Share

Part-14 Api Yang Memanas

Negeri kincir angin dan bunga tulip adalah fashion show terakhir di Eropa.

Batik tulis Indonesia sangat diminati masyarakat dunia, khususnya Eropa. Belanda adalah negara yang tak asing untuk telinga orang Indonesia bahkan negara ini pernah menjajah negeri tercinta hampir 350 tahun. Empat generasi, menurut sejarah yang menaikkan kota amsterdam ke permukaan laut adalah emas dari Indonesia. Negeri zamrud katulistiwa bahkan tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Savanna beruntung hidup dinegeri dua musim ini dan bangga setiap kali memperagakan busana batik tulis warisan budaya leluhurnya.

"New Age of Yogyakarta", by Rio Stefan akan menyajikan karyanya yang terinspirasi dari traveller yang modis. Batik tulis dari Yogyakarta ini siap dalam ajang pameran budaya Indonesische Culturele Maand yang berlangsung di kota Best, Belanda . Sebanyak 40 kain dan 50 busana akan dipamerkan di ajang pameran budaya Indonesia tersebut. Selain memamerkan kain dan sejarah motifnya, di ajang pameran budaya Indonesische Culturele Maand juga digelar peragaan busana.

Menampilkan batik berbagai motif untuk casual dan summer outfit, bukan hanya para model yang naik catwalk tetapi juga diramaikan oleh noni-noni Belanda, mereka begitu percaya diri memeragakan busana karya budaya negeri katulistiwa dengan diiringi instrumen perkusi hidup berupa kendang menggantikan musik deep house dengan beat menghentak dan chorus efect. Suasana kota budaya Yogyakarta hadir ke catwalk menghipnotis para hadirin. Kilatan lampu kamera dan aplaus pun menyambut meriah.

Ponsel Savanna bergetar, dilihatnya layar, Thoriq! Bingung, mondar-mandir didalam kamar hotel. Sudah sebulan ia tak mau mengangkat panggilan telepon Thoriq, ingin melupakan dan memulai kehidupan barunya tanpa memikirkan pemuda itu.

Diangkat

Tidak

Diangkat.....

Sudah sebulan di Eropa, berpindah dari satu negara kenegara lainnya. Sejam yang lalu Mama telepon dan menceritakan kedatangan Muhammad Thoriq kerumahnya, perasaannya berbaur antara senang dan sedih. Sekalipun senang ia tak layak merayakannya, ada seorang gadis yang berderai air mata karenanya, Kanaya! Entahlah, seandainyapun hubungannya kembali terjalin dengan Thoriq apalah gunanya. Orang tua Thoriq tak menyukainya, sebaiknya ia terima kontrak kerja sama dengan Hanny Hananto saja untuk tinggal di Milan tapi Mama keberatan. Savanna bingung, memegangi pelipisnya dengan rupa amburadul.

"Assalamualaikum Humairah..." suara Thoriq yang berat menggema.

"Waalaikumsalam..." mendengar suara itu terasa semua beban dipundaknya luruh, damai dan menggetarkan. Kemanapun berada ia tak bisa melupakan pemilik suara itu, sejauh apapun berlari ia selalu ingin kembali.

"Alhamdulillah diangkat, semoga anda tidak marah lagi..." suara Thoriq sarat dengan beban.

"Telfonku tak pernah diangkat, bahkan dalam sehari aku pernah tiga kali kerumahmu tapi kau tak pernah ada disana sampai Mama bingung melihatku..." Thoriq tersenyum tipis.

"Tak usah mencariku, aku tak pantas untukmu..." Savanna menghembuskan nafas berat, mulai galau.

"Humairah, please..."

"Itu benar, nyatanya kita punya masalah yang tak pernah terselesaikan..."

"Sabarlah sedikit lagi, Umi tak mungkin membiarkanku menderita tanpa pasangan hidup selamanya..."

"Selamanya......?" Savanna mengernyitkan dahinya.

"Ya, aku tak punya calon lain selain dirimu.." Thoriq membayangkan wajah gadisnya dengan pipi kemerahan.

"Pasti Umi punya calon lain selain Kanaya..." bantah Savanna.

"Anda mau begitu, nanti ngambek lagi...?" goda Thoriq.

"Anda tak pernah jelasin apapun tentang persiapan pernikahanmu dengan Kanaya."

"Aku tak mempersiapkan apapun, entahlah bagaimana harus kujelaskan..? Anda juga sudah memiliki bule tampan tanpa penjelasan..." protes Thoriq.

