Share

Part-15 Hati Yang Beku

Hubungan Thoriq dengan Umi rusak, bertambah parah dengan adanya berita di media yang menyangkut Savanna dan Edward. Umi tak bicara apa-apa namun sebuah tabloid yang menjadikan foto Savanna dan Edward sebagai cover utama menjelaskan semuanya. Tabloid itu kini tergeletak diatas meja ruang keluarganya. Seseorang sengaja menaruhnya disana, entah siapa. Pastinya Umi, Abi dan seluruh keluarganya sudah mengetahuinya.

"Melepas Kanaya dan memburu gadis yang tak jelas!" gumam Umi saat Thoriq lewat, Abi hanya menggelengkan kepalanya. Entah sampai kapan sikap Umi seperti itu, Abi belum punya cara untuk mendamaikan keduanya.

Umi lebih banyak diam dan menghindarinya. Umi selalu punya alasan untuk menolak jika Thoriq mengajaknya bicara, Umi juga bilang sedang tak ingin diganggu jika didatangi ke kamarnya bahkan Umi pura-pura tertidur. Pusing menghadapi perempuan, tidak Umi tidak Savanna keduanya membuat kepalanya pusing. Kini waktunya dihabiskannya untuk fokus pembangunan pesantren. Nyaris saja ia memarahi kontraktor yang membangun pesantren-nya karena tidak sesuai memasang marmer di loby. Thoriq stres berat, bingung tak tahu apa yang harus dilakukannya. 

Thoriq termenung didepan rumah setengah jadi yang dicita-citakan untuk hunian dirinya dan Savanna setelah menikah. Hatinya hancur melihat kedekatan Savanna dengan bule itu. Tak menunggu waktu lama, baru kemaren Savanna berucap manis di telepon hari ini sudah berubah. Melihat pembangunan rumah itu perasaannya sedih, semua tak lagi ada gunanya. 

Ilham dan Kanaya menjemputnya di pesantren setelah beberapa kali telepon tidak diangkat oleh Thoriq. Ilham dan Kanaya saling pandang ketika melihat pemuda itu duduk termenung dengan tatapan kosong.

"Assalamualaikum...." Ilham menepuk bahu sahabatnya dari belakang.

"Waalaikumsalam..." Thoriq menatap terkejut kehadiran dua sahabatnya.

"Kanaya, Ilham surprise. Kalian dari mana...?" 

"Dari mana....?" Ilham dan Kanaya mengerutkan dahi.

"Dimana ponsel Kakak..?" Kanaya menatap aneh.

"Ada.." Thoriq sibuk mencari ponselnya di saku celana dan ketemu di saku baju.

"Anda tidak mendengar telepon berdering, coba dilihat ponselmu..." Ilham menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ada dua belas panggilan tak terjawab, tiga kali dari Ilham, lima kali dari Kanaya sisanya dari Humairah. Dada Thoriq tercekat, gadis itu tiap hari menelponnya. Thoriq kembali termangu, lupa bahwa Ilham dan Kanaya sedang menunggu jawaban-nya.

"Thoriq, apa yang terjadi dengan dirimu...?"

"Aku sedang cek pembangunan pesantren agar sesuai dengan bestek dan waktu pengerjaannya tepat waktu. Alhamdulillah kontraktor dan para pekerjanya rajin, insyaallah lima bulan lagi kelar..."

"Thoriq, aku sedang bertanya tentang dirimu bukan pembangunan pesantren...." Ilham menatap prihatin.

"Aku tidak apa-apa, kenapa memangnya...?" Thoriq tersenyum tipis, memegang rambut dikepalanya dengan galau.

"Umi bilang kau pergi pagi-pagi dan pulang menjelang maghrib hampir tiap hari, Ridwan juga bilang akhir-akhir ini kau sulit dihubungi. Ponselmu sering tidak aktiv jikapun aktiv kau tak mengangkatnya. Ayolah....jangan begini..." Ilham menatap menyelidik.

Hubungannya yang bermasalah dengan Savanna mengganggunya, Thoriq ingin sendiri dan melewati semuanya dalam diam. Ia tak mampu mencegah semua yang terjadi, saat ini konsentrasi ditumpahkan untuk pembangunan pesantren bahkan ia meminta waktu pengerjaannya dipercepat dengan menambah para pekerja. Thoriq telah melupakan arti lelah untuk sampai pada cita-citanya. Kesedihannya ia tumpahkan pada pekerjaan.

"Apakah hubunganmu sedang bermasalah dengan gadis impianmu itu....?" Ilham bertanya hati-hati.

"Begitulah...." hati lelaki Thoriq kembali menggeliat, harga dirinya serasa robek. Selama ini ia menjaga dirinya dengan baik sementara gadisnya dipeluk dan dicium oleh orang yang bukan muhrimnya.

