"Mau mandi bareng gak?" ledek Satria pada Haya saat lelaki itu sudah menyiapkan handuk menggantung di pundaknya. Haya yang baru saja masuk, tentu saja langsung merona dengan godaan suaminya.
"Malu ih! Nanti saja di kamar, Bang," jawab Haya malu-malu.
"Asik, Abang mandi kilat deh, biar kita langsung bisa main mamah papah di kasur," komentar Satria dengan senyuman teramat lebar. Haya tertawa, lalu dengan gemas mendorong tubuh suaminya untuk segera keluar dari kamar.
Satria tersenyum, lalu berjalan ke kamar mandi, tapi langkahnya terhenti di depan pintu kamar mandi. Kamar mandinya sempit, tidak muat untuk dua orang di dalam. Kalau pun muat, pasti gak bisa banyak gaya.
"Kenapa ngeliatin kamar mandi lu?" tanya Bu Mae heran.
"Bu, Satria mau bongkar kamar mandi, digedein gitu, Bu, boleh ya?" kening Bu Mae mengerut dalam saat mendengar ucapan Satria. Ia memanjangkan lehernya untuk melihat keadaan kamar mandi yang biasa digunak
"Apa katanya Mbak Salsa?" tanya Haya ingin tahu."Ini, baca saja!" Satria memberikan secarik kertas ucapan selamat dari Salsa pada istrinya. Haya membacanya sambil tersenyum senang."Alhamdulillah, Abang gak jadi sama Mbak Salsa, kalau tidak, saya tidak jadi jalan-jalan naik pesawat, terus nginep di cottage pula, hi hi hi ...." Satria tertawa mendengar komentar Haya yang polos. Istrinya tidak cemburu sama sekali dan itulah yang memang ia harapkan. Haya tidak cemburu dengan semua wanita yang pernah dekat dengannya."Nanti biar saya WA Mbak Salsa ucapkan terima kasih," katanya lagi masih dengan tangan menggenggam tiga buah tiket honeymoon dari Salsa."Kamu tidak cemburu?" tanya Satria pada Haya."Tidak, Abang boleh berteman dengan mantan Abang, karena saya juga masih temenan sama mantan suami saya." Haya menyeringai lebar."M-maksud kamu apa, Ya?" Satria menelan ludah, lalu menoleh ke kanan dan kiri dengan perasaa
"Kita buka kado dulu aja yuk, Ya? Masih sore ini, saya juga belum isya. Asep Tyrex masih bisa nunggu kok," kata Satria pada istrinya. Haya tertawa, lalu mengangguk setuju. Walau ia sudah pernah menikah, tetap saja berduaan dengan lelaki yang baru saja menjadi suaminya, membuat jantungnya berdetak cepat.Akan lebih siap dirinya jika Satria memberikannya cukup waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru."Terima kasih Abang sudah mengerti. Saya gak harus buru-buru pelorotin sarung Abang, he he he ...." Haya bersemu merah mendengar ucapannya sendiri."Saya paham, Haya, justru itu saya gak mau buru-buru, yang penting saya sudah punya istri. Biarin Bu RT sama sopir ambulan kesel nunggu di depan, padahal kita gak ngapa-ngapain, ha ha ha ...." Satria terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya."Ambulan untuk apa, Bang?" tanya Haya tak paham."Untuk siaga satu, siapatahu kamu pingsan saat bertemu Asep nanti," jawab Satria dengan
21+Tuk! Tuk!Suara ketukan lembut di pintu kamarnya membuat Salsa menoleh. Cepat ia menghapus air mata dan membetulkan air wajahnya yang sangat berantakan."Sebentar, Bun," ujarnya sedikit berteriak, lalu berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka. Sungguh tidak mudah melepas lelaki yang ternyata kamu cinta untuk bersanding dengan wanita lain. Apalagi kamu pernah benar-benar tidak menganggapnya.Cklek"Ya, Bun?""Kamu baru mandi?" tanya Juwi memperhatikan putri cantiknya dari atas sampai bawah."I-iya, kenapa, Bun? Salsa tidak ingin makan, mau langsung tidur saja," kata Salsa dengan tangan yang siap mendorong pintu kamarnya. Juwi menahan pintu lebih cepat dari perkiraan Salsa."Ada Fajar di depan. Katanya dia menelepon kamu seharian tetapi diabaikan. Selesaikan ya, Sayang. Jangan memberikan harapan jika kamu tidak yakin. Temui Fajar!" pinta Juwi diiringi senyuman. Wanita dewasa itu sangat mem
