Roda mobil Nicko memasuki halaman mansion utama keluarga Alexander's. Dengan langkah pasti di masuk ke dalam. Raganya memang di sini, akan tetapi pikirannya masih tertinggal di apartemen. Masih kemelut dengan kerinduan bersama Adita. Walaupun masih ada esok hari lagi, bagaimana pun juga mereka adalah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara cinta. Sangat enggan untuk berjauhan. Hanya menginginkan waktu untuk berduaan. "Kak Nicko! Akhirnya datang juga!" Naila yang pertama menyaksikan kedatangan Nicko memekik girang. "Kakak tau? Aku tidak boleh makan makanan lezat ini jika kak Nicko belum datang!" Naila berbicara panjang lebar. Mengadu pada kakaknya. Nicko hanya bergumam sendiri. Tak lama mommy Dewi datang sambil membawa kue ulang tahun. Simple namun mewah dan elegan. "Selamat ulang tahun putra mommy…" Daddy Jonathan memantik api untuk menyalakan lilin di atas kue. Nicko berdiri di hadapan mommy Dewi beserta kue yang dibawanya. Meniup pelan api di lilin hingga padam. "Ayo kak,
"Kenapa tidak menginap saja di sini Nick? Lagipula ini sudah dini hari." "Benar yang mommy mu katakan. Kamu juga jarang sekali tidur di mansion. Sepertinya apartemen mu lebih nyaman?" *Memang sudah dini hari. Adita pasti sudah tidur.* Nicko menilik jam tangannya. Dia mengangguk pelan. Malam ini, pesta ulang tahun kecil-kecilan pun usai. Naila yang sudah terlelap di pangkuan sang daddy sedari tadi. Daddy Jonathan menggendong Naila sampai ke dalam kamarnya. Nicko masuk ke kamarnya yang jarang sekali disinggahi. Mereka beristirahat di kamar masing-masing. Di dalam kamar Nicko. Dia membolak-balikan tubuhnya. Memberikan sebuah pesan singkat pada Adita. Hingga beberapa saat tak ada balasan, Nicko memutuskan untuk benar-benar terlelap. "Kapan aku bisa membawa mu ke mansion utama Adita?" Nicko bergumam sambil memejamkan matanya. Berangan-angan akan masa depan yang indah bersama Adita. Sempat terlintas di benak Nicko bahwa sepertinya dirinya memang hanya terobsesi semata. Namun, lang
Nicko mengerang kuat. Setelah itu dia roboh di atas tubuh Adita. Nicko menatap tubuh lemas Adita. Setelah kegiatan panas tadi yang menguras tenaga. Nicko merasa puas. Sangatlah puas. Bagaimana dia mendapatkan hati Adita sekaligus tubuhnya dalam waktu singkat. Kini dia memenangkan tantangan yang diberikan oleh kedua temannya. Perlahan mata indah Adita terbuka. Dia terbangun karena cacing perutnya berdemo meminta makanan. Ya … Adita lapar. "Bisakah kamu bergeser dari atas tubuhku?" Suara Adita terdengar sangat pelan. Nicko bergeser. Dia membaringkan tubuhnya di sebelah Adita. *Aku lapar sekali.* Batin Adita berucap. Dia mendudukkan tubuhnya. Sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun. "Ada apa? Kenapa bangun?" "Aku lapar Nicko. Tidak kah kau merasa pengertian padaku? Aku lapar gara-gara meneladani nafsu mu!" Nicko terkekeh. Dia mengambil celananya lalu berjalan keluar kamar. Tak lama, dia kembali sambil membawa beberapa bungkus roti, susu dan m
Adita mengatur napasnya yang terputus-putus. Dia sudah tidak mampu lagi menandingi tenaga Nicko. Tenggorokannya terasa kering setelah dia berteriak erotis karena ulah Nicko. Mata Adita yang sayu dan memerah karena dia belum tidur dari jam 10 malam tadi. Sekarang sudah pukul 2 dini hari. Nicko masih aktif memegang kendali atas tubuhnya. Tangan lemah Adita mendorong dada kekar Nicko dengan sisa tenaga akhirnya. " Aku … lelah Nicko …" Adita bersuara lemah. "Sebentar lagi sayang ..." Wajah Adita kembali memanas mendengar suara serak basah Nicko. Menggoda, itulah yang Adita rasakan. "Tapi, pelan kan …" "Ini sudah pelan sayang." "Pelan kan lagi!" Nicko menuruti kemauan Adita. Keringat tak henti-hentinya bercucuran. Apalagi dari dahi Nicko yang sering jatuh mengenai wajah Adita. Kasur king size itu terus bergerak. Seirama dengan gerakan yang Nicko buat. Pada akhirnya Nicko memacu cepat gerakannya. Dia sebentar lagi akan sampai di dalam tubuh adita. Tangan Adita menggenggam sprei ya
