Share

22. Senjata Makan Nona

Kini tangannya mengambil sendok, lalu mengambil bubur buatannya. "Tolong cobain bubur buatanku," pintanya dengan sendok yang sudah terjulur hingga ke bibirku. Maka mau tak mau kulumat juga nasi lembek itu. "Enak gak?" tanya Bian dengan wajah harap-harap cemas.

"Eum ... boleh juga."

Bian tersenyum senang. "Lagi?" Ia kembali menyorongkan sendok hingga mulutku.

EHEM-EHEM

Refleks aku dan Bian berpaling. Sosok Ega menatap kami dengan tajam.

"Setrikain kemejaku, Mik!" suruhnya datar.

"Iya." Aku mengangguk pelan.

Ega kini menatap Bian. "Dan kamu tolong panaskan mesin mobil," titahnya kali ini dingin.

"Oke." Bian menjawab santai. "Tan!" Dia melambai pada Tania yang datang. "Siapkan bubur ini untuk sarapan, ya," suruhnya begitu Tania mendekat.

"Oke." Tania membalas dengan senyuman manis.

Selanjutnya Bian beranjak menuju garasi untuk memanasi mesin mobil. Sedangkan aku dan Ega kembali menuju kamar.

"Ngobrol apa aja tadi bareng Bian?" kepo Ega ketika aku mulai menggosok kemeja warna kremnya.

"Ga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status