🏵️🏵️🏵️
Air mata Hana kini jatuh membasahi pipi setelah melihat foto dirinya dan Bara yang hanya ditutupi selimut. Namun, Hana tidak mengerti kenapa wajah Bara ditutupi stiker. Dia makin curiga terhadap orang yang memberikannya minuman malam itu.
Hana tidak tahu harus bagaimana sekarang. Dia sangat takut jika kedua orang tuanya mengetahui kejadian menyakitkan itu. Dia bahkan memohon agar Bara dan ibunya menyimpan rahasia tersebut. Tanpa pikir panjang, dia pun segera menelepon Amel untuk mencari tahu tentang foto itu.
“Kamu baik-baik aja, ‘kan, Han?” Amel langsung melontarkan pertanyaan kepada Hana.
“Aku dijebak, Mel.” Tangis Hana makin pecah.
“Siapa yang tega jebak kamu, Han?”
“Aku juga nggak tahu, Mel. Tapi itu fotoku sama Bang Bara, abangnya Amira.” Hana memberikan penjelasan kepada Amel.
“Kenapa hanya wajah kamu yang nggak ditutupin?”
“Itu yang buat aku curiga, Mel.”
“Curiga sama siapa?” Amel sangat penasaran.
Akhirnya, Hana pun menceritakan apa yang terjadi pada malam acara ulang tahun ayah Bara. Saat itu, dia sangat menikmati kemeriahan pesta tersebut karena tamu yang diundang tidak hanya anggota keluarga, tetapi rekan bisnis kelurga Bara juga.
Malam itu, Hana bahkan sempat melihat Bara dan Yuni sedang berdansa. Namun, Hana merasakan sesuatu yang aneh atas pandangan Bara kepadanya. Dia pun langsung memalingkan wajah dan kembali fokus berbincang dengan Amira.
“Bang Bara dan Kak Yuni romantis banget, ya,” ucap Hana kepada Amira.
“Iya. Tapi aku kurang suka sama Kak Yuni walaupun dia pacar Bang Bara paling lama.” Amira memberikan balasan sambil melihat ke arah Bara dan Yuni.
“Kenapa? Harusnya kamu dukung Bang Bara karena udah mulai setia. Dia udah lama nggak ganti pacar.” Hana tidak mengerti kenapa Amira tidak menyukai Yuni.
Amira tidak memberikan respons lagi, dia justru memberikan minuman yang sejak tadi dia genggam kepada Hana. Tanpa menaruh curiga sama sekali, Hana langsung meneguknya. Beberapa menit kemudian, dia merasa pusing lalu berpamitan ke kamar mandi.
Hana tidak tahu bahwa ketika dirinya mulai hilang kesadaran, Amira dengan mengenakan penutup kepala segera menghampirinya lalu membawanya ke kamar Bara, kemudian membaringkannya ke tempat tidur. Amira ingin agar Bara bertanggung jawab terhadap Hana.
Setelah acara selesai dan para undangan mulai meninggalkan rumah keluarga Bara, Amira pun memberikan minuman yang sama kepada kakaknya hingga membuat laki-laki itu merasa kepanasan. Amira tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia pun menuntun Bara menuju kamar yang sama dengan Hana. Dia sengaja mengunci pintu dari luar setelah membaringkan Bara di samping Hana.
Satu jam kemudian, Amira kembali ke kamar Bara. Apa yang dia inginkan, akhirnya menjadi kenyataan, di mana Bara dan Hana terlihat seperti pasangan suami istri. Amira pun memakaikan selimut untuk kakak dan sepupunya tersebut lalu mengambil foto mereka. Dia sangat puas karena satu tindakan akan menyelesaikan dua masalah.
🏵️🏵️🏵️
“Aku nggak nyangka banget kalau ternyata Hana bukan cewek baik-baik.” Amira sangat senang mendengar penilaian yang disampaikan teman-temannya di kampus tentang Hana.
“Aku tetap nggak percaya kalau Hana sengaja berbuat tidak pantas seperti di foto.” Rey tidak setuju dengan ucapan teman-temannya.
“Itu karena kamu suka sama Hana, Rey.” Amira memberikan balasan.
“Dia cewek baik-baik, nggak mungkin melakukan perbuatan seperti itu.” Rey masih tetap yakin kalau Hana bukan seperti yang teman-temannya tuduhkan.
“Terserah kamu, deh. Kamu udah dibutakan cinta.” Amira sangat kesal mendengar jawaban Rey.
“Kamu sebagai kakak sepupu harusnya belain Hana. Tapi kenapa kamu justru diam aja ketika mereka memberikan penilaian buruk tentang Hana?” Rey tidak habis pikir dengan cara berpikir Amira.
