Share

Aira Menunjukkan Jati Diri

Aku benar-benar kecewa mendengar pengakuan Mas Aksa, dia dengan mudah mengeluarkan uang banyak agar bisa dilayani Selena. Sedangkan, aku istri sahnya harus sengsara dengan uang bulanan yang kurang. Ibu mertua bahkan menganggapku menantu boros tidak bisa mengelola gaji suami.

Aku tidak pernah membantah apapun yang Mas Aksa minta, dan selalu menurut. Ya Tuhan, kenapa aku harus dipertemukan dengan pria tidak punya hati.

Kuhentakkan tangannya dengan kasar. "Lepas!" teriakku. "Lebih baik kamu talak aku sekarang, Mas," ucapku dengan suara bergetar.

Pria di depanku tersentak kaget lalu menggeleng. "Ai, sampe kapanpun mas tidak akan menceraikanmu, Titik!" tegasnya.

"Kamu pria egois yang pernah aku temui, Mas. Aku menyesal mencintai kamu," lirihku dengan suara tercekat.

Tubuh ini terguncang menahan gelombang amarah yang sebentar lagi meledak, Mas Aksa meremas bahuku dengan sorot tajam. "Kamu kenapa tiba-tiba meminta cerai atau memang benar kamu dan Sean selingkuh!" tudingnya sarkas.

"Kenapa kamu selalu menuduhku selingkuh dengan Mas Sean, Mas? Sedangkan kamu tahu aku dengannya tidak pernah kenal dekat," bantahku.

Ya, memang aku hanya mengenal Mas Sean sebatas teman kerja Mas Aksa. Aku malah tidak tau kalau pria itu menaruh hati denganku.

"Karena dia ingin merebut kamu dariku, Ai," teriaknya dengan rahang mengeras.

"Aaargh, sakit, Mas," ringisku. Mas Aksa semakin meremas bahuku begitu kencang. Aku berusaha memukul dada bidangnya dengan kuat.

"Kamu pikir aku akan membiarkan kalian bersama. Jangan bermimpi kamu bisa lepas dariku, Aira!"

Aku bergidik ngeri, melihat sikap Mas Aksa berubah kasar. Selama menikah baru sekarang dia menyakiti fisikku.

"Mas Aksa." Tiba-tiba terdengar teriakkan Selena di depan pintu kamar sambil menggedor pintu dengan kencang.

Sorot tajam Mas Aksa tiba-tiba meredup tatapannya kembali lembut seolah tidak terjadi apa-apa. Dia melepaskan cengkraman tangannya dari bahuku.

"Ai, Mas minta maaf sudah buat kamu takut. Kamu jangan pergi kemana-mana, mas temui Selena dulu, ya, Sayang," bisiknya seraya mencium pipiku gemas.

Aku menarik napas lega sementara terbebas dari Mas Aksa. Ya Tuhan, ada apa dengan Mas Aksa. Kenapa dia bersikap aneh seperti itu?

Suamiku membuka pintu kamar hanya dengan handuk melilit di badan. Benar saja tak lama terdengar suara ocehan Selena ke Mas Aksa.

"Mas, kamu sedang apa dengan Mbak Aira?" tanyanya penuh selidik. Aku yakin gadis itu berpikir kami sedang melakukan sesuatu, melihat Mas Aksa hanya mengenakan handuk saja.

"Selena, kamu kemana saja? Kenapa kamu tidak memasak untuk ibu dan Ratu?" cecar Mas Aksa marah. Dia menghiraukan pertanyaan Selena.

Aku melirik sinis ke arah Selena lalu kuberikan senyum mengejek agar Selena semakin terbakar cemburu.

"Mas, tadi pagi aku ke rumah orang tuaku tidak sempat memasak dan beres-beres rumah. Mas kan tahu usaha ayam potong papa ditipu orang, aku juga pulang ingin meminta modal sama kamu yang aku minta tadi pagi. Malah aku melihat kamu sedang bersenang-senang dengan Mbak Aira," jawabnya emosi.

Aku tersenyum miring, lalu melipat tangan di dada. Dia masih saja berbohong mengatakan orang tuanya tertipu.

"Selena, apa kamu lupa Mas Aksa masih suamiku. Kamu tidak berhak melarang kami berduaan!" sinisku. Biar saja gadis itu semakin cemburu, itu yang aku mau.

Selena mendengus kesal mendengar ucapanku.

"Aku tidak lupa Mbak Aira istri pertama Mas Aksa. Aku hanya minta pengertian Mbak Aira jangan menguasai Mas Aksa sendirian," ujarnya geram.

Apa! Aku menguasai Mas Aksa. Apa tidak salah? Selama ini dia yang menguasai seluruh gaji dan waktu suamiku. Pintar sekali dia memutar balikkan fakta.