"Cepat menikah supaya gadismu tak dilirik pria lain. Dia sempurna secara fisik, anda tidak bisa menyalahkan pria lain akan pesonanya..." Ilham turut prihatin.

"Seharusnya begitu tapi aku tak mungkin melangkah tanpa restu Umi.." Thoriq menatap kejauhan, ia tak pernah bisa memilih antara Umi dan kekasihnya.

"Apakah anda pernah membicarakan ini dengan Umi...?"

"Sejak batalnya pernikahanku dengan Kanaya, Umi terus menghindari bicara denganku."

"Masalahmu rumit bro...semoga Allah segera memberikan jalan keluar kepadamu..." Ilham menepuk pundak sahabatnya.

"Eh....bagaimana hubunganmu dengan Kanaya, kulihat kalian makin dekat..."

"Alhamdulillah, semoga Allah memberi kelancaran" Ilham tersenyum senang, bola matanya mengerling pada gadis yang sedang melihat-lihat pembangunan pesantren.

"Semoga kalian berjodoh, Kanaya gadis yang baik...."

"Aamiin, anda ingat nggak kenapa kita kesini menjemputmu...?"

"Tidak, emang ada apa...?" Thoriq menggaruk kepalanya.

"Anda lupa kalau kita janjian makan di Sari Kuring Resto...." Ilham menatap heran, sepertinya sedang ada gangguan memori di otak sahabatnya.

"Astagfirullahaladzim, maafkan aku.." Thoriq menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Tapi kalau anda sibuk gak papa biar aku sama Kanaya saja yang kesana, kurasa Ridwan dan Aris sudah menunggu."

"Tentu saja aku akan kesana, terima kasih sudah menjemputku. Yuk kita berangkat. Pakai mobil kalian aja ya biar cepet.." usul Thoriq.

Bertiga mereka keluar areal pembangunan pesantren dengan mobil Ilham sementara mobil Thoriq ditinggal di pesantren karena Abi dan Umi juga akan datang kesini sore nanti.

Sepanjang perjalanan mereka berbincang akrab dan saling bersenda gurau. Thoriq bersyukur Kanaya sudah melupakannya dan sepertinya sudah bisa menerima Ilham. Dua sahabat yang baik semoga berjodoh, doanya. Sesampai di Sari Kuring Ridwan dan Aris menyambutnya. Mereka saling berpelukan dan beradu kepalan tangan.

Mereka duduk menempati sebuah sawung yang beratap rumbia, nampak unik dan asri. Seorang pelayan mengantarkan menu pembuka, sop asparagus kepiting. Uap panasnya yang mengepul menguarkan aroma khas, membuat selera bangkit. Mereka makan sambil mengobrol sampai suatu kali....

"Cantik ya, eksotik khas Indonesia.." Ridwan menunjuk papan reklame ukuran besar yang menampilkan wajah seorang gadis yang sedang memakai lipstik merah merona.

"Hus...." Ilham memberi kode Ridwan agar diam namun semuanya terlanjur melihat papan reklame tersebut termasuk Thoriq.

Savanna, sepasang tatapan matanya membius siapapun yang melihatnya. Thoriq membeku, suapan kemulutnya terhenti begitu saja. Kerinduannya akan gadis itu kembali bangkit, Humairah....Milan lebih menarik minatmu dibanding pesantren-ku dan lelaki bule yang bangsawan itu lebih kau sukai dibanding seseorang yang kurang ekspresif sepertiku.

"Kakak....ayo dilanjut makannya, hemm....gurame goreng terbang ini mantab lo...ayo dicicipi..." Kanaya menetralisir suasana begitu melihat mereka terdiam.

"Mantab, anda pintar memilih menu Kanaya.." Thoriq mengacungkan jempolnya pada Kanaya, tak boleh terbawa suasana hatinya dihadapan kawan-kawannya.

Sepiring besar ikan kerapu tim dan kepiting asap lada hitam ditambah sapo tahu dan lalapan segar membuat suasana kembali ceria.

"Haduuh...sambelnya maknyus, seperti ada sereh dan....." Ridwan kepedasan.

"Daun jeruk....ini sambel matah namanya, khas daerah mana ya..." Aris mengipas-ngipas mulutnya dengan telapak tangannya, meski kepedasan tapi nambah lagi.

"Khas Bali, be pasih mesambel matah...." lanjut Kanaya.

"Duh...bahasa dari planet mana itu.." Ilham terkekeh.

"Bahasa Bali artinya ikan laut sambel mentah, kalau di Bali ikan laut segar yang sudah dimasak ditaburi sambel matah, perpaduan antara bumbu bawang putih, ketumbar, kunyit, terasi, garam dan kadang-kadang ditambah kencur..." lanjut Kanaya.

"Urusan persambelan itu dunia perempuan, laki-laki tinggal menikmati..." timpal Aris.

"Bahasa Bali tahunya aku cuma 'jegeg gati iluh e'" Ilham terkekeh

"Hemm....modus itu..." Thoriq melirik Kanaya.

