Share

SERIBU ALASAN

14

"Al, mau jalan sendiri ke kamar atau Om gendong?" tanyanya tegas, sepertinya dia tahu aku sedang mencari alasan.

Aku langsung berjalan cepat menuju kamarnya sebelum dia benar-benar menggendongku. Enak saja mau gendong-gendong, nanti nyuri-nyuri kesempatan. Eh tapi, kemarin-kemarin aku sudah pernah digendongnya juga, enggak diapa-apain.

Aku langsung duduk di sofa begitu sampai kamar, tidak tahu juga mau apa. Jantung sudah melompat-lompat seolah ingin keluar dari rongganya.

"Salat, yuk!” ajaknya. “Kamu juga belum salat Isya, kan?"

Benar, aku belum salat. Kenapa bisa lupa? Gara-gara mikirin cara menghindari Om Pandu, aku jadi melupakan kewajiban lima waktu itu. Akhirnya kami salat Isya berjamaah. Ini pertama kali dia menjadi imam salat setelah jadi imamku dalam rumah tangga. Kenapa aku belum bisa menerimanya, ya?

Bacaan surat-surat Al Quran Om Pandu sangat fasih. Dan dia melantunkan dengan suara merdunya. Sekejap aku terlena. Duh ... sudah ganteng, mapan, rajin salat. Suami siapa, sih
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status