"Aaahhh …" Adita tidak sengaja mendesah kuat. Dia belum menyadari kalau Nicko sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya akibat suara sensual nya yang dia keluarkan begitu saja. Nicko tersenyum. Dia sudah mengerti sekarang. Dengan gerakan yang dapat membangkitkan gairah Adita, Nicko mengusap paha Adita yang hanya memakai hot pants berwarna hitam. Lidahnya kembali menyapu perut Adita. Lagi-lagi Adita mendesah kuat tanpa sadar. *Disaat kau sedang kedatangan tamu bulanan seperti ini, kamu justru semakin menggoda Adita. Sialan!! Apa yang harus aku lakukan?!* Nicko memejamkan matanya. Sambil melakukan tugasnya meringankan sakit perut Adita, dia juga mendengarkan sahutan suara sensual Adita yang sedari tadi keluar masuk telinga nya. Sudah dipastikan telinga Nicko memerah sekarang. Tak henti-hentinya jakun Nicko naik dan turun. *Damn! Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi! Kau sungguh menggoda Adita!* Nicko beralih mengurung Adita di bawah kungkungan nya. Dia melihat mata Adita
Setelah kegiatan yang cukup panas, Adita akhirnya kembali terlelap dalam keadaan tanpa mengenakan busana atasan. Dia tertidur di dalam pelukan hangat Nicko. Skin to skin tadi membuat Adita mengeluarkan tenaganya untuk menahan gejolak hasrat yang sudah menggebu-gebu. Dan pada akhirnya Nicko mengakhiri menggoda Adita. Puncaknya mereka masuk ke dalam alam mimpi sambil berpelukan mesra. Tak terasa, waktu terus berjalan. Matahari pun mulai menggelap. Berganti dengan cahaya rembulan. Perlahan sepasang mata dengan bulu mata lentik hitam mulai terbuka. Alisnya menaut menstabilkan cahaya redup yang baru saja ia lihat. "Kenapa gelap seperti ini?" Nicko menggeser tangannya yang menjadi bantal Adita. Wanita cantik itu masih terlelap. Nicko merilekskan tangannya yang sedikit kaku. Setelah itu, dia berjalan untuk menyalakan lampu kamar. Dia juga menutup jendela kamar. Agar angin malam tidak masuk begitu saja. Nicko duduk di tepi ranjang. Dia membelai rambut panjang Adita. Nicko mendekatkan wa
Keesokan harinya, semua aktivitas Adita dan Nicko kembali berjalan seperti biasa. Adita yang menjahili Nicko dengan cara yang tak lazim membuat Nicko harus menyingkirkan jauh-jauh fantasi liar nya. Tak mungkin Nicko akan menerjang Adita begitu saja. Wanita itu masih dalam zona datang bulan nya. Nicko harus menunggu sekitar lima hari lagi. Setelah itu, dia akan menggempur tubuh Adita habis-habisan. Sebagai akibat balasan telah berani menantang Nicko dengan mini dress nya. Sekarang, Nicko sedang duduk di sofa sambil memangku laptopnya. Kedua mata nya dengan tajam dan fokus menatap layar laptop. Kacamata anti radiasi UV laptop bertengger gagah di hidung mancung Nicko. Dari lantai atas, Adita menatap dirinya di cermin. Tubuhnya berputar membuat dress nya tersingkap ke atas. Seolah-olah terbang. Flounce dress of shoulder yang berwarna putih sedikit menerawang itu melekat indah di tubuh Adita yang proporsional. Adita menyemprotkan sedikit parfum. Lalu berjalan keluar kamar. Kakinya men
Nicko berdiri tepat di depan pintu kamar mandi Adita. Nicko melipat tangannya di atas perut nya. Semakin lama Nicko menunggu Adita, dia justru merasa tidak sabaran. Berkali-kali dia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar mandi. Sampai pada akhirnya pintu pun terbuka. "Oh, akhirnya sayang." Nicko tersenyum lebar. "A-apa yang kau lakukan di sini Nicko?" Adita memegang erat handuk yang melilit tubuhnya. "Wow? Kau menggoda ku?" Adita berdecak sebal. Dia mendorong tubuh Nicko dari hadapannya. "Sudahlah Nicko. Tinggalkan aku sendiri sekarang! Aku ingin beristirahat." Adita membuka lemari pakaian nya. Dia mengambil beberapa pakaian santai. "Berdandan lah malam ini! Aku akan mengajakmu berkencan." "Ha? Be-berkencan katamu?" Nicko mengangguk. "Berikan penampilan terbaikmu malam ini. Aku menunggumu sayang …" Nicko keluar dari kamar Adita. Membiarkan wanita itu untuk mencerna apa yang dia katakan. "Apa dia bersungguh-sungguh dengan ucapan nya tadi?" Adita mengerutkan da