Sementara di tempat lain, Bara dihampiri Yuni ke kantornya. Dia kesal melihat kedatangan wanita yang masih berstatus sebagai kekasihnya tersebut. Dia mulai menjaga jarak sejak dirinya berniat untuk bertanggung jawab atas Hana.
“Sikap kamu kenapa berubah akhir-akhir ini?” tanya Yuni kepada Bara. “Setiap ditelepon, selalu nggak diangkat. Chat aku juga dianggurin, hanya dibaca. Kamu lagi ada masalah?”
Yuni tidak tahu kalau saat ini, pikiran Bara hanya tertuju kepada Hana. Sejak kejadian malam itu, perasaannya yang mulai tumbuh untuk Hana makin membesar. Dia baru menyadari kecantikan adik sepupunya itu setelah berstatus sebagai mahasiswi.
“Kamu, kok, diam aja? Jawab, dong, Sayang.” Yuni memegang lengan Bara.
Sebelum memberikan jawaban, Bara dikagetkan nada panggilan masuk dari ponsel yang dia genggam sejak tadi. Dia pun melihat layar, terdapat nama Hana. Dia sangat bahagia karena wanita yang baru dia pikirkan, kini menghubunginya.
“Halo. Kamu kenapa nangis, Dek? Kamu di rumah, ‘kan? Abang ke sana sekarang.”
🏵️🏵️🏵️
“Kamu mau ke mana? Siapa yang nelepon kamu?” tanya Yuni kepada Bara.
“Maaf, aku buru-buru. Kamu pulang aja.” Bara menepiskan tangan Yuni lalu keluar dari ruangannya.
Yuni tidak tinggal diam, dia pun mengikuti kekasihnya itu. Dia tidak mengerti kenapa laki-laki yang dia cintai itu langsung masuk mobil lalu bergerak meninggalkan kantor. Dia juga memasuki kendaraan roda empat miliknya, kemudian mengikuti Bara.
Sementara itu, Hana memilih duduk di taman belakang untuk menumpahkan air matanya yang sulit untuk dibendung. Dia sengaja menyendiri agar ibunya tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap dirinya. Namun, dia ingin berbagi cerita dengan seseorang.
Akhirnya, Hana memilih menghubungi Bara. Dia ingin menunjukkan foto yang dikirim Amel ke ponselnya. Dia juga ingin meminta Bara mencari tahu orang yang telah menyebarkan foto mereka. Dia tidak sanggup menanggung beban sendirian.
“Siang, Tante.” Bara menyapa Maya yang sedang bersantai di ruang TV.
“Kok, wajah kamu kelihatan panik. Ada apa?” Maya menyadari perubahan mimik wajah Bara dan gerak-geriknya yang tidak seperti biasanya.
“Saya mau ketemu Hana, Tante.”
“Kenapa buru-buru gitu? Kamu lagi ada masalah dengan Hana?” Maya masih penasaran.
“Nggak, Tante.”
“Ya, udah … nasihatin, tuh, adik kamu supaya pergi ngampus. Entah kenapa dia sekarang jadi pemalas. Kalau ditanyain, malah diam.” Maya sedikit kesal mengingat sikap Hana akhir-akhir ini. “Dia di taman belakang.”
“Baik, Tante. Saya langsung ke belakang sekarang.” Bara pun meninggalkan Maya lalu menghampiri Hana.
Bara sangat terkejut mendapati Hana menangis tersedu-sedu sambil memandangi layar ponselnya. Dia tidak kuasa melihat air mata adik sepupunya itu. Dia pun makin mendekat lalu turut melihat ponsel dalam genggaman Hana.
“Siapa yang kirim foto ini, Dek?” tanya Baru lalu meraih benda itu.
“Amel, teman sebangkuku.” Hana memberikan jawaban.
Bara tidak tinggal diam, dia pun meraih tubuh Hana lalu mendekapnya. “Abang akan cari tahu orang yang menyebarkan foto ini.” Bara mengusap-usap punggung Hana.
“Teman-teman satu kelas udah lihat foto ini, Bang,” ucap Hana lalu melepas pelukan Bara. “Aku takut jika dosen sampai tahu. Aku pasti langsung dikeluarkan dari kampus. Aku harus gimana?” Wanita itu memukul-mukul dada pemuda di depannya.
“Kamu tenangin diri dulu, Dek. Abang nggak mau lihat kamu nangis.” Bara pun mengusap air mata Hana.
Sementara itu, Yuni sangat kesal mengetahui Bara ke rumah Hana. Baginya, Hana adalah saingan terberatnya untuk memiliki Bara karena dalam beberapa minggu terakhir ini, laki-laki yang berstatus sebagai kekasihnya itu sering bercerita tentang Hana.
🏵️🏵️🏵️
“Apa kamu ingat sesuatu saat acara ulang tahun Papi?” tanya Bara kepada Hana. Dia telah berhasil membuat wanita itu tidak menangis lagi.
