesha pun perasaannya tidak bisa bohong kalau ia sangat senang juga bahagia dengan bayi mungil itu.“Ayesha sayang, kamu sudah makan belum?” tanya Adeeva saat sudah menggendong Ayesha. Bahkan bayi itu langsung merespon dengan senyum dan ocehannya yang selalu lucu dan menggemaskan di mata Adeeva.Surti pun menatap senang
Setelah makan siang bersama dengan Alex. Adeeva memilih untuk kembali ke rumah untuk berganti pakaian sebelum nanti Baim menjemputnya. Apalagi pakaian yang dikenakan terasa bau asap sate.Saat sedang berganti pakaian, dan kembali mempertebal make-up yang dipakai. Adeeva terkejut dengan kedatangan Kiki yang menghampirinya.“Bun,” sapa Adeeva, meski fokusnya saat ini sedang di depan cermin. Tangannya sibuk memegang lipstik untuk memoles bibirnya agar tidak pucat. Apalagi ia tadi habis makan yang otomatis sedikit berantakan dan mulai terhapus.“Tadi pergi kemana?” tanya Kiki.“Ke warung sate dekat-dekat sini.”“Terus sekarang mau ke mana lagi?”“Mau ke taman bermain sama Baim. Katanya buat ngehibur Ayesha.”“Tujuan dia ke sini untuk apa?”“Siapa, Bun? Baim?”“Pria bule itu.”“Alex?”“Hm.”
Merasa bingung membuat Adeeva lebih memilih untuk segera pergi ke kamar mandi dan berdandan secantik mungkin. Saat sedang memoleskan lipstik, telinganya mendengar suara bel dipencet. Adeeva sudah menduga jika itu adalah Alex. Buru-buru Adeeva segera melanjutkan kegiatan dandan-nya dan segera keluar kamar untuk membuka pintu.Namun, saat sedang berjalan menuju ke arah pintu. Bundanya sudah lebih cepat membuka dan Adeeva bisa menangkap suara seseorang yang memang tidak asing di telinganya. Adeeva berdeham pelan sebelum keluar menuju ruang tamu.Saat yang bersamaan, tamu itu masuk karena bundanya mempersilakan. Dan di saat itu pula Adeeva melihat tatapan mata tajam dari bundanya yang memberikan peringatan karena pria yang diceritakan Adeeva sebagai kekasih atau selingkuhan di Barcelona itu benar-benar datang.“Hai Alex, apa kabar?” sapa Adeeva sambil tersenyum ramah.“Baik. Senang bertemu denganmu. Aku pikir tidak bisa menemukanmu. Untung s
Drrt. Drrt. Drrt.Adeeva langsung meraba-raba ke arah sembarang untuk mencari ponselnya. Apalagi ia semalam sudah menghabiskan waktu telepon berjam-jam dengan Baim. Ya, hubungan Adeeva dan Baim saat ini mulai semakin dekat juga intens. Terlebih Adeeva selalu berbinar dan senang jika sudah membahas soal Ayesha. Dan, Baim pun sudah mengetahui konflik atau keadaan Adeeva yang tidak bisa memiliki anak hingga memperboleh Ayesha untuk dianggap sebagai anak-nya. Baim merasa prihatin mendengar kisah Adeeva yang dicampakkan oleh pria bule itu. Baginya, pria seperti itu sangatlah tidak gentleman.“Halo.”“Morning,” sapa seseorang di seberang telepon sana. Adeeva yang terkejut langsung segera membuka matanya. Ia melotot tak percaya jika yang menelepon saat ini adalah Alex.Dengan susah payah, Adeeva mencoba menjawab sapaan Alex. Ia berdeham pelan dan menelan ludahnya susah payah agar kerongkongannya tidak terasa kering.“A-