Wajah Jonathan seketika berubah gelap. Kemarahannya sudah tidak terbendung lagi. Mereka sudah main-main dengannya. Salah jika mereka menganggapnya lemah dan gampang disingkirkan. Mereka belum tahu wajah asli Jonathan. Si tangan dingin yang bisa menghancurkan lawan tanpa belas kasih.'Rupanya mereka mau main-main denganku.' batin Jonathan mencemooh. "Baik, akan kulayani kalian semua." desis Jonathan."Tuan," panggil Rebecca."Biarkan saja, kerjakan tugasmu seperti biasa. Tunggu instruksi dari saya selanjutnya. Saya mau keluar sebentar, ada urusan penting yang mendadak.""T-tapi, Tuan Simon susah untuk dihubungi, Tuan." ucap Rebecca yang mengkhawatirkan Adam. Gadis itu diam-diam menyukai asisten pribadinya Jonathan. Sering bertemu dan sikap Adam yang hangat. Membuat Rebecca jatuh cinta padanya."Adam ada tugas khusus. Setelah selesai, dia akan kembali ke kantor ini bersama kita.""B-baik, Tuan.""Heem … saya pergi dulu." Jonathan bergegas masuk ke dalam lift lalu menelepon sopir pribadin
"Tidak perlu takut, Adam." Carlos muncul dari belakang kerumunan orang-orang dan menghampiri Adam yang sedang bersitegang dengan Jonathan. Ia yakin kali ini akan membuat Jonathan mutah darah karena marah."Kalian ada hubungan apa?" tanya Jonathan yang menyipitkan matanya melihat Carlos merangkul pundaknya Adam. Mereka terlihat sangat akrab seperti teman lama."Tuan …." Adam tertunduk, tudak berani untuk menatap wajah Jonathan."Baiklah, biar aku saja yang menjelaskan apa hubungan kami yang sebenarnya saat ini." Carlos masih tidak melepaskan rangkulan tangannya ke pundak Adam. Laki-laki itu sengaja ingin menunjukkan jika mereka mempunyai hubungan spesial"Kami adalah partner …." Carlos menjeda kalimatnya. "Lebih tepatnya PARTNER IN CRIME." Carlos tersenyum lebar, menantikan reaksi dari laki-laki sombong seperti Jonathan."Adam." Jonathan meminta penjelasan. Tatapan laki-laki itu sangat mengerikan. Seolah ingin mencabik-cabik tubuh Adam yang berada di hadapannya."Tuan, maafkan saya. S-s
"Lepaskan, lepas!" Thalia meronta ketika mereka membawanya ke sebuah hotel."Diam di sini atau akan kami pèrkosa!" ancam laki-laki yang baru saja membopong Thalia.Thalia beringsut mundur sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Jangan," pinta Thalia memelas."Awas! Jangan coba-coba untuk lari, atau kami patahkan kaki indahmu!" ancam laki-laki itu lalu membanting pintu kamar dan menguncinya dari luar."Kak Adam," panggil Thalia yang menangisi nasib buruknya.***Kantor cabang Smith Corporation.Jonathan berjalan dengan wajah dingin tanpa sedikit pun senyum di bibirnya. Walaupun selama ini ia terkenal dengan sebutan pria berwajah dingin. Namun kali ini sungguh wajahnya sangat tidak bersahabat. Rebecca yang menggantikan posisi Adam untuk saat ini harus kelimpungan memegang pekerjaan Adam sebelumnya dan saat ini harus mendampingi bosya menghadiri rapat dadakan untuk membahas saham yang semakin jatuh.Saat pintu terbuka, semua wajah lesu dengan tatapan membenci Jonathan terpampa
"Magdalena Morris," gumam Carlos heran. Kenapa gadis cantik itu berada di ruang direktur? Jadi, siapakah pembeli saham yang disebutkan Jonathan tadi? Laki-laki itu semakin bingung.Carlos sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia tetap tidak bisa menemukan jawaban yang tepat untuk mengobati rasa herannya. Mungkinkah rencananya gagal total?"Nathan," panggil Magdalena."Ada apa, Lena?" Jonathan menoleh kepada gadis itu."Jangan marah, aku hanya ingin membantumu sedikit. Aku tidak ingin kau terlalu sibuk lalu mengabaikanku." cicit Magdalena."Hmm," gumam Jonathan."Nathan ….""Lain kali jangan kau ulangi lagi, saya bisa menyelesaikan semua masalah saya sendiri. Saya laki-laki, Lena. Saya mampu dan bisa, jangan remehkan saya." ucap Jonathan penuh penegasan."Maaf, aku tidak bermaksud merendahkan harga dirimu." sesal Magdalena."Sudahlah jangan dibahas lagi. Saya janji, setelah masalah ini selesai. Saya akan mengajakmu berlibur.""Benarkah?" Magdalena terkejut dengan ucapan Jonathan yang ingin m
