Home / Romansa / Dalam Penjara Bos Mafia / Bab 4. Amarah Damien

Share

Bab 4. Amarah Damien

Author: Melvii_SN
last update Last Updated: 2025-01-24 11:58:49

Dorongan keras Damien membuat Tiffany terhuyung, hingga kehilangan keseimbangan dan terjerembab di lantai dingin. Napasnya tercekat di kerongkongan, mendongak dengan mata berkaca-kaca, membalas Damien yang diliputi amarah. 

"Kau pikir kau siapa, hah? Sok-sokan membantu? Aku tidak butuh orang lain untuk melindungiku, Tiffany!" Amarah Damien meledak, memenuhi ruang kamar yang hening. 

Tiffany gemetar, air mata mulai berjatuhan, "Ma-maaf, Tuan... aku hanya mencoba peduli. Aku takut dia benar-benar akan menekan pelatuk itu. A-aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada Tuan apalagi Tuan sudah terluka," jawabnya Hampir tak terdengar, menggigit bibir untuk meredam isak yang menyesakkan. 

Akan tetapi, Damien tidak bergeming. Dia berjalan mendekati Tiffany, bayangan besarnya mengungkungi tubuh kecil wanita itu, penuh intimidasi. 

"Peduli? Kau pikir itu alasan masuk akal? Kau tahu bertahan apa yang kau lakukan tadi, hanya membuat terlihat lemah di depan para brengsek itu! Kau tidak tahu apa-apa, jadi jangan berlagak membantu! Aku tidak butuh dilindungi oleh wanita lemah sepertimu, Tiffany! Kau mengerti?!" 

Tiffany terperanjat, tubuhnya bergetar hebat mendengar kemurkaan Damien. Kepalanya tertunduk dalam, "A-aku hanya tidak ingin Tuan terluka. Aku tau aku salah, tapi sungguh aku takut kehilang—"

"Kukup!" sela Damien, memotong dengan nada keras, "Kau tidak perlu bertindak seperti pahlawan."

"Iya, Tuan. Sungguh aku tidak bermaksud menanyakan mu. Eem... Tuan, izinkan aku untuk mengobati lukamu. Biarkan aku melakukan sesuatu sebagai permintaan maaf."

"Tidak perlu. Aku sudah memanggil dokter. Luka kecil seperti ini tidak membutuhkan perhatianmu."

Tiba-tiba Tiffany menerima persetujuan Damien yang dingin. Napasnya tersengal, tapi dia mencoba tetap mengangkat wajah, menatap punggung kokoh Damien dengan sedih. 

"Tapi, Tuan—"

"Aku tidak suka mengulangi kalimat yang sama dua kali! Kuharap kau masih ingat jawabanku tadi!" 

Tak ingin membuang waktu, Damien hendak melangkah. Tapi belum sempat, Dorio datang tergopoh-gopoh, wajahnya menunjukkan gurat serius. 

"Maaf menganggu, Tuan. Dokter yang Anda panggil tidak bisa hadir, sedang keluar kota mengurus istrinya yang melahirkan," ujar Dorio memberitahu. 

Sesaat Damien membeku, rahangnya membeku. Perlahan, dia melirik ke belakang, ke arah Tiffany yang masih duduk di lantai. 

__________

Damien menyandarkan punggungnya ke penopang kepala kasur, diikuti desahan panjang. Nada persetujuan masih terasa, karena dia dengan terpaksa membiarkan Tiffany yang mengobati. 

"Lakukanlah, tapi jangan kau pikir aku sudah memaafkanmu," ucapnya dingin, penuh peringatan. 

Tiffany mengangguk, telapak tangannya masih tertekuk karena tegang. Tangannya yang sedikit gemetar mengambil alih kotak P3K dari tangan Dorio. Kemudian membuka, menuang alkohol ke kapas, lalu mulai membersihkan darah yang mulai mengering. 

Setiap gerak-geriknya tidak lepas dari perhatian Damien. Sesekali dia meringis ketika kapas basah menyentuh kulitnya. 

“Hati-hati,” tegur Damien datar. 

Susah payah Tiffany menelan ludah, karena menyadari kesalahan sekecil apa pun dapat memancing amarah. "Maaf, Tuan," ucapnya lirih, sesekali mencuri pandang ke arah Damien yang tampak muram. 

"Dengar. Ini adalah peringatan pertama. Jika kau berani lancang lagi seperti tadi, aku tidak akan segan-segan membunuhmu. Kau mengerti?" tegas Damien memberi peringatan. 