"Truth or dare?" "Dare!" Laki-laki itu menjawab dengan suara lantang. "Wow! You're gentleman bro!" Decak kagum dari temannya itu membuat laki-laki yang sedang menenggak wine nya tersenyum devil. "Yah! Aku bukan seorang pengecut! Katakan, apa tantangan nya!" "Mudah. Bisakah kau menaklukkan DJ bar-bar itu?" Chris, si penantang mengarahkan matanya pada seorang DJ wanita yang sedang memutarkan musik klub. "Hanya dia? Heh! Mudah bagiku. Apa imbalannya?" "Saham ku 3% dan kapal pesiar Daniel yang terbaru." "Hem…" Dia terlihat sedang mempertimbangkan apa yang diucapkan Chris. "Oke. Deal!" "Tapi, jadikan juga dia simpanan mu selama 2 bulan. Jika kamu berhasil aku akan menambah saham ku senilai 2%. Bagaimana?" "Simpanan? CK! Aku terima itu!" "Oke,oke. Kita Cheers untuk memberikan semangat kepada teman kita yaitu, Nicholas!" Kini Daniel bersuara. Tiga gelas berisi minuman alkohol itu saling berdentingan. Lalu mereka meminumnya sampai tandas. Sesekali mata tajam Nicholas melir
Tak sekalipun ada rasa takut di dalam diri Nicko. Dia telah merencanakan langkah selanjutnya. Semua sudah tersusun sedemikian rupa di otak cerdiknya. "Kau ingin keluar bukan? Tapi, dengan satu syarat!" "Apa syaratnya sialan?!" "Mudah. Hanya perlu kamu patuh pada ku. Itu saja." "Apa maumu hah?!" Ternyata Adita masih terbakar amarah. Nicko tak gentar melaksanakan rencananya. "Aku akan mengatakan sesuatu padamu. Ini penting Adita!" Sejenak, Nicko tidak mendengar suara Adita. Apakah wanitanya baik-baik saja di dalam? Seketika pikiran Nicko menjadi kalang kabut. Dia memasukkan kunci di knock pintu. Bersamaan dengan Adita mulai bersuara lagi. "Baiklah. Tapi, buka kan pintu ini terlebih dahulu." Nicko memutar kunci pintu. Dia membuka pintu dengan perlahan dan. Bruakk! Adita menendang pintu dengan keras. Sampai Nicko jatuh terpelanting ke lantai. Dengan cepat Adita berlari keluar kamar meninggalkan Nicko yang tersungkur di lantai. "Sialan kau Adita!" Nicko segera bangun. Dia
Nicko melihat tubuh Adita yang sudah sangat memprihatinkan. Bagaimana seluruh tubuh indah itu terdapat tanda kepemilikan di mana-mana. Malam ini, Nicko dan Adita bertarung hawa nafsu dengan dahsyat. Nicko tidak bisa mengelak. Dia juga terhanyut dalam suasana intim ini. Adita yang sangat ganas menyerang Nicko membuat laki-laki itu, sulit untuk menghindar. Nicko tau, ini merupakan pengaruh dari obat perangsang gairah yang Adita minum. Tapi, yang masih menjadi pertanyaan di pikiran Nicko. Bagaimana bisa wanita nya mendapatkan obat seperti itu? Apakah Adita membelinya? Tapi, kapan? Bukankah selama tiga hari berturut-turut Adita dikurung di sini? "Aku akan mengecek lagi rekaman kamera pengawas." Nicko segera memakaikan piyama tidur Adita. Setelah itu, dia pergi dari sana. Nicko segera membersihkan tubuhnya. Dia melakukan semua kegiatan rutinitas nya dengan sangat kompeten dan ulet. Sekarang, Nicko berada di ruang kerja pribadi miliknya. Jari-jarinya yang terampil menekan keyboard laptop d
Adita melihat tubuh Nicko tersungkur di lantai kamarnya. Laki-laki itu sepertinya tidak merasakan kesakitan. Secepatnya Nicko berdiri. Dia menatap wajah Adita dengan sangat tajam. Bersamaan dengan itu, Adita menjadi salah tingkah. Apakah Nicko akan memarahinya? "Ehm … aku minta maaf Nicko. Aku, tidak sengaja tadi." Adita berkata dengan suara yang pelan. Setelah itu dia menundukkan kepalanya. "Kau tau apa yang telah kau lakukan sayang?" Nicko melipat tangannya di dada. "I-iya. Aku tau Nicko. Aku meminta maaf padamu. Aku tau aku salah. Aku telah lancang terhadap mu." "Bukan yang itu sayang." Nicko mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia memegang dagu Adita. "Ini perihal kemarin malam. Apa yang kamu lakukan? Hem?" Suara Nicko yang terdengar halus namun penuh dengan rasa intimidasi. Membuat Adita menelan ludahnya dengan susah payah. "A-aku hanya mandi saja. Aku … merasa kepanasan." "Yakin seperti itu? Kamu tidak mencoba untuk membohongi ku kan, sayang?" Deg! *Membohongi? Se