Makan malam dan pertemuan antara Arumi dengan keluarga Refaldy berjalan dengan lancar. Respon dari kedua orang tua Refaldy pun sangat bagus.Tinggal menunggu momen mempertemukan dua keluarga juga menunggu keyakinan Arumi pada Refaldy.Mereka sangat mengerti dan paham dengan keadaan Arumi yang masih bimbang.****Arumi termenung sendirian duduk di teras rumahnya sambil melihat sinar rembulan yang begitu cerah.Embusan angin membuat anak rambutnya berantakan ke sana kemari. Sesat matanya terpejam menikmati semilir angin malam."Rum."Panggilan Devi membuat Arumi terkejut dan membuka matanya. Ia menoleh dan menatap sahabatnya tersebut."Mas Daffa besok tunangan, kamu nggak diundang kah?" tanyanya.Arumi menggelengkan kepalanya pertanda tak diundang."Apakah ini jawaban atas salat istikharah ku, Dev?""Mungkin. Dan Refaldy jodoh yang dikirim Allah untukmu. Sudah saatnya kamu bahagia, Rum," kata Devi."Bagaimana dengan perasaanmu terhadap Refaldy? Setahuku--Refaldy dan keluarga besarnya it
Sepanjang bekerja Refaldy turut membantu Arumi membawakan pesanan pada customer.Sebagian pegawai melihat mereka dengan senyum-senyum dan sesekali membercandai Arumi. Sebagian lagi memandang Arumi dengan tatapan yang sulit diartikan.Refaldy tak ubahnya seperti anak ayam yang tak mau kehilangan induknya. Selalu saja mengekori Arumi dari belakang."Kamu kenapa ngikutin aku terus si?" perotes Arumi."Emangnya kenapa?" tanya Refaldy."Aku nggak enak sama pegawai yang lain.""Enakin aja," jawab Refaldy dengan santai."Kamu bos di sini!" protesnya lagi."Ya karena aku bosnya, jadi terserah aku, Rum."Tidak mau lagi membahas soal bantu membantu--Arumi melanjutkan pekerjaannya lagi yang masih diikuti oleh Refaldy.****Malam itu, antara Daffa dan Refaldy tak sengaja bertemu di alun-alun desa. Daffa lebih dulu menyapa Refaldy yang tengah membeli bebek goreng."Apa kabar, Bro?" tanya Daffa mengulurkan tangannya."Alhamdulillah baik."Refaldy menerima uluran tangan Daffa dan mereka berjabat tan
[Arumi, kamu bodoh sekali malah menerima cinta dari lelaki miskin!] ujar Ayu di grup WA.[Iya, punya wajah yang lumayan cantik tapi nggak kamu pergunakan dengan baik!] sahut Wisna.[Cinta membuatnya bodoh hingga menerima lamaran dari lelaki tak beruang!] balas Delia.Grup WA kini dipenuhi dengan caci maki dari saudara serta ipar Arumi. Arumi tak membalasnya, ia hanya bisa mengurut dada membaca pesan-pesan bernada sinis dan ketus untuknya.Tak peduli dengan umpatan serta caci maki dari mereka. Yang lebih penting adalah restu dari kedua orang tuanya serta Arumi sendiri yang menjalani biduk rumah tangga nanti.Ia letakan ponselnya di atas kasur mengabaikan dering nada pesan dari grup WA keluarga.Devi dan Ratna pun sebagai sahabat turut senang dengan keputusan Arumi saat ini. Mereka bahagia melihat Arumi bahagia.[Rum, apa kamu nggak mau pikir-pikir dulu?] Aron mengirim pesan WA secara pribadi pada Arumi.[Kenapa?] balas Arumi.[Apa nggak terlalu terburu-buru kamu mengambil keputusan, ap
Kini Arumi dan Refaldy disibukan dengan persiapan untuk menikah. Mulai mengurus surat-surat untuk daftar ke Kantor Urusan Agama pun dengan Refaldy yang harus menyuruh orang rumah untuk membeli perlengkapan seserahan sekaligus untuk akad nanti.Sejauh ini komunikasi antara Arumi dan Refaldy semakin intens sebagai pasangan.Ayu hampir setiap hari selalu ke rumah orang tuanya untuk melihat kesibukan Arumi dalam mempersiapkan pernikahannya nanti.Dibantu dengan Devi yang selalu menemani Arumi kapan pun Arumi membutuhkannya.****Hari berganti hari, lalu berganti minggu dan minggu berganti bulan. Waktu menuju pernikahan Arumi dan Refaldy semakin dekat.Hampir seratus persen segala persiapan akad dan resepsi telah selesai.Refaldy mengundang Daffa karena Daffa sendiri yang memintanya untuk diundang. Ia ingin melihat Arumi bahagia di atas pelaminan bersama dengan lelaki yang berhasil mengetuk hatinya.Lelaki yang berhasil menggantikan posisinya. Mulut berkata untuk ikhlas, namun hati sedikit