“Yang aku ingat, Amira kasih aku minuman. Setelah itu, kepalaku tiba-tiba pusing. Aku pun pamit ke kamar mandi. Saat masih setengah sadar, seseorang memapahku. Tapi aku nggak tahu siapa dia karena memakai kain untuk menutup kepalanya.” Hana pun menceritakan apa yang dia ingat malam itu.
“Amira? Kenapa bisa sama?” Bara sangat terkejut.
“Sama apa maksud Abang?”
“Dia juga kasih Abang minuman. Setelah itu, Abang tiba-tiba merasakan panas dan seperti ingin melakukan sesuatu. Hanya itu yang Abang ingat.”
“Apa mungkin Amira yang jebak kita, Bang?” Hana makin curiga terhadap sepupunya itu.
“Nggak mungkin, Dek. Apa alasan dan tujuannya?” Bara tidak percaya kalau adiknya melakukan perbuatan jahat.
“Kenapa Abang bilang nggak mungkin? Apa karena adik sendiri?”
“Coba berpikir logika, Dek. Mana mungkin seorang adik tega mencelakai abangnya.”
“Terserah Abang!” Hana menaikkan suaranya. “Percuma aja aku minta Abang ke sini. Tetap aja nggak ada solusi. Sekarang, Abang boleh pergi. Nggak usah sok peduli dengan penderitaanku. Lebih baik kita nggak usah ketemu.”
Hana pun memalingkan wajah lalu membelakangi Bara. Dia sangat kecewa dengan penuturan laki-laki itu. Sekarang, dia benar-benar merasa sendirian dalam menanggung beban berat hidupnya. Dia tidak ingin berbagi cerita lagi dengan Bara.
“Dek, jangan minta Abang jauhin kamu. Abang harus tanggung jawab atas apa yang terjadi. Kenapa kamu nggak setuju dengan keputusan Mami?” Bara kembali mendekati Hana.
“Keputusan apa maksud Abang?”
“Kita nikah,” ucap Bara dengan yakin.
Sebelum memberikan jawaban, tiba-tiba seseorang yang sangat Hana kenal memanggil dirinya. “Hana, aku mencintaimu.”
==========
🏵️🏵️🏵️Bara sangat senang mendengar kabar baik dari dokter yang memeriksa kondisi Hana. Saat ini, benihnya sedang tumbuh di rahim Hana. Dia ingin segera memberitahukan berita bahagia itu kepada istrinya yang masih menutup mata.Dia ingin tertawa mengingat sikap Hana tadi yang membuatnya bingung. Ternyata wanita yang dia cintai itu sedang mengandung anaknya. Dia pun memegang jemari Hana lalu menciumnya. Dia sangat terkejut, tetapi bahagia karena istrinya tersebut terbangun dari pingsannya.“Aku mual, Bang.” Hana berusaha bangun dari rebahan. Bara pun membantunya. “Aku mau muntah. Jangan dekat-dekat.” Dia mendorong tubuh suaminya itu.“Apa anak kita sangat membenci papanya?” Bara melontarkan pertanyaan itu.Hana bingung mendengar pertanyaan Bara. “Apa maksud Abang?” “Kamu hamil, Sayang.” Bara pun langsung memeluk Hana.“Apa? Abang serius?” Mata Hana berkaca-kaca. Dia sangat terharu karena kembali merasakan nikmat hamil setelah mengalami keguguran beberapa bulan yang lalu.“Iya, Sayan
🏵️🏵️🏵️Amira sangat kesal membaca pesan masuk di ponselnya, dia pun tidak kuasa untuk tidak menangis. Dia tidak pernah menyangka kalau Rey kembali muncul setelah beberapa bulan menghilang. Apalagi sampai mengetahui kehamilannya. “Dasar laki-laki tidak punya hati!” Amira menaikkan suara hingga membuat Arga heran.“Kamu kenapa, Dek?” tanya Arga lalu memilih duduk di samping Amira.“Dia berani chat aku, Bang.” Amira memberikan balasan.“Dia siapa?” Arga tidak tahu siapa yang Amira maksud.“Dia yang menghancurkan hidupku.” Amira memberikan ponselnya kepada suaminya itu.Beberapa minggu terakhir ini, Amira tidak pernah memikirkan Rey lagi. Dia telah menata hati dan membuka diri menerima Arga hingga berhasil membalas cinta laki-laki tersebut. Dia tidak ingin dibayang-bayangi masa lalunya.Akan tetapi, setelah Amira berhasil mengeluarkan Rey dari lubuk hatinya yang paling dalam, justru kenyataan pahit yang tiba-tiba muncul. Amira sama sekali tidak berharap akan kembali berkomunikasi denga
