Beranda / Romansa / Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar / Bab 45 : Siluet Cinta yang Terlarang

Share

Bab 45 : Siluet Cinta yang Terlarang

Penulis: Vanilla_Nilla
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-25 22:25:59

Maura menggeleng pelan. “Tidak, aku memang sengaja membawa mobilnya begitu cepat.”

“Kenapa?” Alis Revan bertaut bingung dengan pengakuan Maura.

Maura terdiam, pikirannya berkecamuk. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia begitu nekat membawa mobil dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya mengalami kecelakaan. Dalam benaknya waktu itu, ia terus mengingat betapa Dimas telah mengkhianatinya dan berselingkuh dengan adik sepupunya sendiri, Nabila. Tapi bukan hanya itu yang membuat Maura merasa sakit hati. Kedatangan Alyssa, sahabatnya sendiri, yang ia tahu sedari dulu mencintai Revan, juga menambah luka di hatinya. Entahlah, Maura sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya saat itu. Ia hanya merasa begitu marah, kecewa, dan sakit hati, hingga akhirnya ia melampiaskannya dengan mengendarai mobil secepat mungkin.

Revan mengangkat dagu Maura, memaksa wanita itu untuk menatapnya. “Apa ada sesuatu yang mengganggumu?” tanyanya, berusaha menyelami isi hati Maura. Ia bisa merasakan a
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 85 : Harga dari Sebuah Keputusan

    Waktu terasa berhenti. Maura berdiri diam di tepi balkon, matanya masih tidak berani menghadapi Revan. Hatinya berdebar kencang sampai akan meledak, dan kata-kata "apa kamu juga mencintaiku?" terus berputar di kepalanya. Aku mau ngomong apa? pikirnya, menggigit bibirnya sampai terasa sakit. Semua yang dia rasakan selama ini, rasa sayang yang tidak bisa dia ungkapkan, kesedihan melihat Revan dekat dengan Alyssa, rasa sakit karena harus membujuknya menikahi orang lain, semua itu terasa menyesakkan. Revan tetap menatap Maura, matanya masih penuh harapan. Dia tidak mau mendesak, tapi hatinya juga tak tahan menunggu. Sudah lama dia menyukai Maura, tapi tak berani mengaku karena dia tahu Maura masih menikah dengan Dimas. Tapi sekarang, dengan semua yang terjadi, ia berharap Maura juga mencintainya. Setelah sejenak terdiam, Maura akhirnya mengangkat kepala. Matanya yang berkaca-kaca bertemu dengan pandangan Revan, dan dia melihat kebenaran di mata lelaki itu. Dia mengambil napas panjang,

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 84 : Apa Kamu Juga Mencintaiku?

    Setelah keluar dari kamar Cornelia, Maura langsung menuju tangga untuk mencari Revan. Langkahnya masih terasa berat, hatinya dipenuhi dengan janji yang baru saja dia berikan, janji yang membuatnya terasa terluka dari dalam. Hari ini, Maura mengenakan rok panjang yang sebetis, warna krem muda yang terasa lembut saat bergeser di lantai. Di atasnya, dia memakai baju atasan kemeja lengan pendek dengan motif bunga kecil warna ungu muda, yang dibuka sedikit di leher dan diselimuti jaket cardigan tebal warna abu-abu muda. Semua pakaiannya terasa nyaman tapi tetap rapi, Maura selalu memperhatikan penampilannya meskipun hatinya sedang kacau. Ia mulai menaiki tangga, satu tangannya menopang erat pada pagar tangga yang terbuat dari kayu. Kakinya mengenakan high heels kulit warna coklat tua, yang setiap kali menapak ke anak tangga mengeluarkan bunyi "tuk ... tuk ... tuk" yang terasa keras di tengah keheningan rumah. Bunyi itu seolah menambah beban di hatinya, setiap langkah semakin memperkuat

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 83 : Janji yang Terluka

    "Maura ...?" gumam Cornelia, matanya masih terbuka lebar karena terkejut. Dia tidak menyangka wanita itu akan tiba di saat seperti ini, saat dia sedang memohon Revan untuk menikahi Alyssa. Revan juga masih terdiam, tubuhnya kaku di samping ranjang. Dia melihat Maura yang berdiri di ambang pintu, wajahnya memerah dan mata yang berkaca-kaca. Apakah Maura sudah mendengar semuanya? Pikiran itu membuat hatinya berdebar kencang. Maura perlahan melangkah masuk ke dalam kamar, tangannya sedikit gemetar, tapi ia mencoba untuk tetap tenang. "Ma, barusan Rena bilang Mama sedang sakit, jadi aku langsung ke sini," ucapnya dengan suara lemah, mencoba menyembunyikan ketakutan dan kesedihan yang ada di hati. Dia berjalan mendekat ke ranjang, sambil memperhatikan ibu mertuanya dengan penuh khawatir. "Mama sakit apa? Apa sudah minum obat?" Cornelia hanya bisa mengangguk perlahan, masih belum percaya bahwa Maura ada di sana. Tubuhnya terasa lebih lemah, pikirannya bingung—bagaimana dia bisa melanjut