"Edward adalah teman baik dari London..." Savanna mengalihkan tatapannya.

"O ya, hanya teman baik...?" kening Thoriq bertaut.

"Ada yang aneh...?" Savanna menyipitkan sebelah matanya.

"Meragukan..." kalimat Thoriq menggantung.

"Setidaknya aku tidak mempersiapkan pernikahan tanpa penjelasan.." balas Savanna.

"Sudahlah, maafkan salahku..." Thoriq serba salah.

"Tapi hubungan kita akan berjalan ditempat, Umi tidak menyukaiku.." air mata menggantung disudut mata Savanna.

"Sabarlah, aku tengah berjuang mendapatkan restu Umi. Rumah yang tengah dibangun disebelah kanan pesantren adalah rumah kita nantinya, aku mau memiliki banyak anak agar tak kesepian. Kita selama ini sama-sama menjadi anak tunggal, rasanya seru jika punya kakak atau adik..." Thoriq mulai berkhayal.

Savanna tersipu, pipinya merona. Ia akan menikah dengan Thoriq dan memiliki banyak anak, rasanya tak ada kebahagiaan melebihi itu. Tapi kapan....? Thoriq tak mungkin menikah tanpa restu Umi, hatinya kembali galau!

"Kita akan tinggal disini...?" Savanna melihat bangunan setengah jadi disebelah kanan pesantren yang dikirim Thoriq lewat watsapp. Tidak semewah rumah tinggalnya di Jakarta namun Savanna menyukainya, asal bersama Thoriq dimanapun akan bahagia.

"Tentu saja, mendirikan pesantren ini adalah cita-citaku dari kecil. Aku ingin mendidik anak-anak generasi bangsa yang bukan hanya pintar tetapi juga berahlak baik.." Thoriq tersenyum optimis.

"Sungguh mulia cita-citamu."

"Dan aku perlu pendamping sepertimu."

"Seorang model?" Savanna menggoda.

"Seorang yang baik dan pemurah sepertimu.."

"Lalu....bagaimana profesiku?"

"Tinggal pilih, tetap jadi model apa menjadi istri Mohammad Thoriq..?" 

"Menjadi istri Muhammad Thoriq dan menjadi model.." goda Savanna. 

"Alhamdulillah, aku ingin segera menikahimu Humairah agar tidak berkalwat seperti ini..."

"Aku bersedia..."

"Humairah...."

"Ya...."

"Aku kangen panti dan bangku dibawah pohon kamboja. Apakah anda masih lama di Belanda...?"

"Besok kami sudah pulang."

"Baiklah, apakah Mr.bule-mu itu akan menjemput di bandara...?"

"Tidak, Edward lagi pulang ke negerinya...."

"Jadi....dia juga pamit padamu jika pulang ke negerinya...?"

"Kakak.....please..."

"Anda memanggilku Kakak...?" dada Thoriq berdebar.

"Aku sering cemburu mendengar Kanaya memanggilmu Kakak, sekarang panggilan itu untuk-ku..."

"Aku senang panggilan itu dan terima kasih sudah mencemburuiku.."

"Genit..."

"Sebetulnya aku kangen sama seorang gadis yang duduk dibawah pohon flamboyan, bukan pada bangkunya...he..." Thoriq tertawa.

"Dasar jaim...."

"Semalam aku tidak bisa tidur karena memikirkanmu, apakah kamu juga...?" kalimat Thoriq menggantung.

"Semalam....sehabis pameran budaya aku sholat isya lalu tidur pulas sampai pagi...." Savanna terkekeh.

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik aku menunggumu. Sampai jumpa Humairah, assalamualaikum..."

"Waalaikumssalam...." tiba-tiba semua masalah dan beban lenyap begitu saja, menguap seperti asap yang tertiup angin. Savanna tersenyum bahagia, semua yang dilihat terasa begitu indah.

Diciumnya bunga tulip segar empat warna dalam vas sepenuh perasaan, ternyata bahagia itu sederhana dan kesederhanaan itu ada pada kekasihnya, Muhammad Thoriq Al-Farisi. Dia bukan seorang pengusaha kaya tapi hatinya sangat kaya dan cita-citanya sangat mulia. Bersamanya Savanna siap mengarungi apapun tanpa rasa takut!

