"Kau!" Jena semakin marah. Emosinya ingin meledak."Cari putri kesayanganmu dan tanyakan tentang hal ini. Dia memberiku obat perangsang dan merayuku. Sungguh sangat hina," cibir Jonathan.Mark menarik tangan Jena. Ia mencegah istrinya untuk berbuat hal yang lebih lanjut. "Panggil Maria dan suruh dia pulang ke mansion secepatnya.""Hhh… baiklah." Jena melepaskan tangan Mark."Diego, bersihkan pecahan guci ini." Mark melangkah masuk dalam ruang kerjanya. Ia ingin menghubungi Carlos karena penasaran dengan berita yang sudah disampaikan oleh Jonathan padanya.***"Tuan." panggil Adam."Sudah ditemukan lokasinya?""Sudah.""Ayo kita ke sana!""Baik, Tuan.""Bedebah itu harus menanggung akibatnya."Jonathan sudah sangat geram. ingin menghajar Carlos dan membunuhnya. Jika sesuatu terjadi dengan Magdalena. "Lokasinya cukup jauh, Tuan.""Di mana?""Di bukit Monte Gana.""Sejauh itu?" Jonathan mengetatkan rahangnya."Benar, Tuan.""Berengsek! Jika sampai Carlos menyentuh Magdalena. Aku tidak ak
Jonathan segera turun dari helikopter setelah alat transportasi itu berhenti di sebuah lapangan kecil di perbukitan yang menurut mereka adalah lokasi terdekat dengan Mansion keluarga Soriano Tempat yang dijadikan Carlos untuk menyekap Magdalena."Tuan, tunggu!" panggil Adam."Tunggu apalagi?""Kita harus hati-hati, kemungkinan ada banyak penjaganya. Sedangkan anak buah kita belum sampai.""Aku tidak peduli, aku harus menghentikan perbuatan bejat si Soriano itu.""Tapi, Tuan?""Kau jangan bodoh dan sedikit saja kita terlambat. Keselamatan Magdalena terancam, kau tahu itu apa artinya kehormatan bagi seorang gadis?"Adam terdiam."Mungkin kita tidak bisa mengalahkan para penjaganya, namun setidaknya jika kita membuat keributan Si Soriano itu akan menghentikan aksinya ketika akan menyakiti Magdalena, paham?!"Adam meringis mendengar penjelasan dari bosnya. Sangat masuk akal karena Jonathan adalah sosok yang sangat cerdas. Segala sesuatunya walaupun dalam keadaan genting ia bisa berpikir s
"Dor! Dor!" Jonathan membalikkan tubuhnya lalu menembak kedua orang penjaga mansion yang ingin meringkusnya."Tuan!" teriak Adam.Kedua penjaga mansion itu langsung terkapar di tanah. Seketika meninggal karena terkena tembakan di kepalanya. Jonathan tepat menembakkan peluru ke pelipis mereka."Astaga, Tuan …, Anda membuat saya jantungan." keluh Adam."Jangan banyak bicara, sekarang anak buah kita sudah sampai di mana?" tanya Jonathan."Belum ada kabar, Tuan.""Dasar bodoh! Tidak berguna!" umpat Jonathan. "Kalau begitu ayo, tunggu apa lagi?!""Senjata mereka …, Anda tidak ingin mengambilnya?""Itu tugasmu! Begini saja masih bertanya!" bentak Jonathan."Baik, Tuan." Adam mengambil dua senjata revolver dan menyimpan pistolnya yang telah kosong."Tuan, tunggu!""Ada apa lagi?" sungut Jonathan."Ada pesan dari anak buah kita.""Apa isinya?" "Mereka diperkirakan akan sampai dalam waktu lima belas menit lagi." "Tidak berguna! Dari tadi belum sampai ke sini." Jonathan meninggalkan Adam yang
Magdalena berlari mendekat lalu mendekap tubuh Jonathan dari belakang. Gadis itu menangis dan memohon. "Lepaskan dia Nathan, jangan kau kotori tanganmu. Aku mohon …" Magdalena menangis sesegukan di punggung Jonathan."Jatuhkan saja." ucap Carlos menantang.Jonathan menyeringai, "bhugh!" Tubuh Carlos dilempar ke dalam kamar hingga menghantam dinding."Ayo pulang." Jonathan menarik tangan Magdalena. Namun sebelum keluar kamar, ia menghentikan langkahnya."Bersiap-siaplah, aku akan membuat perhitungan denganmu." desis Jonathan.Carlos terdiam menahan kesakitan di seluruh tubuhnya."Adam, kau pulang bersama mereka lewat jalan darat. Kami akan naik helikopter." titah Jonathan."Baik, Tuan.""Lena," Jonathan mengulurkan tangannya."Ehm," Magdalena berlari meraih telapak tangan Jonathan."Nathan, aku ingin kembali ke kota Rivera.""Baiklah, ayo kita segera kembali ke sana. Ayahmu pasti sudah menunggu kabar darimu.""Benar, sejak aku mendarat di kota ini. Aku belum memberikan kabar kepadanya."