🏵️🏵️🏵️Hana tidak tinggal diam, dia pun mengetik balasan yang akan dia kirim kepada wanita tersebut. Dia tidak ingin menjadi istri lemah saat situasi seperti ini. Dia bahkan ingin menunjukkan kalau dirinya kuat.[Cie, yang belum move on dari suami orang. Belum laku, ya?] Isi balasan dari Hana.Beberapa menit berlalu, tidak ada respons dari wanita yang mengirim pesan ke ponsel Bara. Dia hanya membaca balasan dari Hana. Dia yakin kalau yang membalas pesannya bukan Bara. Akhirnya, dia pun memilih untuk berhenti menghubungi laki-laki tersebut.Sementara Hana merasa puas dengan apa yang dia lakukan. Namun, hatinya tetap sangat kesal karena wanita di luar sana masih menghubungi Bara dengan mengirimkan pesan mesra. Dia pun menyesal karena tidak mengundang para mantan kekasih Bara saat acara resepsi pernikahan mereka.“Coba aku undang mereka, pasti seru. Aku ingin buktikan kalau akulah pemenangnya. Mereka hanya masa lalu.” Hana kembali bermonolog.“Ini semua karena Bang Bara. Seandainya dia
🏵️🏵️🏵️“Abang udah sadar?” Hana sangat terkejut mendengar suara Bara.“Dari tadi Abang sadar, kok.” Bara memberikan jawaban dengan santai.“Maksud Abang apa?” Hana tidak mengerti maksud Bara. Dia pun mengangkat kepalanya dari dada suaminya itu.“Abang hanya ingin mendengar pengakuan cinta dari bibir kamu walaupun Abang udah tahu kalau cinta itu udah tumbuh di hati kamu untuk Abang.” Bara menyampaikan maksud dan tujuannya.“Jadi, Abang ngerjain aku?” Hana kesal mendengar pengakuan Bara. Dia pun ingin beranjak, tetapi Bara langsung meraih tangannya.“Abang nggak bermaksud ngerjain kamu. Abang hanya ingin kamu jujur.” Bara pun bangkit dari rebahan dan memilih duduk.Hana tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Di satu sisi, dia ingin menyalahkan Bara karena telah membuat dirinya panik. Namun di sisi lain, dia merasa lega karena telah mengutarakan cinta dan perasaan yang dipendam selama ini.Akan tetapi, sekarang dia sangat malu memandang wajah Bara. Dia ingin menghindar, tetapi t
🏵️🏵️🏵️“Arga?” Sandra terkejut melihat asisten kakaknya tersebut.“Iya, Bu. Saya bersedia bertanggung jawab atas Amira.” Arga memberikan jawaban yang membuat keluarga Bara terkejut.“Kamu tahu apa tentang Amira?” Bara heran melihat kehadiran Arga di rumahnya.Arga akhirnya menceritakan apa yang dia ketahui tentang Amira. Dia mendapatkan informasi dari salah satu teman Amira di kampus, tetapi dia tidak menyebutkan namanya. Sandra kembali terkejut karena dia sangat tahu kalau orang yang tahu masalah Amira hanya Amel.Sandra tidak yakin kalau Amel yang menceritakan apa yang terjadi terhadap Amira kepada Arga. Dia sangat tahu sifat adik dari kekasihnya tersebut. Amel sangat dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Hana juga mengakui itu.“Siapa yang cerita ke kamu, Ga?” tanya Sandra kepada Arga.“Maaf, Bu … saya udah janji untuk tidak menyebutkan namanya. Saya hanya ingin bertanggung jawab terhadap Amira.” Arga tetap pada tujuan awalnya.Amira bingung mendengar keinginan Arga. Selama in
🏵️🏵️🏵️“Abang bisa mikir, nggak? Gimana perasaan Abang kasih tuduhan seperti itu? Apa Abang lupa dengan orang yang menodai Amira? Apa aku sehina itu di mata Abang? Apa Abang pikir aku akan mencintai cowok seperti dia?”Hana sangat kecewa terhadap Bara. Ini untuk pertama kali, dirinya melihat laki-laki itu menyakiti hati dan perasaannya. Dia pun memilih bangkit dari rebahan lalu beranjak menuju sofa. Dia ingin menjaga jara dari suaminya tersebut.Bara menarik rambutnya sambil mengembuskan napas berat. Dia pun langsung bangun lalu menghampiri Hana. Dia tidak kuasa melihat Hana yang kini menangis karena ucapannya. Dia akhirnya meminta maaf.“Sayang, Abang minta maaf.” Bara berlutut di depan Hana lalu meraih tangannya.“Kenapa Abang sejahat itu? Kenapa Abang melampiaskan kekesalan padaku? Apa Abang pikir aku bahagia atas apa yang Amira alami? Nggak, Bang. Aku nggak sekejam itu.” Hana tidak kuasa menghentikan tangisannya.“Abang nggak pernah berpikiran seperti itu.” Bara membenamkan waja