Share

4. Umpan untuk Pengkhianat

"Nona Morris telah lulus kuliah, dia akan kembali besok pagi. Apakah Anda tidak ingin menjemputnya?" tanya Adam.

Jonathan menghentikan kegiatannya, lalu menatap Adam. "Apakah itu perlu?"

"Anda tunangannya, sebaiknya Anda menjemputnya. Nona Morris berada di luar negri selama lima tahun." Adam menghela napas sambil menunggu jawaban bosnya.

"Tapi dia setiap tahun pulang ke negara ini." jawab Jonathan santai. Seperti dugaan Adam, bosnya menganggap, memoerhatikan pasangan adalah hal sepele.

"Itu karena Anda, tidak pernah mengunjunginya." Adam ingin sekali memukul kepala Jonathan dengan guci yang berada di dekatnya supaya laki-laki itu punya sedikit kepekaan.

"Tahun lalu, aku datang memberinya kejutan di hari ulang tahunnya." Jonathan masih mengingat semua momen bersama Magdalena.

Adam menghela napas, sungguh bos yang satu ini terlalu dingin dengan wanita. Tapi itu tidak mengurungkan niat para wanita cantik untuk mendekatinya. Termasuk Magdalena Morris, wanita muda yang sudah lima tahun menjadi tunangannya. Putri dari perdana mentri Abraham Morris itu tetap memujanya. Walaupun Jonathan memperlakukannya biasa saja.

"Itu karena Anda mempunyai urusan di kota yang sama, sehingga Anda meluangkan waktu satu jam untuk memberinya hadiah ulang tahun. Bukan khusus meluangkan waktu untuk mengunjunginya." terang Adam. Laki-laki muda itu tetap berusaha menyadarkan Adam.

"Maaf, Tuan," Adam menundukkan kepalanya setelah Jonathan mengetukkan jarinya di meja kerjanya. Ia tahu, jika Jonathan telah memberikan kode, itu berarti menyuruh Adam untuk berhenti mendiktenya.

"Siapkan dokumen untuk pertemuan rapat nanti siang." Jonathan tidak terpengaruh dengan masukan dari Adam.

"Baik, Tuan."

***

"Apa-apaan ini?" Jonathan melempar dokumen ke meja rapat setelah selesai membaca keuangan bagian operasional pabrik asamble mobil dari salah satu anak cabang perusahaannya.

"Jangan coba-coba mencuri dari saya. Kalian tahu akibatnya!" suara Jonathan yang melengking membuat semua peserta rapat menundukkan kepala.

"Tuan," Adam mendekati Jonathan. Ia tanggap dengan keadaan emosi Jonathan yang sedang meledak.

"Seret keluar pelakunya."

"Baik, Tuan." Adam memberi kode kepada anak buahnya.

"Bawa ke ruang khusus." sembur Jonathan garang.

Seluruh karyawannya Jonathan saling lirik, mereka ingin tahu, siapa gerangan yang berani melakukan penyelewengan. Padahal semua orang sudah paham, konsekuensi apa yang akan mereka terima jika berkhianat kepada seorang Jonathan Smith.

Jonathan menggaji seluruh karyawannya di atas standar upah pekerja. Bahkan bonus tambahan lainnya juga ia sangat royal. Namun jika ia dirugikan, ia bisa menghukum pelakunya dengan sangat kejam. Tidak hanya memecatnya, ia akan membekukan semua rekening pelaku dan membuatnya tidak diterima kerja di perusahaan mana pun. Rumah dan segala properti akan disita. Jonathan akan membuat para pengkhianat benar-benar menjadi seorang pengemis di jalanan. Mereka kembali ke titik nol, bahkan mereka bisa lebih menderita dari zaman sebelumnya.

"Tuan, ampun, bukan saya." Kepala manajer bagian produksi dari kota barat, berteriak minta ampun setelah dengan kasar diseret oleh pengawalnya Jonathan. Laki-laki berumur lima puluhan tahun itu sangat ketakutan ketika dirinya lah yang dinyatakan sebagai pelaku korupsi penggelapan uang yang cukup fantastis jumlahnya. 'Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak pernah melakukan hal itu. Apakah ini akal-akalan Tuan Smith untuk melenyapkanku?' batin laki-laki tua itu dengan sedih.

"Pantas saja, dia bisa beli mobil baru yang edisi terbatas." bisik karyawan yang berada tak jauh dari tempat duduk laki-laki itu.

"Benarkah?" sahut yang lainnya.

"Dia juga menyekolahkan semua anaknya di sekolahan orang asing. Biayanya sangat mahal, padahal dia punya lima orang anak. Bayangkan berapa jumlah yang harus dikeluarkan setiap bulannya." timpal suara sumbang, karyawan lainnya.

"Tuan, ampun …." suara karyawan tersangka pelaku korupsi menghilang ketika memasuki lift untuk dibawa ke ruang khusus milik Jonathan untuk menginterogasi para pengkhianat atau musuh-musuhnya.

Ruang rahasia yang konon sebagai tempat mengeksekusi orang yang dianggap membayajan atau merugikan Smith Corp.

"Rapat dibubarkan. Satu minggu lagi akan digelar kembali rapat susulan." titah Jonathan. Ia keluar diikuti oleh Adam dan para pengawal pribadinya.

Setelah kepergian Jonathan, kasak-kusuk kembali terdengar di antara peserta rapat. Suara tersebut berasal dari segerombolan laki-laki berpakaian rapi. Rata-rata mereka sudah berumur setengah baya.

"Rencana kita berjalan mulus, Tuan Esteban." ucap seseorang.

"Jaga mulutmu! Lihat tempat kalau bicara!" hardik Esteban da Silva, salah satu dewan direksi senior di perusahaan Smith Corporation.

Sementara itu, Adam dan Jonathan berada di balik dinding. Dengan jelas bisa mendengarkan perbincangan Esteban dan kedua rekannya tadi.

"Tuan." panggil Adam.

"Umpan sudah disambut oleh mangsa kita, Adam." Jonathan tersenyum smirk.

"Jadi, kita akan …." tanya Adam.

Jonathan menoleh dengan wajah yang sudah menggelap. "Habisi mereka sekarang juga!"

Adam mengangguk, saatnya menjalankan hukuman yang sudah ditentukan ileh Jonathan.

bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status