"Selena, kamu bilang aku menguasai Mas Aksa. Apa tidak salah? Kamu yang sudah merebut suamiku dan merampas hakku. Kamu juga meminta bayaran pelayanan kamu di ranjang ke Mas Aksa. Jadi, jangan minta pengertian dariku!" jawabku tidak terima.

Mendadak wajah gadis itu berubah pias mungkin dia kaget aku mengetahui rahasia dia dengan Mas Aksa. Ibu yang berada dibelakang Selena terkejut. Wanita yang melahirkan suamiku harus tahu menantu yang dianggap kaya ternyata memeras putra kesayangannya.

Ibu yang berharap memiliki menantu kaya agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya yang mewah, justru putra kesayangannya diperas saat meminta haknya sebagai suami Selena.

"Apa?" seru ibu mertuaku tampak shock.

Selena berbalik menatap ibu mertua dengan wajah takut.

"Selena apa benar kamu meminta bayaran saat melayani putraku?" tanya ibu.

Aku tersenyum dikulum, melihat ibu dan Selena bersitegang.

"I--tu tidak benar, Bu. Mbak Aira bohong, dia pasti iri, dia ingin ibu membenciku," jawabnya gugup.

Kurang ajar. Dia kembali memfitnahku. tidak bisa dibiarkan aku harus membongkar kebohongan Selena sekarang juga.

"Ini semua karena ibu. Andai, ibu tidak memaksaku menikahi Selena, Aira tidak akan meminta cerai. Ibu lihat apa kurangnya Aira, dia istri yang baik, melayaniku dengan ikhlas berbeda dengan Selena yang selalu meminta bayaran," potong Mas Aksa.

Aku memutar bola mata malas mendengar pujian Mas Aksa ke ibunya. Kenapa baru sekarang kamu memuji aku istri yang baik mas setelah hati ini hancur, apa karena Selena tidak sesuai dengan ekspetasi kamu.

"Mas, kamu bicara apa!" Selena terlihat tidak terima dengan perkataan Mas Aksa. "Aku hanya meminta hakku, dan kewajiban kamu memenuhi kebutuhanku," ujarnya.

"Sudah, kalian jangan bertengkar ini sudah malam," sela ibu menengahi. Mungkin ibu tidak mau disalahkan putra sulungnya karena menjodohkannya dengan Selena yang ternyata tidak sesuai bayangan.

Ibu begitu takut bila Mas Aksa marah dengannya, beliau akan memilih diam.

"Oh, jangan-jangan karena Mbak Aira mengaku-ngaku pemilik resto ayam bakar madu, jadi Mas Aksa dan ibu ingin menyingkirkanku!" tuduhnya sengit.

Ibu yang hendak menyudahi perdebatan kembali berbalik memandang menantu kesayangannya. Mungkin ibu tidak terima dengan tuduhan menantunya.

"Selena, apa benar peternakan orang tua kamu sebenarnya kebakaran tidak ditipu?" tanya ibu penuh selidik. Kini berbalik menyerang menantu kebanggaannya.

Ah, akhirnya ibu menanyakan kebenarannya juga, makin seru.

"I--ibu tau dari mana?" tanyanya dengan wajah pias.

"Aku yang mengatakannya," ujarku menantang.

Selena tersentak mengalihkan pandangan kearahku. "Mbak Aira yang mengatakannya?" tanyanya dengan suara tercekat.

"Iya, aku yang mengatakan peternakan orang tua kamu kebakaran. Dan, dengan liciknya kamu memfitnah resto tempatku bekerja, mengatakan ke ibu kalau resto sudah menipu Raja ayam potong," ungkapku dengan menggebu.

Bola mata wanita di depannya semakin lebar, mungkin dia tidak akan menyangka aku membongkar kebohongannya.

"Mbak Aira ternyata jahat, ya. Mbak pasti iri kan karena ibu sayang denganku, mbak membuat cerita bohong agar bisa menarik simpati ibu," jawabnya berpura-pura sedih.

Pintar sekali dia bersandiwara dalam keadaan terdesak pun dia masih berbohong.

"Kalau kamu mau lihat aku jahat. Baik, aku akan tunjukkan sisi jahatku. Selena besok pagi kamu harus mengembalikan uang resto atau kamu akan masuk jeruji besi dengan kasus penipuan!" tegasku.

Aku memberikan tenggang waktu 2 minggu karena melihat Pak Raja beliau orang baik aku tidak tega tapi melihat sikap anaknya rasa ibaku seketika hilang.

"Hahahaha, Mbak Aira jangan ngehalu. Kamu masih berkhayal jadi pemilik resto ayam bakar madu lagi?" tawa Selena menggema ke seluruh ruangan. "Lihat, Mas, Ibu, Mbak Aira baru kerja sehari sudah tidak waras," ejeknya.

Mas Aksa mengeryit kening, dia memandangku dengan pandangan entah. Mungkin dia juga berpikir aku sudah gila.