"Kau tau?" Nicko meletakkan sendok dan garpu. Tangannya beralih menopang dagunya. "Apa?" Adita masih memakan hidangan yang tersaji di depan nya. Nicko tak kunjung mengeluarkan suara nya. Adita merengut sebal. Dia mengambil tissue dan mengepalkan tissue tersebut. "Katakan! Ada apa Nicko?" "Coba tebak!" Nicko tertawa kecil. Dia menikmati wajah Adita yang terlihat kebingungan. "Cih! Menyebalkan!" Adita melemparkan tissue yang dia buat menggulung pada Nicko. Lalu berjalan cepat meninggalkan Nicko yang masih tersenyum seperti orang gila. "Dia memang tidak pernah berubah! Selalu saja menyebalkan!" Adita menggerutu sepanjang kakinya melangkah. "Hahaha … sayang, hei mau ke mana?" "Aku ingin kabur jauh dari mu! Jangan harap bisa menemukan ku lagi Nicko!" "Hahaha kabur? Jangan bercanda sayang. Kemarilah! Ini belum selesai!" "Aku tidak peduli! Aku akan pergi jauh! Sejauh-jauhnya!" Adita berkata dengan sungguh-sungguh. Dari kejauhan Nicko membulatkan matanya. Dia berlari meng
"Aaaaaaaahh … hujan. Turunlah lebih deras lagi!" Adita merentangkan tangannya seraya mendongak ke atas. Kedua matanya terpejam. Wajahnya tampak begitu menikmati rintik-rintik hujan yang menerpanya. Dari kejauhan, Nicko masih berdiri memperhatikan wanita cantik nya. Dia memegang payung. Sesekali tersenyum melihat apa yang dilakukan Adita. "Nick, ayo! Kau tidak ingin menikmati hujan di bulan Juni ini?" Adita berteriak kencang. "Tidak. Bermainlah sepuasnya. Aku menunggumu di sini." "Baiklah!" Adita berlarian. Kaki telanjang nya bermain-main dengan genangan air yang terperangkap di cekungan rerumputan. Dress nya basah kuyup. Rambutnya tergerai basah melekat di punggungnya. Riasannya kini pun sudah hilang. Namun, Adita tidak mempermasalahkan hal itu. "Kenapa dia begitu menggemaskan?" Nicko bergumam. "Seharusnya dia bersekolah di perguruan tinggi. Sama seperti Naila. Ah, apa aku daftarkan Adita saja?" Nicko mengulum senyumnya. Dan kilat petir menggelegar. Nicko sedikit terpera
Nicko menunggu Adita di kolam renang private hotel. Letak nya pun hanya bersebelahan dengan balkon kamar. Dia bertelanjang dada. Nicko lebih nyaman dengan tidak memakai t-shirt nya. Hanya celana pendek khusus untuk berenang lah yang dia pakai. "Nick. Apa itu dalam?" Panggil Adita dari seberang kolam renang. Dalam hati, Nicko bersorak kegirangan. Sebelumnya, dia telah menyiapkan sebuah bikini spesial untuk Adita. Dia pun berharap Adita memakainya sekarang. "Ya." Nicko menoleh. Tubuhnya yang basah membuat Adita yang melihatnya tak berkedip. Bagaimana setiap tetesan air yang melewati leher dan dada bidang laki-laki itu bagai angin semilir sejuk yang menimpa hati Adita. "Mau turun?" "Sayang?..." Nicko mengerutkan dahinya. Sepertinya pikiran Adita sedang melayang kemana-mana. Sampai Nicko menyadari bahwa tatapan mata Adita merujuk pada dirinya yang bertelanjang dada. Nicko tertawa kecil. Dia mencipratkan air kolam hingga mengenai wajah Adita. Saat itu juga Adita tersadar. "Eh?
Pada akhirnya Adita pasrah di bawah tubuh kekar Nicko. Tubuhnya terus bergerak sesuai dengan irama gerakan yang Nicko buat. Tangan Adita memeluk tubuh Nicko dengan erat. Keringat nya dan keringat Nicko bercampur menjadi satu. Menciptakan aroma yang khas. Nicko sangat menyukai aroma seperti itu. Aroma percintaan mereka. "Nick… aahh… Nick…" Adita terus meracau indah. Nicko menikmati suara halus nan menggoda yang keluar dari mulut wanita cantiknya. Tangan besarnya membelai lembut wajah Adita. Terus membelai sampai pada akhirnya berhenti pada bibir yang merah merekah dan sedikit membengkak kerena aksi ciuman panas mereka. "Kamu milik ku sayang!" Nicko berucap tepat di depan wajah Adita. Dan perlahan menempelkan bibir nya. Peraduan bibir tak lagi terelakkan. Adita hanya mengikuti alur permainan Nicko. Jujur, dia sangat menyukainya. Memabukkan dan memacu adrenalin nya. Di sela-sela percintaan panas mereka yang menggelora, pintu kamar diketuk dari luar. Sepertinya ada pelayan yang d