Seminggu setelah aku memberitahukan kebusukan Mbak Delia kepada Mas Aron. Kini tiba-tiba aku melihat status WA nya yang telah menggugat cerai Mbak Delia.Apakah ini semua salahku? Tentu bukan, ini semua karena kesalahan Mbak Delia. Dia berusaha untuk mengkhianati suaminya dan ingin merebut suamiku.[Dasar sialan! Aron menggugatku karena kamu! Sampai kami benar-benar berpisah akan aku buat rumah tanggamu bagai di neraka!]Sebuah pesan ancaman dari Mbak Delia masuk ke ponselku. Dia mencoba untuk mengancamku, hah, aku tidak takut sama sekali. Dia yang lebih dulu bermain api, setelah terkena percikannya lalu dia menyalakan orang lain atas kesalahannya. Licik sekali.[Kamu yang bermain api dan terkena percikannya sendiri lalu menyalakan orang lain! Sama sekali nggak takut sama ancamamu!] balasku[Kita lihat aja nanti!] balasnya lagi.Kembali aku menscreenshoot chattingan dari Mbak Delia sebagai bukti bahwa dia memang sangat licik.Refaldy, Ayah dan paman akan kembali hari ini setelah keper
POV AUTHOR"Sial, wanita kampung itu ternyata mengadu pada Mas Aron. Dan kini aku digugat cerai. Lihat aja aku akan membuat rumah tanggamu pun hancur!" pekik Delia di dalam kamarnya.Setelah menyuruh orang untuk memata-matai istrinya--Aron pun mengambil langkah untuk menggugat cerai Delia.Ia menyadari bahwa pernikahannya sudah tak sehat lagi, tidak ada yang bisa dipertahankan lagi. Aron juga menyadari kesalahan yang sudah ia perbuat terhadap orang tuanya dan juga Arumi.Aron berpikir langkah yang saat ini ia ambil adalah jalan yang terbaik. Ia juga tidak akan rela jika Delia berusaha merusak rumah tangga adiknya.Kebusukan dan kelicikan Delia sudah tercium oleh Aron, dan itu membuat Aron membenci Delia. Ia juga akan mengambil hak asuh anaknya."Mas! Kamu kenapa lebih percaya pada omongan wanita kampung itu daripada aku! Aku ini istrimu, seharusnya kamu lebih percaya aku!" Delia berteriak menghampiri Aron yang berada di ruang kerjanya."Aku harus percaya pada buaya betina sepertimu gi
"Wanita sialan!" pekik Dion menahan sakit.Melihat Dion yang tersungkur dan menahan sakit Wisna pun berlari menuju ke mobil.Dion bangkit dan mengejar Wisna, namun Wisna sudah masuk ke dalam mobil dan sudah menyalakan mesin mobil bersiap untuk pergi.Namun Dion berdiri tepat di depan mobil Wisna dengan wajah penuh amarah."Minggir kamu, Mas, jika nggak ingin aku tabrak!" teriak Wisna."Kunci semua gerbang agar wanita ini nggak bisa pergi!" teriak Dion pada semua security.Semua security pun menjalankan perintah dari Dion dengan menutup dan mengunci pintu gerbang.Dion memaksa Wisna untuk segera turun dari dalam mobilnya, namun Wisna sama sekali tidak mau membukakan pintu mobil."Jangan membuatku bertambah kesal, Wisna!" bentak Dion.Wisna sangat ketakutan ia menarik napasnya dalam-dalam berusah setenang mungkin."Aku perlu menenangkan pikiranku!" ucapnya mengulur-ngulur untuk keluar dari dalam mobil.Diam-diam tangannya mencari kontak Ayu dan meneleponnya, agar Ayu tahu dan bisa memba
"Mbak, bangun Mbak!"Arumi menepuk-nepuk pipi Wisna dengan pelan berusaha untuk menyadarkannya. Sedang Refaldy terlihat ikut cemas dan khawatir melihat keadaan di dalam."Maaf, pintunya aku tutup dulu soalnya Mbak Wisna nggak pakai baju," kata Ayu pada Refaldy dan langsung menutup pintunya.Refaldy menunggu di luar dan mengedarkan pandangan ke sekitar, matanya mencari-cari di mana keberadaan suaminya Wisna.Arumi dan Ayu di dalam kamar berusaha untuk menyadarkan Wisna, dan juga membantu untuk memakaikan pakaian ke tubuhnya.Luka lebam bekas tamparan dan pukulan terlihat sekali di wajah dan juga lengannya. Melihat Wisna seperti ini hatinya pun ikut merasakan sakit. Biar bagaimanpun mereka tetaplah kakak kandung Arumi.Perlahan kesadaran Wisna datang, ia mengerjapkan matanya berkali-kali dan meringis sakit."Ayu," ucap Wisna pelan.Melihat keberadaan Ayu di sini membuat Wisna bisa bernapas lega. Ia segera menghambur ke dalam pelukan Ayu dan terisak."Mbak kenapa bisa seperti ini?" tanya