"Iya, Tuan," sahut Tiffany, tubuhnya bergetar ketakutan, hampir saja kapas di tangan terjatuh, "A-aku mengerti. Mulai sekarang aku akan jaga sikap." 

Hening. 

Terlihat Damien menutup mata, mencoba menahan rasa sakit yang merambat ke seluruh jaringan tubuhnya. Bukan hanya luka di bahu, melainkan sesuatu yang lebih dalam dan rahasia. 

"Dengar, jangan cari kesempatan dalam kesempitan. Aku benci wanita murahan," ketua Damien, yang langsung diiyakan Tiffany. 

Dua hingga lima menit berlalu, rasa kantuk menyerang. Tubuhnya mulai terasa lebih rileks, karena sentuhan lembut Tiffany. Kelopak mata yang berat pun akhirnya tertutup, dan terlelap dalam diam. 

"Sudah selesai, Tu—" Ucapan Tiffany menggantung di udara saat melihat Damien tertidur. Wajahnya tampak berbeda, lebih tenang dan tak ada jejak dingin yang memikat. 

Pelan-pelan Tiffany meletakkan peralatan medis di atas nakas. Kemudian berjalan ke arah kaki Damien, melepaskan sepatu kulit mahal yang tampak berat. Setelah selesai dan menaruhnya di rak khusus, Tiffany berjalan ke lemari, mengambil selimut lalu menutupkan kain tebal lembut itu ke tubuh Damien. 

Kemudian, Tiffany berjongkok di sisi ranjang. Jarinya terulur menyentuh wajah pria itu. Mengusap lembut dahi, turun ke batang hidung yang tinggi, lalu sampai ke bibir. 

“Wajah setampan ini, kenapa harus memiliki sikap sekejam itu?” lirihnya terkesima, pinggirannya masih bergerak turun ke rahang Damien, merasakan tekstur kasar dari janggut tipis yang mulai tumbuh. 

Namun, detik berikutnya Tiffany terkesiap karena Damien tiba-tiba bersuara, dengan mata yang masih tertutup. 

"Berani sekali kau menyentuh tanpa zeizinku, jalang kecil? Apa kau lupa dengan peringatan ku tadi?" juga membuka mata, membuat Tiffany menjadi pucat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 58

    Malam ketiga tanpa Tiffany.Damien terduduk di sofa ruang kerjanya, menatap kosong segelas bourbon yang belum sempat ia sentuh. Matanya sayu, ada lingkaran hitam samar yang mulai terbentuk di bawahnya. Kemeja hitam yang biasanya rapi kini kusut, beberapa kancingnya terbuka, memperlihatkan lehernya yang tegang karena kurang tidur.Rico, yang berdiri di sudut ruangan, menghela napas pelan. Sudah tiga hari ini bosnya berubah. Tidak ada umpatan, tidak ada perintah keras, bahkan tidak ada baku hantam dengan siapa pun. Hanya tatapan kosong dan sikap melankolis yang bikin bulu kuduknya merinding.“Bos,” panggil Rico hati-hati.Damien tidak menoleh. Rico mendekat, menunggu respon yang tak kunjung datang. Ia pun memberanikan diri duduk di hadapan bosnya, menatapnya seakan sedang menghadapi pasien patah hati. “Tuan, maaf sebelumnya … tapi Anda ini Damien Rael, bos mafia paling ditakuti seantero Italia. Masa akhir-akhir ini galau karena ditinggal a

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 57

    Damien masih menatap Rico dengan tajam, sorot matanya menuntut jawaban lebih dari sekadar omong kosong. Nafasnya memburu, pikirannya penuh tanda tanya yang kian menyesakkan dada. "Cepat ceritakan atau kepalamu akan kupenggal?!" Glek! Susah payah Rico menelan ludah sebelum akhirnya mulai berbicara, suaranya berat dan tegang."Sebenarnya, saat tuan menyuruhku mengamankan Tiffany, aku langsung berlari ke kamarnya. Aku tahu dia masih di sana, jadi aku tidak membuang waktu. Tapi..." Rico menghentikan ucapannya sesaat, ekspresinya semakin serius. "Saat aku hampir sampai, aku melihat Jasper keluar dari kamar itu lebih dulu."Damien menyipitkan mata, dahinya mengernyit. "Jasper?"Rico mengangguk cepat. "Ya. Dia berjalan keluar dengan ekspresi tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku langsung curiga, tapi aku juga tak bisa langsung menahannya. Jadi aku mempercepat langkah, masuk ke kamar..."Napas Rico sedikit tercekat saat m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 56