Arumi tertunduk malu tidak berani menatap manik hitam milik Refaldy."Oh, ayo kalau begitu. Aku juga lapar lagi," kilahnya untuk mengusir rasa malu.Arumi lebih dulu berjalan di depan Refaldy. Namun Refaldy dengan cepat mensejajarkan diri dengan Arumi. Mereka pun berbelok ke restoran.Refaldy menarik bangku dan menyuruh Arumi untuk duduk. "Makasih," kata Arumi."Sama-sama, Sayang. Eh, nggak papa 'kan aku manggil sayang?" tanyanya.Kepala Arumi mengangguk pelan.Waiters datang dengan membawa buku menu untuk Arumi dan Refaldy. Arumi membuka buku itu dan melihat daftar makanan yang tertera di sana.'Banyak jenis makanan yang nggak aku tau. Ini makanan bule semua, singkong goreng nggak ada kah di sini?' batinnya.Refaldy yang paham melihat gestur tubuh dan mimik wajah Arumi pun mengerti dengan kecemasan istrinya tersebut."Nasi goreng seafood dua, jus alpukat dua. Dimsum dua, donat cokelat dua. Air mineral botol dua, burger dua," imbuh Refaldy."Banyak banget pesannya. Itu 'kan nggak ada
Selesai mandi dan mengambil air wudu gegas Refaldy ke luar hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya, lalu segera mengambil baju ganti di lemari.Refleks Arumi menutup mata dengan kedua telapak tangannya melihat roti sobek punya Refaldy."Kenapa tutup mata, 'kan semalam kamu sudah melihatnya," ceplosnya sambil mengerlingkan sebelah mata."Diih," ujar Arumi gugup.****Selesai menikmati sarapan--Refaldy mengajak Arumi pergi ke kolam renang.Sehari saja tidak bersama dengan orang tuanya rasa kangen itu menggebu di hati Arumi.Ia lantas meminta Refaldy untuk menelepon keluarganya, menanyakan bagaimana kabar kedua orang tuanya di sana.sambungan telepon pun terhubung kepada Bundanya.Refaldy memberikan benda layar pipih itu pada Arumi. Agar Arumi sendiri yang berbicara langsung pada mertuanya."Assalamualaikum, Tante. Emm, maksudku, Bunda.""Waalaikumsalam, Sayang. Ada apa, Rum? Apa ada masalah di sana? Apa Refaldy berbuat hal konyol padamu?"Sang mertua memberondong pertanyaan. Telepon
Keluarga Refaldy dan juga keluarga Arumi semuanya berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama.Penampilan Delia hanya untuk makan malam di dalam rumah saja seperti orang yang makan malam di restoran mewah.Menggunakan dress berwarna navy di atas lutut dengan bagian lengan terbuka. Memperlihatkan kemulusan kulitnya. Belum lagi rambut yang dicepol dan menyisakan helaian rambut di sisi kiri dan kanan. Memperjelas leher jenjangnya untuk dipamerkan.Ayu dan Wisna pun memakai dress di atas lutut. Kehadirannya di sini bak nyonya yang mempunyai rumah."Selamat malam semuanya," ucap Pak Ahmad Batara."Malam, Pak," sahut yang lainnya seraya bangkit dari duduknya dan sedikit membungkukan badannya memberi hormat.Pak Ahmad Batara menarik kursi dan duduk. Yang diikuti oleh lainnya, kembali duduk ke kursi masing-masing.Asisten rumah tangga sudah standby untuk melayani mereka mengambilkan makanan."Ayo, silakan ambil makanannya," ucap Bunda yang diangguki suaminya.Dengan sigap Arumi mengambi
Wisna menarik rambutnya frustasi setelah mengetahui rahasia kegilaan suaminya. Ia pikir cuma dirinya--wanita satu-satunya yang Dion cintai. Nyatanya ada orang kedua dan ketiga yang Dion cintai. Yang lebih menjijikan lagi Dion mencintai sesama jenis. Sungguh menjijikan."Aku terlalu naif, Mas. Kamu begitu menjijikan," lirih Wisna seraya memandangi wajah Dion yang sedang terlelap.Wisna buru-buru menyimpan bukti-bukti perselingkuhan Dion dengan gundiknya dan juga sesama jenisnya.Wisna memfoto chattingan itu ke ponselnya. Buru-buru Wisna menaruh lagi ponsel milik Dion ke tempatnya semula.Ia menarik napas panjang lalu mengembuskan untuk mengontrol rasa emosinya yang kian membuncah.Tidak mau gegabah dan langsung mencak-mencak. Wisna berusaha setenang mungkin walaupun kenyataannya ia harus menelan kepahitan.'Aku akan mencari tahu siapa mereka, Mas. Aku juga akan mengamankan harta yang seharusnya untukku dan anak kita,' batinnya.****Pagi ini Arumi turun langsung ke dapur untuk memasa