"Jangan meremehkanku Adam, Kau meninggalkanku hanya karena gadis ingusan itu." dengkus Jonathan.Carlos membelalakkan matanya. Sekarang apalagi ini? Belum selesai ia terkejut dengan pembeli saham yang membuatnya urung menjalankan rencananya. Kini, asisten pribadi yang bisa ia gunakan untuk menghancurkan Jonathan. Dengan mudahnya kembali ke sisi laki-laki sombong itu. Apakah ada yang salah dalam rencananya."Ramos," panggil Carlos yang melihat asisten pribadinya keluar dari lift lalu berjalan ke arahnya."Thalia diculik, Tuan." bisik Ramos."Saya tahu, dasar tidak berguna!" desis Carlos."Tapi gadis yang satunya masih berada di apartemen itu.""Apa gunanya, dasar bodoh. Wanita itu bekas wanita penghibur, beda dengan Thalia yang masih perawan dan sedang mengandung benihnya Adam." Carlos sangat frustasi.Ramos terdiam mendengar umpatan dari bosnya. Mungkin kalinini bukan hanya makian yang akan diterimanya."Nona Rodriguez, berhenti memberikan pengertian terhadap mereka. Panggil pihak keam
Kantor Soriano Corporation.Keesokan harinya, setelah berpikir semalaman. Carlos masih belum menyerah untuk menjegal Jonathan dari kedudukannya sebagai pebisnis nomor satu di negara Azdania."Ramos, siapkan dokumen dengan segera! Saya ingin klien-klien yang Adam berikan datanya kepada kita, sesegera mungkin mau menjalin kerjasama dengan Soriano Corporation. Kita lihat, selama apa Smith bertahan, setelah mengeluarkan uang cukup banyak untuk kerugian penangguhan pesanan karena molornya jadwal pengadaan barang pesanan." titah Carlos dengan semangat barunya."Baik, Tuan.""Kita belum kalah, Ramos. Smith bisa saja menghinaku kemarin siang. Tapi, dia pasti kerepotan jika harus mencari tenaga kerja dalam jumlah banyak dan dalam tempo waktu secepatnya.""Benar, Tuan. Masalahnya satu, uang. Kembali kepada uang, untuk mendapatkan tenaga kerja dalam waktu dekat. Butuh uang dalam jumlah yang banyak." timpal Ramos."Maka dari itu, kita harus bergerak cepat, Ramos. Segera hubungi mereka dan berikan
"Kau sangat salah karena telah bermain-main denganku, Carlos. Berani mengganggu ketenanganku, sehingga harus menyebabkan Magdalena mengambil tabungan warisannya.""Sebentar lagi, Kau akan merasakan seperti apa balasan dari Jonathan Smith. Ahahaha!" Jonathan terbahak sambil menatap layar CCTV di depannya."Adam, sudah waktunya memberi kejutan kepada mereka, ayo!" Jonathan segera berdiri lalu merapikan jas mahalnya. Ia sudah tidak sabar untuk melihat secara langsung wajah dari Carlos yang sedang menahan amarah. Laki-laki itu ingin menegaskan sekali lagi, jika mengusiknya adalah hal bodoh yang telah dikerjakan Carlos, dalam seumur hidupnya. Mereka belum tahu, siapakah dirinya yang sesungguhnya. Hanya dengan menjentikkan satu jarinya, siapa pun itu di negri ini. Pasti dengan mudah disingkirkan oleh Jonathan."Baik, Tuan." Adam merasa senang karena bosnya kembali tersenyum dan dalam keadaan mood yang sangat baik. Mungkin setelah ini, permintaannya akan dikabulkan. Ah senangnya …."Jonathan
Lily yang putus asa dan berniat bunuh diri digagalkan oleh Miss Nancy, mucikari pemilik rumah bordil yang membeli Lily dari pamannya."Semua sudah menjadi takdirmu, jangan kau sia-siakan hidupmu dengan bunuh diri. Jalani saja, mungkin suatu nanti. Nasibmu berubah setelah kau bertemu dengan laki-laki baik-baik yang menyukaimu, siapa pun dirimu. Banyak dari gadis-gadis di sini yang bernasib demikian. Seorang laki-laki kaya yang baik menebus lalu memperistri mereka secara sah. Mungkin kau akan bernasib seperti itu."Ucapan Miss Nancy membuat Lily mengurungkan niatnya. Ia berhenti menangis dan lebih tenang."Tapi saat ini kau harus menjalani kehidupan malam yang sudah menjadi takdirmu dengan sebaik-baiknya.""M-maksud, Miss?" tanya Lily dengan sedikit takut."Mulai hari ini, kau harus belajar berdandan, menari erotis dan juga belajar cara memuaskan hasrat laki-laki.""Apa?!""Aku membelimu dengan harga yang sangat mahal dari pamanmu, Sayang. Hutangmu belum lunas.""T-tapi, kemarin malam, s