    "Tapi apa? Cepat jawab! Jangan bertele-tele!" tegas Lucian marah, namun segera menurunkan nada bicara agar tak kedengaran Damien. Jasper mengangkat kepalanya, menatap Lucian dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku tidak menemukannya, Tuan." Seketika atmosfer di halaman mansion berubah. Semua orang saling berpandangan, mencoba mencari kepastian dari wajah satu sama lain. Anak buah Lucian mulai gelisah, beberapa menggenggam senjata lebih erat, sementara anak buah Damien tetap dalam posisi siaga, meski kebingungan mulai merayap di benak mereka.Damien menajamkan pandangannya, napasnya tertahan di tenggorokan karena pembicaraan Bloodstone tidak terdengar. Matanya beralih ke arah Rico, berharap mendapatkan jawaban dari tangan kanannya itu. Namun, Rico hanya menggeleng perlahan, ekspresinya tetap tegas tanpa keraguan."Lelucon macam apa ini?" Lucian akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar berbahaya, seperti bara api yang siap membakar habis apa pun di ha

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 55

    Angin segar berembus dingin, tetapi terasa menyesakkan, bercampur dengan hawa kematian yang menggantung di udara. Damien berdiri tegak di depan mansionnya, berhadapan langsung dengan Lucian Amato yang kini menatapnya dengan mata berkilat penuh kebencian. Di sampingnya, ada Jasper yang berdiri sambil menyeringai licik menunggu perintah.Belum sempat mereka buka suara, tiba-tiba Dor!Suara tembakan pertama meledak, memecah kesunyian.Peluru menembus udara, nyaris menghantam kaki Damien. Refleksnya bekerja cepat. Dengan gerakan sigap, ia melompat mundur dan berlindung di balik salah satu pilar besar di depan mansionnya. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut, tetapi karena amarahnya yang mulai mendidih."Manusia gila!" umpat Damien..Melalui celah perlindungan, Damien melirik sekilas ke arah lawannya. Alih-alih mundur atau gentar dengan ancamannya tadi, Lucian justru berdiri gagah, seolah mengejeknya. Lalu, denga

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 54

    Angin pagi berembus kencang saat Damien melangkah keluar dari mansion. Begitu pintu besar terbuka, pemandangan di depannya segera memenuhi pandangan, halaman luasnya kini dipenuhi oleh ratusan orang bersenjata, berdiri tegap dalam formasi yang mengancam.Di garis depan, berdiri dua sosok yang tak asing.Lucian Amato, pria bertubuh tegap dengan mata gelap yang kini menyala oleh amarah. Di sampingnya, Jasper, tangan kanannya yang setia, memegang pistol dengan santai, namun ancaman jelas terasa di udara.Damien tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Ia tetap berdiri tegak di depan pintu mansionnya, mengenakan setelan hitamnya yang sempurna, tangan dimasukkan ke dalam saku jas seolah ini bukan apa-apa.Lucian mengangkat sebuah dokumen yang diremas di tangan. Kertas itu kusut, menunjukkan betapa marahnya ia sebelum datang ke sini.“Dokumen ini, kau pikir aku tidak akan tahu kalau ini palsu?”ucap Lucian dengan lantang dan penuh amarah. B

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 53

    Pagi itu langit tampak kelabu, seolah ikut merasakan kelelahan yang masih menggelayuti tubuh Tiffany. Sinar matahari yang menembus jendela hanya redup, tak mampu sepenuhnya mengusir hawa dingin yang menyelimuti kamarnya.Tiffany duduk di ranjang dengan punggung bersandar pada kepala ranjang, selimut tebal membungkus tubuhnya yang masih terasa menggigil. Kepalanya sedikit berat, tenggorokannya kering, dan kulitnya terasa lebih panas dari biasanya. Demam. Dia benar-benar jatuh sakit.Dia menghela napas pelan, menatap ke luar jendela dengan tatapan penuh kekecewaan. Seharusnya hari ini dia sudah bersiap untuk mendaki, mencari ayahnya, memastikan kebenaran kata-kata Damien. Tapi sekarang, tubuhnya sendiri malah mengkhianatinya.Suara langkah kaki di luar pintu membuyarkan lamunannya. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan muncullah sosok Damien dengan setelan yang lebih santai dari biasanya. Tak ada jas mahal atau sepatu kulit berkilau. Hanya kaus hitam po

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status