Sore hari kala waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang Dani yang selepas menjemput keluarga kakaknya di bandara Abdulrahman Saleh segera menuju ke kota Batu tempat dimana Yohana menginap di rumah bibinya.
Yohana gadis asli Surabaya itu sehari sebelum ke rumah Dani sengaja ke rumah bibinya dulu. Dia tidak mau menginap ke rumah Dani karena belum memiliki ikatan apapun.
“Semoga perjalanan kalian lancar.” Pesan bibi Yohana saat melepas keponakannya serta Dani untuk menuju kota Malang.
“Terima kasih bibi, kami permisi.” Ucap Dani sembari mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
Mengingat jika weekend banyak yang menuju kota Batu maka perjalanan Dani serta Yohana membutuhkan waktu hampir 1 jam untuk bisa sampai di kediaman Ningsih.
Di tempat ini para pria dan wanita sudah selesai membersihkan diri, kaum wanita pun juga siap menyambut tamu mereka, hanya Olivia yang masih tertidur di pangkuan daddynya, balita ini tampaknya
Demi tidak mendapatkan respon dari istrinya Rafaelpun mengikuti arah pandang Airin dan dilihatnya dari kejauhan ada Marsha datang bersama dengan mamanya.“Kamu jadi cemberut karena Marsha ya?”“Gak usah aneh – aneh ya mas!” ancam Airin kala mendapati Rafael terkekeh sesaat setelah menyebut nama wanita lain di hadapan istrinya.“Gak usah manyun begitu, ayo kita kesana.”“Mas..”“Sstt..” Rafael meletakkan jarinya di ujung bibir istrinya agar Airin terdiam. Rafael segera merangkul pinggang langsing istrinya serta membawanya menemui Marsha.“Nak Rafael..” sapa Dahlia yang terlebih dahulu melihat kedatangan Rafael bersama Airin. Wajah Airin yang awalnya jutek dan tidak enak di lihat tampak tersenyum di hadapan Dahlia dan Marsha, keduanya pun segera mengulurkan tangannya untuk menyambut kedatangan Marsha.“Kamu makin seger saja nak Rafael, semakin hari semak
10 tahun kemudianTampak remaja tampan sedang menggandeng gadis yang juga tak kala cantik, mereka baru saja keluar dari mobil yang mengantarnya ke sekolah.“Hati – hati kak El adik Oliv” ucap Amar kala mendapati anak majikannya itu sudah keluar dari mobilnya.“Makasih sudah diantarkan, uncle Amar hati – hati juga jangan ngebut nanti aku bilang ke daddy kalau ngebut.”“Beres adik Oliv, kalian jangan lupa belajar yang rajin.”Setelah keduanya masuk ke dalam pintu gerbang Amarpun segera berlalu meninggalkan sekolah internasional di depannya, saat ini Eliezer sudah duduk di bangku SMA sementara adiknya duduk di bangku SMP keduanya bersekolah di tempat yang sama.Selama kurun waktu 10 tahun banyak hal terjadi dalam kehidupan rumah tangga Airin dan Rafael. Mereka sungguh beruntung memiliki anak yang penurut, mereka saat ini tinggal di kediaman pribadi Rafael yang tidak jauh dari rumah Bramantyo
Airin sosok wanita cantik yang menjadi istri dari Mario anak lelaki dari Rianti, janda beranak dua yang ditinggalkan Prawiro almarhum suaminya menghadap kepada penciptanya.Pagi ini Airin bangun pagi seperti biasanya, gegas dia keluar dari kamarnya menuju dapur, sudah menjadi tugas Airin sejak menjadi menantu di keluarga Prawiro untuk memasak dan membersihkan rumah sebelum berangkat bekerja.Airin memiliki jabatan yang cukup baik bahkan lebih baik dari jabatan Mario yang kala itu menjadi karyawan biasa karena ijasah yang dimilikinya hanya lulusan SMA.Namun sekarang Mario sudah menjadi manager di kantornya setelah ia menyelesaikan gelar sarjananya , tentu saja kuliahnya dibiayai dari uang tabungan Airin.Beberapa bahan makanan yang kemarin dibeli Airin segera di eksekusi didapur mungil rumah ibu mertuanya itu, dia merebus telur yang rencananya hendak dibuat balado.Sambil menunggu telur direbus ,tak lupa Airin memutar mesin cuci yang sebelumnya sudah diisi air dan deterjen kemudian
Bab 2Airin tentu saja terkejut demi mendengar ucapan suaminya itu tidak ada angin tidak ada hujan bahkan selama membina rumah tangga tidak pernah satu kalipun keduanya bertengkar ini malah tanpa sebab mengajak cerai“Kenapa kita harus bercerai ? kamu gak sedang jatuh cinta dengan wanita lain kan ?,” tebak Airin“Ya , aku memang sudah jatuh cinta dengan wanita lain dan aku sudah berjanji akan menikahinya,” ucap Mario to the point tanpa pernah memikirkan ucapannya itu menyakitkan hati istrinya.Wanita mana yang tidak sakit hati mendapat pengakuan seperti ini dari suaminya, rumah tangga mereka selama ini bisa dibilang harmonis meski kadang sering terjadi perdebatan.“Kenapa harus ada wanita lain mas ? apa selama ini aku masih kurang memenuhi kewajibanku sebagai istri , atau dimana kekuranganku mas tolong katakan agar aku bisa memperbaikinya.”“Aku menginginkan istri yang sepadan itu saja.”“Istri yang sepadan ? maksudmu apa mas ? apa selama ini aku kurang sepadan menjadi istrimu ?,”“Du