"Sepertinya istri Mas terlalu kelelahan. Dehidrasi, dan maaf, Mas bilang tadi masih suasana pengantin baru ya? Ini ... mm ... ada sedikit luka lecet di organ intimnya." Satria menghela napas berat, lalu menoleh pada ibunya yang sudah meneteskan air mata. Satria pun kini tengah berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah."Saran saya, biar istri Mas dirawat dahulu mungkin dua malam ya. Mas bisa konsultasi ke dokter kelamin jika nanti memang diperlukan bagaimana kiranya berhubungan dengan pasangan secara normal dan tentu saja yang sehat," lanjut dokter lagi sambil tersenyum tipis."Baik, Dok, terima kasih atas penjelasannya." Dokter itu pun pamit meninggalkan Satria dan Bu Mae di ruangan VIP. Haya masih terlelap dengan jarum infus menancap di punggung tangan kirinya. Satria mendekati brangkar, mencium kening istrinya dengan satu dua tetes air mata yang jatuh di dahi kain kerudung yang dipakai istrinya."Yah, Sat, kasihan Haya. Emangnya gimana
"Sat, lu udah bangun?" tanya Bu Mae menghampiri putranya yang sedang meraih gelas di atas meja."Bu, masa orang lagi tidur bisa ngambil gelas? Ya jelas saya sudah bangun," balas Satria sambil memutar bola mata malasnya. Bu Mae menyeringai, lalu meletakkan bokongnya dengan pelan di tempat tidur Satria. Persis di ujung kaki putranya."Sini, turun sebentar! Ada yang mau Ibu tanyain. Jangan sampai kedengaran Haya, Ibu malu," ujar Bu Mae sambil berbisik pada putranya. Satria menurut dengan langkah yang masih gontai berjalan ke arah sofa depan TV."Ada apa sih, Bu? Kayaknya penting banget," tanya Satria penasaran."Sat, temen lu yang namanya Ramlan udah nikah belum?" Satria mengernyit saat mendengar sebuah pertanyaan aneh dari ibunya."Setahu saya belum, Bu. Emangnya kenapa? Ibu mau jodohin Ramlan sama Mak Piah? Ha ha ha ... saya dukung."Sstt .... Bu Mae meletakkan telunjuknya
Ramlan baru sadar dari pingsannya setelah diberi minyak kayu putih pada hidung, tenggorokan, serta juga dua telapak kakinya yang dingin. Untunglah baru dua kustomer yang datang sehingga bisa di-handle oleh temannya yang lain."Akhirnya lu sadar juga, kalau nggak, pan lumayan motor buat lu jadi diwariskan ke gue. Secara nenek kita sepupu ipar," ujar Sapto sambil menyeringai."Enak aja! Mana mau gue mati meninggalkan motor baru. Yang ada kalau gue mati, motornya harus ikut gue masuk ke kuburan berserta kunci dan BPKB," balas Ramlan sengit."Mau balapan sama mayat yang lain lu? Atau pas mau digadein ada berkasnya? Ha ha ha ... Sakit lu, Raam!" keduanya tertawa terbahak-bahak. Sapto memberikan secangkir teh untuk Ramlan agar tenaganya kembali pulih."Gue telepon Bos Satria dulu, mau ngucapin terima kasih," kata Ramlan pada Sapto. Pemuda itu bangun dari duduknya, lalu berjalan keluar bengkel dan berdiri di bawa
Malam ini, cuaca di luar sedang gerimis. Keadaan yang sangat pas untuk sepasang pengantin baru yang ingin kembali menikmati manisnya madu kumbang sangar yang ditawarkan pasangan.Beda keadaannya pada sebuah rumah yang berada di dalam komplek perumahan cukup elit. Dua keluarga besar sedang duduk di sebuah ruang tamu untuk membicarakan masa depan anak mereka.Malam ini, Fajar melamar Salsa. Ia beserta keluarga besar datang dengan mobil mewah dan membawa aneka buah tangan eksklusif untuk Salsa. Juwi dan Devit turut senang dengan keputusan yang akhirnya diambil Salsa. Anak perempuan kesayangan mereka telah memutuskan untuk menerima pinangan dari Fajar."Bagaimana, Nak Salsa? Apakah pinangan Fajar diterima?" tanya seorang pria yang usianya mungkin sama dengan Papa Devitnya. Salsa hanya tersenyum, lalu diikuti anggukan pelan."Alhamdulillah." Semua orang di dalam ruangan mengucap syukur sambil mengangkat kedua t
"Ini pasti akan telus teljadi sama anak kamu Mae. Siapapun yang menikah dengan Satlia pasti kalah dengan kemampuannya," seru Mak Piah dari depan rumahnya, saat Bu Mae berdiri di depan pintu rumahnya untuk menunggu dokter yang dipanggil ke rumah.Bu Mae menoleh, lalu berjalan menghampiri Mak Piah dengan wajah amat penasaran. Sudah lama ia ingin menanyakan hal ini pada nenek tua itu, ada apa sebenarnya?"Mak, maksud Mak apa siapapun istri Satria akan kalah? Mak tahu darimana? Kalau Mak tahu kenapa, berarti Mak tahu juga apa yang harus dilakukan agar Satria tidak kembali gagal berumah tangga?" cecar Bu Mae dengan tak sabar. Mak Piah tertawa kecil, lalu berbalik badan ingin masuk ke dalam rumah, tetapi Bu Mae gerak cepat menahan lengan nenek tua itu."Mak, tunggu! Mak belum jawab pertanyaan Mae! Ada apa sebenarnya, Mak? Kasihan Satria dan Haya. Mereka nampak sudah saling mencintai dan sa