Arumi tertunduk malu tidak berani menatap manik hitam milik Refaldy."Oh, ayo kalau begitu. Aku juga lapar lagi," kilahnya untuk mengusir rasa malu.Arumi lebih dulu berjalan di depan Refaldy. Namun Refaldy dengan cepat mensejajarkan diri dengan Arumi. Mereka pun berbelok ke restoran.Refaldy menarik bangku dan menyuruh Arumi untuk duduk. "Makasih," kata Arumi."Sama-sama, Sayang. Eh, nggak papa 'kan aku manggil sayang?" tanyanya.Kepala Arumi mengangguk pelan.Waiters datang dengan membawa buku menu untuk Arumi dan Refaldy. Arumi membuka buku itu dan melihat daftar makanan yang tertera di sana.'Banyak jenis makanan yang nggak aku tau. Ini makanan bule semua, singkong goreng nggak ada kah di sini?' batinnya.Refaldy yang paham melihat gestur tubuh dan mimik wajah Arumi pun mengerti dengan kecemasan istrinya tersebut."Nasi goreng seafood dua, jus alpukat dua. Dimsum dua, donat cokelat dua. Air mineral botol dua, burger dua," imbuh Refaldy."Banyak banget pesannya. Itu 'kan nggak ada
Selesai mandi dan mengambil air wudu gegas Refaldy ke luar hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya, lalu segera mengambil baju ganti di lemari.Refleks Arumi menutup mata dengan kedua telapak tangannya melihat roti sobek punya Refaldy."Kenapa tutup mata, 'kan semalam kamu sudah melihatnya," ceplosnya sambil mengerlingkan sebelah mata."Diih," ujar Arumi gugup.****Selesai menikmati sarapan--Refaldy mengajak Arumi pergi ke kolam renang.Sehari saja tidak bersama dengan orang tuanya rasa kangen itu menggebu di hati Arumi.Ia lantas meminta Refaldy untuk menelepon keluarganya, menanyakan bagaimana kabar kedua orang tuanya di sana.sambungan telepon pun terhubung kepada Bundanya.Refaldy memberikan benda layar pipih itu pada Arumi. Agar Arumi sendiri yang berbicara langsung pada mertuanya."Assalamualaikum, Tante. Emm, maksudku, Bunda.""Waalaikumsalam, Sayang. Ada apa, Rum? Apa ada masalah di sana? Apa Refaldy berbuat hal konyol padamu?"Sang mertua memberondong pertanyaan. Telepon
Keluarga Refaldy dan juga keluarga Arumi semuanya berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama.Penampilan Delia hanya untuk makan malam di dalam rumah saja seperti orang yang makan malam di restoran mewah.Menggunakan dress berwarna navy di atas lutut dengan bagian lengan terbuka. Memperlihatkan kemulusan kulitnya. Belum lagi rambut yang dicepol dan menyisakan helaian rambut di sisi kiri dan kanan. Memperjelas leher jenjangnya untuk dipamerkan.Ayu dan Wisna pun memakai dress di atas lutut. Kehadirannya di sini bak nyonya yang mempunyai rumah."Selamat malam semuanya," ucap Pak Ahmad Batara."Malam, Pak," sahut yang lainnya seraya bangkit dari duduknya dan sedikit membungkukan badannya memberi hormat.Pak Ahmad Batara menarik kursi dan duduk. Yang diikuti oleh lainnya, kembali duduk ke kursi masing-masing.Asisten rumah tangga sudah standby untuk melayani mereka mengambilkan makanan."Ayo, silakan ambil makanannya," ucap Bunda yang diangguki suaminya.Dengan sigap Arumi mengambi
Wisna menarik rambutnya frustasi setelah mengetahui rahasia kegilaan suaminya. Ia pikir cuma dirinya--wanita satu-satunya yang Dion cintai. Nyatanya ada orang kedua dan ketiga yang Dion cintai. Yang lebih menjijikan lagi Dion mencintai sesama jenis. Sungguh menjijikan."Aku terlalu naif, Mas. Kamu begitu menjijikan," lirih Wisna seraya memandangi wajah Dion yang sedang terlelap.Wisna buru-buru menyimpan bukti-bukti perselingkuhan Dion dengan gundiknya dan juga sesama jenisnya.Wisna memfoto chattingan itu ke ponselnya. Buru-buru Wisna menaruh lagi ponsel milik Dion ke tempatnya semula.Ia menarik napas panjang lalu mengembuskan untuk mengontrol rasa emosinya yang kian membuncah.Tidak mau gegabah dan langsung mencak-mencak. Wisna berusaha setenang mungkin walaupun kenyataannya ia harus menelan kepahitan.'Aku akan mencari tahu siapa mereka, Mas. Aku juga akan mengamankan harta yang seharusnya untukku dan anak kita,' batinnya.****Pagi ini Arumi turun langsung ke dapur untuk memasa