Melihat kengototan suaminya Airin tidak bisa berbuat apa – apa , sisi hatinya yang lain dia menyayangkan jika rumah tangganya harus berakhir dengan perceraian, namun disisi lain apa dia akan mampu terus – menerus hidup dalam situasi seperti ini, di manfaatkan kemudian di duakan, sama – sama tidak enak.“Boleh aku melihat berkas yang kamu maksud ?”“Aku ambil dulu,” Mario segera menarik nakas yang ada diranjangnya kemudian menyerahkan map berwarna biru yang diambil dari nakas itu kemudian menyerahkannya kepada Airin, “Kamu baca dulu dan kamu bisa menambahkan jika memang ingin menambahkan syarat – syarat yang sudah di sebutkan di berkas itu,” Mario segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sesaat setelah melihat istrinya membaca setiap kalimat yang dia sudah susun dalam perjanjian persetujuan perceraian mereka. “Kamu menambahkan apa ?,” tanya Mario sekeluarnya dari kamar mandi dan mendapati istrinya sedang menuliskan sesuatu. “Hanya menambahkan sedikit kok, nih sudah aku
Dengan langkah gontai Airin pun menyeret kopernya keluar meninggalkan rumah ibu mertuanya, rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya, rumah yang menjadi saksi atas kesabaran Airin menjalani hari – hari dimana dia mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari semua penghuninya.Hati Airin sangat kecewa terlebih kepada Mario , laki – laki yang sampai saat ini masih sah menjadi suaminya yang seharusnya bisa melindunginya tapi malah menyakitinya.“Dengan mbak Airin ?” tanya sopir taxi online yang dipesan Airin tampaknya sudah datang.“Iya pak”“Silahkan masuk mbak, saya bantu menaruh kopernya di bagasi”Setelah meletakkan koper Airin sopir taxi pun segera menjalankan mobilnya menuju ke tempat yang sudah di pesan oleh Airin, kemana lagi jika bukan ke rumah Desi satu – satunya sahabat Airin sekaligus teman kantornya.Selama dalam perjalanan tadi Airin sudah menghubungi Desi jika pagi ini akan ke rumahnya , tentu saja Desi menunggunya dengan senang meski ada sedikit rasa heran k
Bima asisten pribadi Rafael yang sebenarnya juga sepupu Rafael memiliki banyak tanda tanya besar saat melihat sang CEO tampak lebih fokus memperhatikan wanita yang ditolongnya tadi, bahkan tidak sekali dua kali Bima berdehem demi Rafael kembali fokus.“Aku perhatikan hari ini kamu aneh bos,” ucap Bima saat keduanya kembali ke kantor pusat.“Aneh apanya ?”“Apa kamu sedang jatuh cinta pada pandangan pertama pada wanita itu hingga tidak fokus? tatapan matamu lebih banyak memperhatikan wanita itu”.Rafael hanya tersenyum simpul mendapati ocehan dari asistennya yang hari ini super cerewet, saat ini keduanya sedang dalam mode sebagai saudara sehingga Bima bisa bebas berbicara tanpa ada sekat atasan dan bawahan.“Dia Airin, dialah wanita aku cintai sampai sekarang”Ciiiittt….Tanpa sengaja Bima menginjak rem hingga mobil yang dikendarainya berhenti mendadak, tentu saja Rafael mengomel atas keteledoran Bima.“Maaf gak sengaja, aku terkejut mendengar omonganmu, jadi dia wanita yang selama ini
Kehebohan terjadi di kediaman Mario, baik Rianti maupun Elisa anak gadisnya yang selama ini selalu mengandalkan Airin untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, sejak kepergian Airin mereka harus mengerjakannya sendiri.Tubuh Rianti yang semakin tua tidak memungkinkan baginya untuk melakukan seluruh pekerjaan rumahnya, sedangkan Elisa anaknya yang sedari dulu tidak dibiasakan untuk membantu pekerjaan rumah tentu saja ogah – ogahan, dasar pemalas !.Saat ini Rianti hendak menikmati mie rebus yang baru saja dibuatnya untuk sarapan, namun baru saja hendak menyuapkan tiba – tiba“Bu, bajuku dicucikan dong bu!”“Cuci saja sendiri sana ! tinggal masuk ke dalam mesin cuci kasih air dan detergen masak kamu tidak bisa sih,” omel Rianti“Perutku sakit, gak kuat jika tidak segera ke kamar mandi, ibu saja gih sana!”.Mau tidak mau Riantipun mengambil baju warna merah yang sudah ditinggalkan begitu saja di kursi, Rianti memasukkannya ke dalam mesin cuci bersamaan dengan pakaian lain , membuka kra