*****

Bandara Soekarno Hatta ramai wartawan, berdesakan untuk mengabadikan kedatangan Rio Stefan and team yang keliling Eropa dalam pameran budaya Indonesia. Beberapa sibuk mengejar Savanna Halina Putri begitu dilihatnya seseorang menjemput gadis itu, Edward. Savanna terkejut, bukankah Edward kemaren pamit pulang ke London sekarang malah berada di Bandara Soekarno-hatta menjemputnya. Belum sempat ia menyapa Edward wartawan sudah mengerubutinya dengan berbagai pertanyaan....

"Apakah ini kekasih Anda..." tanya wartawan sambil menjajari jalan keduanya. Para kuli tinta itu merasa mendapatkan berita tak biasa. Selama ini model profesional ini jauh dari gosip, apalagi yang menyangkut kekasih. Savanna dikenal sebagai selebrities yang dermawan dan baik hati, kali ini wartawan seakan mendapatkan berita baru.

Savanna dan Edward hanya tersenyum menyambut wartawan, tiba-tiba sebelah tangan Edward begitu saja memeluk pinggangnya dan itu tak luput dari jepretan kamera wartawan. Tak mungkin tangan Edward dihempasnya didepan orang banyak, karena diam saja kini Edward semakin berani dikecupnya pipi Savanna kanan dan kiri tepat saat seseorang juga datang menjemputnya, Muhammad Toriq! Pemuda itu langsung melengos dan membalikkan badan, pergi dari bandara dengan emosi tak tertahan! Dadanya bergejolak. "Umi benar, aku tak akan sanggup ber-istrikan seorang model. Kehidupanku berbeda dengannya, seharusnya aku mendengarkan Umi. Orang tua tak pernah salah, khususnya ibu. Maafkan anakmu ini Umi..." Thoriq menghidupkan mesin mobilnya, kepesantren!

Foto Savanna dan Edward menghiasi media dengan berbagai posisi dan komentar, seakan-akan Edward adalah kekasih yang selama ini disembunyikan oleh gadis itu. Televisi khususnya berita infotainment dan majalah gosip tak kalah gencar memberitakan hubungan keduanya.

Savanna Halina Putri, model profesional Indonesia berhubungan dekat dengan seorang bangsawan Inggris. Mr.Edward Ferguson pemilik saham terbesar Golden Semesta, PT. Bahkan Savanna pernah diundang ke rumah Mr.Edward di London untuk berkenalan dengan keluarga besarnya dalam rangka membicarakan keseriusan hubungan keduanya.

Foto-foto Savana waktu di Paris dan London bersama Edward beredar di media, hanya berdua padahal mereka selalu pergi ber-lima. Foto Alin, Lucy, Amira dan Luna dipotong habis oleh paparazi. Kejamnya dunia media sosial, berita tersebar seringkali tanpa klarifikasi.

Oh My God, Savanna membanting ponselnya di kasur, tamatlah sudah hubungannya dengan Muhammad Thoriq! Umi pasti tambah tak menyukainya, model yang pernah memakai busana setengah telanjang sekarang berciuman dan berpelukan bebas dengan seorang bule di bandara internasional Soekarno-Hatta! Air mata Savanna berderai membasahi pipinya, ia tak mungkin klarifikasi hubungannya dengan Edward. Buat orang bule cipika-cipiki dan memeluk pinggang teman sudah biasa tapi menjadi luar biasa buat Muhammad Thoriq dan keluarganya! "Aku harus bagaimana...?"

Ya Allah seandainya hati ini bisa dikendalikan sesuai kemauan ingin rasanya Savanna mencintai Edward saja, dia baik dan lembut hati. Edward tak pernah menuntut apapun bahkan cenderung mengikuti kemauannya. Kenapa hatinya tertambat begitu dalam kepada seseorang yang selalu memberinya air mata, bahkan hampir membuatnya ingin mati saja saat tahu Thoriq akan menikahi Kanaya. Hubungannya baru saja membaik dengan Muhammad Thoriq kini kembali memanas, tiga kali teleponnya tidak diangkat membuktikan pemuda itu sudah mengetahui beritanya di media. Hatinya terasa hancur, pengorbanan Kanaya seperti tak ada gunanya. 

Tadinya Savanna berharap bisa menikmati saat-saat manis duduk dibangku dibawah pohon flamboyan sambil berbincang usai tugasnya di Panti Asuhan Kasih Bunda, kini harapan itu pupus, musnah dan terbakar jadi abu. Thoriq tak mungkin memaafkannya, segala bukti sangat jelas didepan mata. Sekali lagi dipanggilnya nomor ponsel Muhammad Thoriq, aktiv tapi tidak diangkat. Terakhir mesin penjawab mengatakan nomor tersebut sedang dialihkan!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status