Arumi diajak Refaldy pergi ke beberapa kantor perusahaannya bersama dengan Pak Ahmad Batara.Mereka memperkenalkan Arumi sebagai anggota baru di keluarganya. Begitu bangga baik itu Refaldy dan juga Pak Ahmad Batara mengenalkan Arumi kepada karyawan dan juga rekan bisnisnya.Jemari Arumi tak lepas dari genggaman tangan Refaldy. "Sangat serasi, Pak. Cantik dan ganteng, dahlah nanti anak kalian kaya gimana itu cakepnya," seloroh beberapa karyawan.Refaldy tersenyum senang begitupun dengan Pak Ahmad Batara, sedangkan Arumi tersipu malu.Mereka dengan telaten mengajarkan Arumi cara bekerja di kantor. Bahkan Pak Ahmad ingin Arumi menjadi salah satu direktur di kantornya.Namun ajakan itu ditolak halus oleh Arumi. Ia tak mau nanti dibilang aji mumpung oleh orang lain karena menikah dengan Refaldy."Biarkan saya tetap bekerja sebagai di restoran steak Ayah," imbuh Arumi."Ya, silakan. Tapi bukan jadi pelayan lagi. Kamu jadi direktur di sana, sesekali cukup pantau pekerjaan karyawan saja," uj
Mobil lelaki baik yang menolong Ayu pun tiba di rumah sang kakak. Ia mematikan mesin mobil dan menoleh ke Ayu. Namun Ayu masih terlelap, ragu untuk membangunkannya.Namun jika tidak dibangunkan bagaimana ia akan mengajak Ayu masuk ke dalam. Sengaja berdehem agar Ayu mendengarnya dan terbangun, namun Ayu sama sekali tak merespon.Tarra menghela napas panjang dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lalu dengan hati-hati ia menepuk pundak Ayu agar Ayu bangun."Hei, sudah sampai, bangunlah dari tidurmu," ujarnya.Beralih menepuk pelan pipi Ayu dengan sedikit rasa sungkan. Ya, lebih baik seperti itu untuknya. Daripada ia harus membopong Ayu masuk ke dalam rumah.Beberapa saat Ayu mulai mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia baru tersadar, memegang kepalanya dengan sebelah tangan karena masih merasakan pusing akibat minuman berakohol itu."Aku di mana?" Matanya melihat sekeliling."Di depan rumah kakakku," jawab Tarra."Kamu siapa?" tanya Ayu seolah lupa dengan kehadiran Tarra yang menolongn
Aku masih tidak menyangka jika Refaldy adalah anak dari keluarga pengusaha. Bahkan papiku pun tahu pengusaha Ahmad Batara.Lelaki yang sering aku remehkan ternyata tajir melintir. Bahkan dia mempunyai resort mewah di berbagai kota dan juga mempunyai restoran steak yang terkenal.Gila, kalau tahu Refaldy kaya aku pasti akan bersikap baik padanya. Huh, Delia, kenapa kamu tidak mencari tahunya dulu soal siapa Refaldy waktu itu.Tak kupungkiri jika Refaldy memang paket komplit. Dia tampan, tajir, pengusaha. Apalagi dia anak tunggal dari Ahmad Batara, pasti harta kekayaannya jatuh semua untuk Refaldy.Ternyata umurku dengannya pun hanya berselisih satu tahun saja lebih tua aku. Tidak bisa dibiarkan ini, enak saja Arumi si wanita miskin itu sekarang hidup bergelimang harta milik Refaldy dan keluarganya.Kenapa Refaldy bukan jodohku sih. Kenapa harus Arumi yang berjodoh dengannya. Kenapa Tuhan tidak mempertemukan aku lebih dulu dengan Refaldy.Aku mematut diri di depan kaca, wajahku cantik d
Seusai seminggu aku tinggal di rumah mertua setelah pernikahan. Refaldy pun memboyongku beserta Bapak dan Ibu untuk tinggal di rumah yang dibelinya sendiri.Minggu lalu aku telah menemani Bu Inah untuk berbelanja di supermarket langganan keluarga mereka. Lalu pagi tadi aku pun berbelanja untuk keperluan di rumah baru yang kami tempati sekarang.Refaldy pun membawa dua orang asisten rumah tangga yang berada di rumah orang tuanya untuk tinggal di sini.Semua kebutuhan makanan sudah tersedia di dalam kulkas. Refaldy pun menyuruhku untuk menyetok makanan seperti biskuit dan buah-buahan untuk cemilan Bapak dan Ibu.Sebagai seorang suami Refaldy telah menjalankan kewajibannya dengan sangat baik. Dia begitu tanggung jawab dan menyayangiku pun juga kepada kedua orang tuaku. Tak membedakan antara orang tua kandung dengan orang tua dari istrinya.Semalam Refaldy meminta izin untuk pergi ke Jakarta karena ada urusan bisnis untuk beberapa hari. Ia mengajakku, namun aku menolaknya lantaran kasihan