"Emang artinya apa Kak..." Kanaya penasaran.

"Tanyalah sama abangmu yang paling ganteng di dunia dan akherat itu...." Aris dan Ridwan terpingkal.

"Emang artinya apa Bang..." desak Kanaya sementara Ilham yang sedang minum langsung tersedak.

"Sabar....makanya kalau minum baca bismillah dong jangan asal sosor aja...." goda Ridwan.

"Jangan sembarangan menuduh, masak ustadz minum gak baca bismillah...." Aris terkekeh.

"Ayo Ham jawab arti bahasa Bali yang kau ucapkan tadi..."

"Janji jangan ada yang baper ya...."

"Maksud loh..."

"Artinya, kamu cantik sekali..." Ilham tersipu, Kanaya juga.

"Cie....cie..." Thoriq menggoda keduanya.

Hari sudah menjelang maghrib ketika Thoriq sampai rumah, hatinya mulai mencair habis bertemu kawan-kawannya. Dunia ini sangat luas tapi terkadang manusia membuatnya sempit, bukan ruangnya yang sempit tapi hatinya yang sempit!

"Terima kasih sudah mengantarku, mampir dulu..." Thoriq menawari Ilham.

"Lain kali ya, Ingat surah Ali Imran ayat 16 bro.." Ilham menepuk bahu sahabatnya sebelum pergi.

"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Alah-lah tempat kembali terbaik."

Sahabat adalah seseorang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanmu saat kamu tidak menyadarinya. Menerima kekuranganmu dan tetap memilih bersamamu ketika orang lain meninggalkanmu. Seseorang yang tetap percaya padamu disaat orang lain berpikir negatif tentang dirimu. Adzan maghrib berkumandang, diambilnya air wudhu. untuk melaksanakan sholat maghrib.

......

Savanna memandang boarding pass Jakarta-Milan, ia sudah mantap menanda-tangani kontrak kerja samanya dengan Hanny Hananto. Awalnya ia keberatan dengan kontrak satu tahun tinggal di Milan karena Mamanya tapi Hanny Hananto bemberikan keleluasaan untuk libur seminggu dalam tiga bulannya dan memberikan tiket pp Jakarta-Milan dan sebaliknya. Designer tanah air khusus batik tulis yang memiliki galeri di Milan. Empat besar kota mode dunia adalah London, Milan, New York City dan Paris. Berbagai brand fashion ternama memiliki kantor pusat yang bermarkas di kota ini. Milan juga dijuluki "the fashion capital of the world".

Tugasnya disana selain menjadi model ia juga harus menjelaskan tentang history batik tulis dan bagaimana pembuatannya kepada para pengunjung galeri yang rata-rata selebrities, para bangsawan dan petinggi negara diseluruh dunia. Batik tulis yang dibuat Hanny Hananto dari segi kualitas dan estetika lebih unggul dan eksklusif karena dibuat satu kain tiap satu motifnya. 

Difotonya Boarding Pass Garuda Indonesia Jakarta - Milan. Boarding 23.55 arrive Milan 12.40. Send Watsapp, Muhammad Thoriq.

Tidak ada respon, waktunya tinggal sepuluh menit lagi tapi rasanya seakan menunggu seumur hidupnya. Ditatapnya ponsel ditangannya, sudah lima menit berlalu tapi tak ada balasan. Kenapa masih berharap pemuda itu merespon kata pamitnya..... ?

"Baiklah Muhammad Thoriq Al-Farisi, waktu menunggumu sudah habis.Terima kasih tidak menjawab telepon, watsapp dan SMS-ku..." Savanna memasuki pesawat dan menon aktivkan ponselnya!

Savanna menghela nafas panjang, kali ini hubungannya dengan Thoriq hancur karena faktor ketidakpercayaan. Thoriq tenggelam dalam prasangka tanpa memberinya kesempatan untuk menjelaskan.

"Kenapa saat tertentu sebuah hubungan bisa sangat melelahkan...?"

Melenyapkan saat-saat manis dan melupakan satu masa betapa dulunya begitu sangat pengertian. Menghempaskan semua kenangan hingga tak bersisa yang tertinggal hanya rasa sedih dan tak berdaya. Tercerai berai hingga tak menyisakan sedikit belas kasih, inikah yang dinamakan cinta...? Atau sesungguhnya hanya hawa nafsu semata...? Ingin saling memiliki, menguasai yang akhirnya retak dan hancur berantakan, menjadi serpihan yang sulit disatukan!

Penerbangan malam membuat Savanna cepat mengantuk, AC di pesawat terasa sangat dingin, setelah berdoa Savanna memejamkan matanya. Tidur kadang bisa melupakan gundah dihati, kesepian dan rasa sedih. Semoga saat terbangun esok hari ia bisa melihat dunia baru dengan lebih optimis!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status