"Ai, Sayang. Sepertinya kamu lelah, ayo istirahat dulu." Mas Aksa merengkuh bahu hendak membawaku ke dalam kamar.

"Lepas, Mas. Kamu juga mengira aku gila seperti apa yang dibilang Selena dan juga ibu, iya?" tanyaku. Aku menepis tangannya dari bahu ini.

"Tunggu, jika memang Aira pemilik resto berarti selama ini Aira orang kaya, Aksa," potong ibu sepertinya mulai percaya.

"Ibu jangan percaya dengan Mbak Aira, mana mungkin orang kaya mau hidup sengsara," balas Selena semakin tidak terima.

Bisa kulihat wajah ibu terlihat ragu antara percaya perkataan Selena atau menerima kenyataan kalau aku pemilik resto.

"Kamu benar, Selena. Untuk apa Aira berpura-pura miskin memangnya dia sedang main sinetron," sangkal ibu mengiyakan perkataan menantu kesayangannya.

Aku tersenyum simpul, percuma menjelaskan panjang lebar ke ibu dan Selena, karena mereka akan tetap menganggapku tidak waras. Lebih baik aku membuktikan ke mereka, aku pemilik resto ayam bakar madu langganan ibu.

Aku mengambil ponsel dari dalam saku, lalu memencet nomor Nadia. Selena selama ini hanya tahu pemilik resto Nadia--sahabatku.

Tidak lama suara Nadia terdengar dari sambungan telepon. "Hallo, Ai." Aku sengaja membesarkan suara ponselku.

"Nad, besok kamu tagih uang pengembalian ke Raja ayam potong. Jika mereka berkelit kamu sewa pengacara untuk membawa kasus penipuan ini ke jalur hukum," titahku dengan suara tenang.

"Ok, Bu bos," sahut Nadia.

"Terima kasih, Nad," ucapku lalu aku mematikan teleponku.

Selena melangkah mundur wajahnya pucat dengan tubuh gemetar. "Mbak Aira pasti bohong." Gadis berambut panjang itu menggelengkan kepala masih tidak percaya.

Aku menatapnya dengan dagu terangkat. "Terserah, kamu lihat saja besok apa yang akan terjadi," tukasku.

Sudah habis rasa sabarku, lebih baik aku mengungkapkan siapa diriku. Setelah itu aku akan menggugat cerai Mas Aksa.

"Ai, jadi benar kamu pemilik resto itu bukan Nadia?" tanya Mas Aksa dengan senyum sumringah.

"Apa kamu masih menganggapku nggak waras, Mas?" tanyaku sinis.

Mas Aksa tersenyum bahagia, dia memeluk tubuhku begitu erat. "Syukurlah, Ai," ucapnya terdengar lega.

"Aira, jadi benar kamu pemilik resto ayam bakar madu. Syukurlah, ibu senang sekali punya menantu kaya," ucap ibu antusias.

Tubuh Selena terguncang hebat, kedua lutut gemetar. Aku yakin dia sedang membayangkan tidur di hotel prodeo.

Aku mendorong tubuh Mas Aksa. "Besok aku akan mengurus perceraian kita, mas," ucapku tegas.

Mas Aksa terkesiap. "Ai, kamu jangan main-main, aku tidak mau kita bercerai. Kita akan menua bersama, apa kamu lupa kita sudah berjanji akan selalu bersama dalam keadaan susah atau senang," tegas Mas Aksa menolak berpisah.

"Aira, maafkan ibu. Ibu yang salah sudah memaksa Aksa menikahi Selena, karena ibu pikir Selena orang kaya. Kamu tahu sendiri biaya hidup semakin mahal, ibu hanya ingin memanfaatkan keluarga Selena untuk menanggung kehidupan kami. Ibu mohon jangan meminta cerai, ya. Ibu sudah merestui kalian." Ibu meraih tanganku sambil memohon.

"Ai, kamu dengarkan ibu sudah merestui kita, Sayang. Mas janji akan jadi suami yang baik buat kamu."

"Oh, jadi ibu hanya ingin memanfaatkan kekayaan keluargaku saja," seru Selena tidak terima. Dia menatap nyalang kearah ibu dan juga Mas Aksa.

"Kalau iya memangnya kenapa? Kamu lihatkan Aira juga orang kaya," balas ibu tidak mau kalah.

"Ibu jahat, aku tidak terima diperlakukan seperti ini!" ujar Selena.

"Halah, memangnya kamu mau berbuat apa ke ibu. Apa kamu lupa Aira akan menuntut kamu," balas ibu sinis.

Suasana semakin memanas. Mas Aksa kebingungan karena ibu dan istri keduanya bertengkar. Melihat Mas Aksa sedang memisahkan ibu dan Selena, aku memilih membereskan semua pakaianku. Malam ini aku akan keluar dari rumah ibu.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status