Darah mengalir dari kening Arumi, pandangannya perlahan mengabur dan gelap. Frans dan Dion melarikan diri dari rumah, mereka ketakutan melihat keadaan Arumi."Akan aku cari kalian sampai di ujung dunia pun!" teriak Refaldy murka.Refaldy buru-buru membopong tubuh Arumi dan berjalan menuju ke mobilnya. Ia ingin secepatnya membawa Arumi ke rumah sakit."Mbak, kali ini aku pun kecewa padamu. Apa Mbak belum sadar juga atas semua perlakuan Mbak pada Arumi?" tanya Ayu kecewa."Dia membuat Mas Dion jadi membanding-bandingkan diriku, Yu. Kamu juga tak menyukainya bukan? Jangan munafik!" keluh Wisna."Itu dulu sebelum aku menyadari semua kesalahanku. Apakah kamu nggak pernah mikir kalau kejadian ini adalah salah satu cara Allah menegurmu, Mbak!" bentak Ayu kesal."Mbak Ayu mau ikut atau tetap di sini, aku nggak punya banyak waktu!" tegas Refaldy."Aku ikut kamu ke rumah sakit."Ayu segera masuk ke dalam mobil menemani Arumi yang terbaring tak sadarkan diri di kursi belakang.Mereka meninggalka
"Ibu sama Bapak duduk dulu di sini, biar aku jelaskan semuanya."Refaldy menyuruh mertuanya untuk duduk di sofa yang terdapat di dalam kamar mereka."Tadi kami bertiga pergi ke rumah Mbak Wisna, karena panggilan teleponnya pada Mbak Ayu membuat Arumi khawatir."Perlahan Refaldy mulai menjelaskan tanpa sekalipun mertuanya memotong ucapannya. Mereka mendengarkan dengan seksama.Begitu syok ketika mendengar Wisna mendapatkan KDRT dari suaminya. Terlebih lagi ketika mengetahui jika Dion berselingkuh dengan sesama jenis sampai berbuat maksiat. Itu adalah hal yang sangat memalukan.Lantas Refaldy juga menceritakan pertengkarannya dengan Dion hingga menyebabkan Arumi terluka. Dan ia melaporkan Dion pun Frans ke polisi, tapi naas sesuatu yang buruk menimpa mereka."Lalu bagaimana dengan Wisna sekarang?" tanya Ibu cemas."Mbak Wisna masih ada di rumahnya, Bu. Dia masih saja bersikap keras kepala dan tak mau mengakui kesalahannya," ucap Ayu."Lalu kamu, Yu? Ada masalah apa kamu dengan Pandu?" t
SERANTANG RENDANG BASI part 46Tujuan Wisna kali ini adalah pergi ke rumah Arumi, ia ingin bertemu dengan kedua orang tuanya juga meminta maaf pada Arumi.Setelah semuanya yang sudah terjadi Wisna baru menyadari kesalahan yang selama ini ia perbuat."Kita pergi ke rumah Tante Arumi ya, Dimas. Di sana juga ada Kakek sama Nenek," ucap Wisna lembut."Iya, Ma."Wisna memberhentikan mobilnya di pinggiran toko kue. Lalu ia lebih dulu keluar dari dalam mobil kemudian membukakan pintu untuk anaknya."Kita beli kue dulu buat tante juga kake dan nenek," ucapnya lembut.Dimas hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum manis. Bocah paud itu belum mengerti tentang permasalahan yang terjadi dalam keluarganya. Ia juga belum tahu kalau sang Papa mengalami kecelakaan yang parah.Wisna tak ingin menceritakannya, sebisa mungkin ia akan menutupi permasalahan itu dari Dimas agar tak mengganggu mental si anak."Kamu mau brownies?" tanya Wisna."Mau, Ma. Dimas suka kue cokelat.""Ayo kita beli yang banyak."
Aron, Wisna dan Ayu berjalan menghampiri Arumi lalu memeluknya dengan erat seperti orang yang sudah lama tak pernah bertemu."Maafin, Mas sama Mbakmu, ya, Dek. Kami terlalu banyak membuat kesalahan padamu.""Bodoh sekali sudah menyakiti adik sebaikmu! Adik yang dengan tegas membela orang tuanya, berusaha untuk mengingatkan kakak-kakaknya dari kegilaannya tentang harta, reputasi!" "Sudahlah, nggak usah diingat-ingat lagi. Yang penting kalian sudah niat ingin merubah diri menjadi lebih baik lagi," ucap Arumi.Aron, Wisna dan Ayu mengangguk pelan dan tersenyum. Lalu Aron menguraikan pelukannya dan mengambil tote bag yang tadi ia bawa."Duduklah, Bu, Pak. Aku punya sesuatu untuk kalian. Kau juga duduk, Rum. Mas punya hadiah untukmu," ujar Aron bersemangat.Semuanya duduk di sofa lalu memperhatikan Aron yang tengah sibuk untuk membagikan oleh-oleh untuk mereka."Ini untuk Ibu dan Bapak, ini untuk Arumi, Wisna, Ayu, Refaldy," ujar Aron membagikan satu per satu tote bag."Banyak sekali," uc