Kata-kata Abraham mengintimidasi Jonathan. Kedua laki-laki beda usia itu saling menatap tajam."Smith, kau sudah berjanji padaku untuk melindungi putriku walau apapun yang terjadi. Tapi kenapa kejadian ini bisa menimpanya?" tanya Abraham emosi."Maafkan saya, Tuan Morris. Saya sedikit teledor sehingga masalah ini bisa menimpa Magdalena. Tapi seperti janji saya dulu sebelum acara pertunangan dimulai, saya sungguh-sungguh untuk menjaga Magdalena seumur hidup saya.""Baguslah kalau kau tidak main-main. Kalau kau hanya sekedar ingin mempermainkan kehidupan putriku. Aku tidak akan melepaskanmu!" ancam Abraham."Jangan berpikir yang buruk terhadap saya, Tuan. Saya menerima perjodohan ini karena saya juga mempunyai perasaan kepada Magdalena, bukan semata-mata untuk tujuan hubungan bisnis yang akan melebarkan kekuasaan saya. Anda sudah paham siapa saya, bukan? Kalau hanya untuk secuil harta yang Anda miliki, saya tidak butuh berpura-pura untuk mencintai Magdalena selama lima tahun ini." sangga
"Tuan, bagaimana ini?"Mark memijit pangkal hidungnya. Laki-laki itu belum bisa mengembalikan kesadarannya. Karena terkejut dengan berita buruk yang sedang menimpanya."Tuan, kita harus ….""Ayo kita ke sana!" ucap Mark sambil menyambar jaketnya yang berisikan pistol dengan isi peluru penuh."Baik, Tuan."Mark melewati Jena dan Maria yang masih berada di posisi semula. Kedua anak dan ibu itu diam tanpa bertanya tentang tujuan kepergian Mark. Mereka hanya menguping dengan saksama. Berita apakah gerangan yang menjadikan Mark murung dan bergegas keluar mansion pada malam hari."Ma," panggil Maria."Ayo segera bereskan barang-barang kita, Maria.""K-kenapa, Ma?" tanya Maria bingung."Kau dan kakak tirimu sudah mengusik ketenangan dari orang yang berbahaya.""Maksud, Mama?""Laki-laki yang kau kagumi, laki-laki yang kau cintai dengan segenap hatimu itu bukan hanya seorang presdir dan pemilik perusahaan Smith Corporation. Namun, laki-laki itu juga adalah ketua dari perkumpulan dunia hitam, B
Jonathan memandang Mark dengan tatapan sinis. "Kau tidak bisa mendengar apa yang telah aku katakan, hah?!" bentak Jonathan.Mark masih diam di tempat. Tidak sudi menuruti perintah dari Jonathan. Bagaimanapun, ia lebih tua dari dari Jonathan. Baginya, merendahkan diri dengan berlutut di hadapan laki-laki itu adalah suatu penghinaan terbesar dalam hidupnya.Jonathan memerintahkan anak buahnya dengan mengangkat dagunya. Seketika orang-orangnya Jonathan mendekati pengawalnya Mark yang hanya berjumlah empat orang lalu menghajar mereka secara mendadak. Jumlah pengawal Mark yang kalah banyak dari anak buahnya Jonathan, menjadikan para pengawalnya Mark itu dengan mudah untuk dilumpuhkan. Selanjutnya, dua orang anggota Blackstone menendang betis Mark dari belakang hingga laki-laki setengah baya itu jatuh ke depan dengan posisi bertekuk lutut menghadap ke arah Jonathan. Bahkan karena terlalu keras, dahi Mark membentur lantai sehingga membuat laki-laki itu akhirnya bersuara."Akh …" desis Mark ya
Maria dan Jena bersembunyi di balik tumpukan batu-bata. Rumah kecil itu sedang direnovasi sehingga banyak bahan bangunan lainnya yang tercecer.Sekumpulan orang-orang berjas hitam berkumpul kembali setelah menyisir rumah dan lahan kosong di sekitar lokasi rumah itu berdiri."Bagaimana?" tanya salah satu dari mereka."Tidak ada.""Di belakang rumah juga tidak ada." jawab yang lainnya."Aku juga tidak melihat tanda-tanda ada sebuah koper atau barang bawaan asing yang berada di dalam rumah itu." ucap seseorang yang baru keluar dari rumah kosong itu."Heem … begitu." Pria yang terlihat sebagai ketua mereka. Tampak berpikir sambil manggut-manggut mencari solusi."Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini. Perketat jalan masuk dan keluar di area ini. Aku yakin daerah ini yang akan menjadi tujuan anak dan ibu itu untuk melarikan diri.""Baik, Kak."Jena dan Maria menghela napas lega setelah kepergian orang-orangnya Jonathan. Mereka keluar dari tempat persembunyian lalu mengambil koper mereka yan