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 82 : Harapan yang Menyakitkan

    Setelah pertemuannya dengan Usman beberapa hari lalu, tubuh Cornelia terasa sangat lelah, ia terus saja memikirkan perjodohan Revan dan Alyssa, ia takut bahwa semua rencananya akan hancur dan Revan akan menolak terus. Cornelia melangkah perlahan menuju ruang tamu, tapi kakinya terasa goyah. "Rena!" panggilnya dengan suara lemah ke arah dapur. Rena yang sedang membersihkan peralatan makan di dapur mendengar panggilan dari Cornelia. Ia pun langsung berlari keluar, wajahnya terlihat khawatir ketika melihat Cornelia. "Iya, Nyonya?" Cornelia duduk pelan di sofa, dadanya terasa sesak. "Tolong buatkan aku teh hangat, ya. Aku sedang tidak enak badan." "Baik, Nyonya," jawab Rena dengan cepat. Tapi sebelum dia kembali ke dapur, matanya melihat tubuh Cornelia yang limbung, wajah yang pucat dan kering. Dia mendekat lagi, tangannya menopang bahu Cornelia. "Nyonya, Anda tidak apa-apa? Tubuh Anda terlihat goyah. Biar saya bantu Anda ke kamar, biar lebih nyaman berbaring." Cornelia hanya bisa m

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 81 : Perjodohan dan Surat Cerai

    Setelah meninggalkan Revan di apartemen, Cornelia langsung menuju Cafe Seruni yang sudah dijanjikannya dengan Usman. Jalanan terasa macet, membuat hatinya semakin kesal dan cemas. Dia terus memikirkan pertarungan tadi dengan putranya, dan kekhawatiran bahwa Revan benar-benar tidak akan menerima perjodohan dengan Alyssa. Sesampainya di cafe, Cornelia langsung mencari Usman. Dia melihat pria itu sedang duduk di ujung cafe yang lebih sunyi, menghadap jendela sambil memegang cangkir kopi. Cahaya dari sorot lampu masih sedikit menyinari wajahnya, membuatnya terlihat tenang meskipun sudah menunggu lama. Cornelia mendekat dengan langkah tergesa-gesa. Usman melihatnya, lalu tersenyum. "Cornelia, kamu datang juga," ucapnya sambil membuka kursi di hadapannya. "Maaf, Usman, aku terlambat," kata Cornelia dengan suara terengah-engah, langsung duduk seperti yang disarankan. Napasnya masih tergesa-gesa karena jalan macet dan kekacauan hatinya. "Tidak apa-apa," jawab Usman dengan senyum. "Sudah

  • Dalam Dekap Hangat Kakak Ipar   Bab 80 : Harapan Mama vs. Hati Sendiri

    Di ruang tamu, Revan dan Cornelia duduk berhadapan. Cornelia menyeduh teh dengan tangan yang tegas, sedangkan Revan duduk kaku di sofa, sementara hatinya terus saja memikirkan Maura yang masih bersembunyi di kamar. Udara terasa kaku, hanya terdengar bunyi AC yang membisik di antara mereka. "Revan, Mama sudah tidak tahan lagi melihatmu seperti ini, selalu terlihat tergesa-gesa dan tidak tenang," ucap Cornelia pertama, matanya menatap tajam ke arah anak sulungnya itu. "Mama tahu hatimu masih tertuju pada Maura, tapi itu harus berakhir sekarang." Revan mengangkat kepala, dalam benaknya penuh dengan pertanyaan. "Ma, kenapa tiba-tiba bicara tentang ini?" "Karena Mama tahu kamu masih sering bertemu dengannya, bukan?" jawab Cornelia dengan curiga. "Padahal dia adalah istri Dimas, adikmu sendiri! Mama menyuruhmu untuk menjauhi Maura, dan membuka hatimu untuk Alyssa. Dia yang pantas untukmu, Revan. Dia setia, baik hati, dan sudah menunggu kamu sejak lama." Revan menghela napas panjan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status